Part 5

2 0 0
                                    

Shinon berencana untuk memberitahukan segalanya kepada shanon. Bagaimana pun shanon harus tau mengenai apa yang sudah shinon alami selama ini.

"aku diculik" ucap shinon pada shanon yang saat itu sedang menonton drakor dari ponselnya

"shin, kau bisa menceritakannya pada ku jika sudah siap" ucap shanon yang meletakkan ponselnya

"aku siap, aku akan memberitahu kakak, namun jangan membocorkannya, aku mohon" ucap shinon memelas

"aku berjanji" ucap shanon

"aku diculik hendra" ucap shinon, ia sengaja berhenti untuk melihat reaksi kakaknya

"hendra? Laki laki brengsek yang meninggalkan kau dengan tiba tiba itu" ucap shanon hendak marah besar

"iya" lirih shinon

"kau baik baik saja? Apa alasannya?" tanya shanon lagi

"aku tidak terlau baik, namun aku diperlakukan baik selama disana, alasannya karena ia ingin perjodohan ku dibatalkan" ucap shinon

"kau tidak terlalu baik kenapa? Hendra berbuat apa?" tanya shanon curiga

Shinon terdiam untuk beberapa detik,
"kami melakukannya lagi saat hendra mabuk" ucap shinon, hampir terdengar seperti bisikan

"hendra sialan" umpat shanon secara spontan

"jangan katakan pada siapapun kak" ucap shinon cemas

"shin,," panggilan shanon terhenti sembari menatap adiknya dengan pandangan sedih, "kau masih mencintainya?" tanya shanon pada akhirnya

Shinon membisu, wajahnya semakin sedih dan ia mengangguk kecil.
"aku tak bisa membencinya" ucap shinon kecil

"dia tau apa yang sudah kau alami selama ini? mengenai,," shanon menggantung kalimatnya

"aku tak memberitahunya" lirih shinon lagi

"oh Tuhan" ucap shanon, suaranya terdengar frustasi lalu memeluk shinon. Keduanya menangis dengan posisi saling berpelukan kencang.

.

.

.

.

.

-2 bulan kemudian-

Keadaan perlahan pulih, shinon kembali menjalankan aktifitasnya seperti biasa lagi. Ia menerima banyak sekali tawaran kerja sama dan jadwalnya semakin padat setiap harinya.

Saat itu juga ia berpikir jika hendra benar benar menepati janjinya.

Hari ini, setelah ia kembali dari pekerjaannya, ia langsung pulang ke rumahnya. Shanon menyambutnya dengan aroma masakan yang luar biasa menggoda.

Namun shinon menjadi pusing, mual tiba tiba menghampirinya. Dengan panik ia berlari kearah kamar mandi dan memuntahkan semua makan siangnya.

"ada apa, kau kenapa?" tanya shanon panik

"bau sekalii" ucap shinon lemas

"bau? Itu semua makanan kesukaan kita" ucap shanon

Shinon menatap shanon dengan pandangan aneh, seketika shanon terdiam dan langsung berpikir. Firasatnya mengatakan ada yang tak benar sedang terjadi.

"kau sudah datang bulan?" tanya shanon hati hati, shinon tersentak kecil lalu menggeleng kecil

Shanon memejamkan matanya, ia panik sekarang. Shinon sendiri hanya diam termenung melihat shanon yang nampak pusing dan risau.

"tunggu sebentar, aku akan belikan alat itu" ucap shanon tiba tiba

"kak shan,," ucap shinon sambil menarik baju shanon,
"aku takut" lirihnya kecil

"tenang ya, semua akan baik baik saja" ucap shanon membujuk kecil shinon

Shinon mengangguk ragu, lalu membiarkan shanon pergi ke apotek. Shinon terdiam dan mencari kontak seseorang pada ponselnya dan memberi sebuah pesan ambigu.

Dengan ragu dia mengetik beberapa kalimat untuk dikirimkan kepada orang itu. Setelah mengirimnya dengan cepat ia matikan ponselnya.

Setelah beberapa menit menunggu, shanon muncul dengan keringat yang bercucuran. Ia berlari secepat mungkin untuk pergi ke apotek.

"ayo tes" ucap shanon terbata bata sembari menyerahkan apa yang sudah ia beli

Shinon menerimanya dengan ragu, lalu pergi ke kamar mandi. Pikirannya kacauu, baru saja karirnya diperbaiki, dan hal seperti ini akan terjadi? Begitulah pikirnya

Beberapa menit berlalu, shinon cemas menunggu hasil di kamar mandi. Shanon sendiri, cemas menunggu diruang tengah, ia menunggu shinon untuk keluar dari kamar mandi.

Tak beberapa lama, shinon keluar dari kamar mandi dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia menyerahkan tes itu kepada shanon yang menatapnya cemas.

"oh Tuhan" lirih shanon saat melihat hasilnya

Garis dua..
Shinon hamil..
Lagi...

"kak,, aku takut" lirih shinon kecil, shanon mendekati adiknya dan memeluknya. Mereka kembali menangis dalam posisi berpelukan.

"aku harus menemui brengsek itu, dia harus bertanggung jawab" ucap shanon sambil menenangkan adiknya

"tidak! Jangan beritahu pada nya" ucap shinon histeris,
"dia sudah cukup menghancurkan ku" lirih shinon lagi

"tapi dia harus bertanggung jawab shin" ucap shanon dengan tagis kecilnya

"aku ingin berhenti dari pekerjaan ku kak, aku ingin fokus dengan anak ini saja" ucap shinon yang masih menangis, "aku tak ingin membiarkan kandungan ku tak selamat lagi" ucap shinon dan semakin menangis

Shanon terdiam, iamasih menagis kecil sambil memeluk adiknya.









{wow?? hamil?? wahhhhhhhhh}
{janlup vote gaessss, tengkyuu} 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tears Of Solitude -A Journey Through Suffering-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang