7. Sekolah Angker (1)

777 51 1
                                        

Bel masuk pun berbunyi, Nayla segera masuk ke kelas dan duduk di kursinya. Posisinya terletak di baris belakang urutan kedua dari jendela.

Beberapa saat kemudian, seorang guru memasuki kelas diikuti oleh seorang remaja yang sepertinya merupakan murid baru di sini.

Sang guru pun mempersilahkan anak itu memperkenalkan dirinya.

"Halo semua, kenalin nama saya Bima Antareja. Saya berasal dari luar kota, dan saya harap bisa berteman dengan kalian semua," ucapnya.

Sang guru itu pun tampak mencari bangku kosong untuk ditempati oleh Bima. Namun sepertinya ia tidak menemukan bangku yang tepat.

"Bima, sepertinya tidak ada bangku yang kosong di kelas ini, kamu bisa duduk bertiga dulu ya dengan salah satu murid disini. Nanti biar saya minta penjaga sekolah untuk mengambilkan bangku untuk kamu!" Ucapnya.

Bima pun melihat ke seluruh kelas, perhatiannya tertuju pada sebuah bangku kosong yang berada di pojok belakang kelas.

"Itu, bangku di sana kan kosong, saya bisa duduk di situ kan?" Tanya Bima.

Seluruh murid tampak terkejut dengan pertanyaan Bima.

"Eh, itu tidak bisa! Bangku itu tidak boleh diduduki siapapun." Sang guru tampak tergagap saat melarang Bima untuk di sana.

"Loh kenapa? Saya lihat bangkunya masih bagus. Jadi tidak masalah jika saya duduk di sana kan?" Ucap Bima sembari melangkah ke arah bangku tersebut.

Saat Bima menyentuh bangku itu, ia mulai merasakan perasaan aneh. Sebuah kekuatan jahat yang penuh dendam terasa dari bangku tersebut.

"Bima!" Suara sang guru menyadarkan Bima dari lamunannya.

"Hmm, sepertinya tidak ada masalah di bangku ini. Saya bisa duduk disini kok." Ucap Bima sembari tersenyum kecil.

Dengan berat hati sang guru akhirnya mengangguk. Bima pun segera duduk dan menahan rasa mencekam dari kursi yang ia duduki.

Sementara itu, cincin hijau yang ia kenakan terus menyala semenjak ia bersentuhan dengan bangku itu.

Dari tadi Nayla terus memperhatikan Bima yang tampak berani untuk duduk di bangku kosong di sebelahnya.

Karena khawatir, ia mencoba untuk berbicara dengan Bima.

"Psst, Bima!" Bima menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

Sambil berbisik, Nayla segera memperkenalkan dirinya. Begitu juga dengan Bima yang membalasnya dengan ramah.

"Bima, kamu yakin gak mau pindah? Kita bisa duduk bertiga bareng teman sebangku ku kok!" Ucap Nayla.

"Emangnya kenapa sih kalian gak suka liat aku duduk di sini? Emangnya bangku ini kenapa?" Tanya Bima.

Nayla kembali berbisik dengan suara yang lebih pelan.

"Sebenarnya, bangku yang kamu dudukin itu angker!"

Mendengar jawaban Nayla, Bima mengangguk paham. Ia kini sudah mengerti mengapa saat ia menyentuh bangku ini, ia langsung merasakan sensasi aneh yang terasa jahat.

"Jadi itu alasan mengapa bangku ini punya aura yang jahat, benar-benar alasan yang klise! Tapi sayangnya aku ini bukan orang biasa, mau hantu atau apapun bisa aku hadapi!" Batinnya sembari melihat cincin hijau yang melingkar di jari tangannya.

***

Bel istirahat pun berbunyi, Nayla segera beranjak keluar kelas disusul oleh Bima.

"Nayla, aku boleh nanyain sesuatu gak?" Tanya Bima.

"Mau nanya apa?" Balas Nayla.

