Abigail adalah anak yg membenci beberapa jenis tekstur kain, dan anak lelaki itu tentu saja akan langsung merobek pakaiannya jika tak nyaman.
Ayahnya adalah seorang dosen di kampus terkenal, dan karena Abigail tak mau ditinggal, tentu saja ayahnya harus membawa anak itu.
Tak ada yg membenci anak itu, mereka merasa senang dengan keberadaan dirinya yg datang ketika dilanda rasa pusing akibat aritmatika yg diajarkan.
Orang orang akan selalu merasa gemas kepadanya walaupun sedang diam saja. Setiap kali ayahnya mengajar, Abigail pasti akan duduk di kursi ayahnya sembari meminum susu dan mendengarkan penjelasan ayahnya tentang aritmatika.
Abigail akan beberapa kali berkeliling di antara meja meja murid ayahnya lalu duduk dipangkuan mereka setelah diberi izin.
Jadwal ayahnya biasanya 3 jam 30 menit dan 30 menit terakhir biasanya digunakan untuk mengajak bermain Abigail.
Namun, tawa dan senyuman manis itu sedang meredup, anak itu sedang sakit namun tetap tak ingin ditinggal.
Akhirnya ayahnya harus menggendongnya sembari mengajar karena anak itu sudah beberapa kali menangis kencang karena ditinggalkan di kursi ayahnya.
Anak manis yg menghisap pacifier itu menyenderkan kepala di dada ayahnya. Tubuhnya yg lemas membuatnya merasa malas bergerak, rengekan terdengar dan auditorium yg tadinya berisik langsung sunyi.
Ayahnya berjalan ke arah meja miliknya lalu menurunkan Abigail di atas meja, ia bertanya tentang mengapa Abigail merengek.
Dan Abigail yg merasa malu hanya berbisik ke ayahnya tentang ia yg ingin ayahnya membuka baju dan melakukan skin to skin kepadanya.
Ayahnya meminta izin untuk keluar sebentar untuk membuka baju lalu menggendong anak itu. Tak lama, mereka kembali.
Mereka menyadari jika kain yg digunakan untuk menggendong Abigail menjadi menutupi bagian atas tubuh anak itu. Mereka tak ada yg menanyakan dan kelas kembali seperti biasa.
Kelas selesai dan semuanya memilih untuk pulang daripada mengajak Abigail bermain karena dirinya yg sedang sakit. Saat semuanya sudah pulang, ayahnya membuka kain gendong Abigail lalu menunjukkan tubuh telanjang anaknya.
"Papa~ hangat" ayahnya memeluk pemuda itu lalu membiarkannya terlelap. Setelah sampai dirumah, tentu saja ayahnya masih harus mengajarkan anak itu.
Baju yg baru dibeli untuk Abigail langsung diberikan untuk Abigail mengetes apakah nyaman atau tidak, karena ayahnya tidak mau Abigail menangis hingga sesak karena rasa tak nyaman.
Dari 20 pakaian yg ditemukan, hanya 7 yg menurut Abigail nyaman. Ayahnya baru saja keluar untuk membeli sesuatu Abigail sedang tertidur dan anak itu ditinggal bersama pengasuh.
Pengasuh itu sudah diberitahu apa saja yg Abigail tidak suka dan sepertinya pengasuhnya lupa akan hal itu.
Abigail pagi ini hanya tertidur dengan memakai celana pendek dan kaus kaki, Abigail terbangun karena merasa tak nyaman dengan sesuatu ditubuhnya.
Begitu ia melihat apa yg ada di tubuhnya, Abigail langsung berteriak sembari mencoba untuk merobek pakaiannya, pengasuhnya yg kaget hanya bisa histeris melihat Abigail seperti kesetanan.
"Papa... PAPA!!!!!" Suara teriakan Abigail menggema dirumah dua lantai itu, bertepatan dengan ayahnya yg pulang.
Ayahnya yg terkejut langsung menjatuhkan semua barang yg dipegangnya lalu berlari ke arah Abigail yg mencoba untuk membuka bajunya dengan mata yg menutup.
"Liam?" Abigail menghentikan gerakan tangannya yg acak lalu mencari tangan ayahnya, ayahnya langsung memegang tangan anak itu.
"Nggak papa, Liam nggak papa" Abigail kembali menangis meraung, ayahnya melepas kancing pakaian anak itu lalu menggendongnya.