"Soal bangku itu, tadi kamu bilang bangku itu angker, tapi kenapa gak dihancurin aja? Atau di taruh di gudang gitu?" Ucap Bima.

Nayla lalu menjelaskan bahwa sebenarnya para guru sudah mencoba untuk menghancurkan bangku itu. Tapi bangku itu tidak bisa hancur seolah-olah ada kekuatan yang menjaganya.

Bangku itu bahkan pernah dibuang, tapi keesokan harinya bangku itu makah kembali lagi ke kelas.

"Begitu ya, sepertinya hantu penunggu bangku itu lumayan kuat juga," batin Bima.

"Lalu selain bangku itu, apa ada lagi hal horor lain di sekolah ini?"

"Ada kok, emang kenapa?" Tanya Nayla

"Bisa tolong antar aku berkeliling ke tempat-tempat horor di sini gak?" Ucap Bima.

Nayla mengerutkan keningnya mendengar permintaan Bima.

"Kamu ini aneh deh, anak baru kok pengennya berkeliling ke tempat yang angker sih?" Balas Nayla.

"Tapi gak apa-apa deh, ayo ikuti aku!"

Nayla segera bergegas pergi diikuti oleh Bima.

***

Mereka kini tiba di depan toilet. Bima menatap penanda yang terpasang di dinding untuk menandakan toilet untuk laki-laki dan perempuan.

"Pertama ada di sini!" Nayla menunjuk ke arah toilet perempuan.

Nayla lalu menjelaskan bahwa di dalam salah satu toilet perempuan terkadang suka terdengar suara seorang wanita menangis. Bahkan beberapa siswi juga mengaku pernah melihat penampakan kepala seorang wanita dari dalam kloset.

Setelah Nayla selesai menjelaskan, mereka segera bergegas ke tempat berikutnya.

***

Mereka pun tiba di sebuah tanah lapang di dekat parkiran sekolah. Di sana terdapat sebuah pohon beringin besar yang tampak rindang.

Nayla kembali menjelaskan bahwa di tempat ini pernah ada seorang siswi yang gantung diri di pohon tersebut.

Setelah itu banyak penampakan aneh di pohon tersebut. Hingga membuat para guru dan murid berusaha agar tidak lewat dekat pohon ini sendirian.

Bahkan para guru dan murid pun cenderung untuk memarkirkan kendaraan agak jauh dari lokasi pohon itu.

Mendengar penjelasan itu, Bima segera mendekati pohon beringin itu dan mencoba menyentuhnya.

Remaja itu mulai merasakan keberadaan sosok lain di dalam pohon tersebut. Hanya saja auranya terasa cukup lemah.

"Ternyata penghuni pohon ini tidak begitu kuat, ini pasti mudah untuk di atasi!" Batinnya.

***

Kini Nayla dan Bima sedang menuju ke tempat terakhir, sebuah gudang yang terletak di belakang sekolah.

Namun belum tiba di sana, Nayla segera menghentikan langkahnya. Ia merasakan aura aneh dari dalam gudang, aura yang mencekam dan penuh dendam.

Samar-samar, gadis itu juga mendengar suara rintihan seorang wanita dari dalam gudang tersebut. Suara rintihan dan penyiksaan yang terjadi dibalik dinding di hadapannya sekarang.

Melihat gerak-gerik Nayla yang tampak ketakutan, Bima segera paham bahwa kekuatan mahluk gaib yang ada di dalam gudang itu cukup kuat.

"Kalau kamu tidak kuat, sebaiknya kita pergi saja dari sini!" Ucap Bima dibalas dengan anggukan Nayla.

Mereka berdua segera berbalik dan melangkah pergi.

"Ternyata mahluk gaib terkuat di sini itu adalah penunggu gudang itu ya!?" Ucap Bima.

Nayla menggeleng, "bukan dia! Sebenarnya yang membuatku takut tadi adalah penghuni bangku kosong yang kamu tempati tadi ... ."

Indagis 1: Jawa ArcTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang