"Makk, aku mangkat yoo!! (ibu, aku berangkat ya)"
"Yoooo, ati-ati! Ojo kewengen sek mulih! (iya, hati hati! jangan kemalaman pulangnya)"
Ajid namanya, remaja berumur 17 tahun yang hobinya nyore pake motor astrea.
"Nuwun pak, bu. (permisi pak, bu)"
Anaknya emang terkenal sopan, tapi kadang slengean juga.
"Wee jid, tumben lagi tekan?? (wee jid, tumben baru sampai??)", tanya teman Ajid waktu dia udah sampai di tempat tongkrongan.
"Biasa gawean omah, budhe kopi siji yo! (biasa pekerjaan rumah, budhe/bibi kopi satu ya!)"
"Yoo", jawab ibu ibu pemilik warung atau pemilik tempat tongkrongan mereka. Bu Darmi namanya.
"Info Sarangan?", tawar salah satu teman Ajid, Rifki namanya.
"Ayo kapan?", tanya Ajid.
"Minggu, gas?"
"GASSS!!", jawab mereka semua serentak.
"Iki kopine. (ini kopinya)", ucap Bu Darmi sambil menyuguhkan secangkir kopi hitam dimeja tempat Ajid dkk duduk.
" O Nggih bu, matursuwun. (o iya bu, terimakasih)"
Langit yang awalnya cantik, sekarang jadi mendung. Tanda kalau sebentar lagi mau hujan. Dan bener aja, beberapa menit kemudian mulai turun hujan yang lumayan deras.
"Weh helm ku cok!", ucap Ajid sadar kalau helm nya sedari tadi kehujanan. Ia bergegas mengamankan helm merk cargloss dengan tempelan aneka stikernya itu.
Waktu Ajid lagi sibuk sama helm nya, tidak sengaja dia melihat ke arah seberang jalan. Ada seorang gadis yang juga lagi berteduh di toko kosong sendirian.
Tanpa babibu dia langsung pinjam payung milik Bu Darmi dan langsung menyebrang ke arah toko kosong itu.
"Mbak...?", tanya Ajid memastikan.
"I-iya? siapa ya?", tanya balik gadis itu dengan muka linglung.
"Sendirian aj-"
"MAS PERGI DEH! GAUSAH MACEM MACEM SAMA SAYA!!", ucap gadis itu dengan nada keras.
"Eh, mana ad-"
"KALO GA SAYA TERIAK NIH?! TOL-"
"HEH MBAK! Saya ini orang baik baik ya, saya kesini itu karna mau ngajak mbaknya ke warung itu," ucap Ajid sambil nunjuk warung Bu Darmi.
"...Bahaya juga mbak kalo di tempat sepi kaya gini, mending neduh disana yg tempatnya rame."
"T-tapi..."
"Yaudah nek gamau, ga maksa aku mbak. Daripada dicap aneh aneh nanti.", ucap Ajid memotong kata gadis itu, pergi meninggalkan ia sendiri.
"Eh mas-mas!! ikutt!!", Ajid menoleh kebelakang, melihat gadis itu lari kecil menyusul dirinya.
'lucu', batinnya.
Dibawah payung berwarna biru, mereka mulai menyebrang dan tanpa disadari tangan mereka bergandengan.
"Dahh, eh?", Ajid mengangkat tangan mereka yang bergandengan. Gadis itu kaget lalu spontan melepaskan genggaman tangannya.
"Hehehe ga sengaja yakk.", ucap Ajid cengengesan.
Gadis itu tidak menggubris perkataan Ajid, dia malah langsung masuk ke warung Bu Darmi.
"Permisi Bu.", ucap gadis itu.
"Eh, monggo nduk, ajeng tumbas nopo? (eh, silahkan nak, mau beli apa?)", tanya Bu Darmi.
"Emm...", gadis itu melihat ke arah rentengan sachet minuman yang tergantung disana.
"Wedang jahe aja Bu.", ucapnya final.
"Oh yaa... tunggu yaa."
Gadis itu tersenyum, lalu mencari tempat duduk yang kosong disana. Ajid yang peka pun langsung berdiri dan mempersilahkan gadis itu untuk duduk disitu.
"Sini mbak. Wes ga ada sek kosong (sudah tidak ada yang kosong)", ucap Ajid sambil liat kanan kiri.
Gadis itu pun jalan ke arah Ajid dan duduk di kursi yang kosong. "Kamu, ga duduk?", tanya gadis itu pada Ajid yang tengah berdiri.
"Weh santaii aja mbak!! Monggo monggo..."
"Ekhemm!! anyar meneh ekhem!! (ekhemm!! baru lagi ekhem!!)", goda teman teman Ajid yang ada di sana.
"nyapo sih?! (kenapa sih?)", tanya Ajid sarkas.
"Wkwk santai jid."
Gadis itu hanya menatap orang orang asing yang tak sama sekali ia kenal dengan tatapan bingung.
"Monggo mbak wedhang jahe nyaa...", ucap Bu Darmi menyuguhkan secangkir wedhang jahe hangat.
"Nggih bu, terimakasih."
"Loh mbaknya, bisa Jawa?", tanya Ajid terheran heran.
"Bisa, sedikit.", jawab gadis itu singkat.
"Owalahh... Eh ngomong ngomong namanya siapa mbak? hehe...", kali ini Ajid bertanya dengan muka yang cengengesan dan menyebalkan.
"Rupamu jid, gathel! (mukamu jid, menyebalkan)", ucap Rifki yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Ajid.
"Hehehe kalo boleh tau aja ya mbak, nek gamau jawab gapapa kok."
"Emm... Aku Caytine.", jawab gadis itu.
"HAH?! TITIN?!!"
PLAKKK
"WEII MAKSUDMU OPO COK?!", teriak Ajid tidak terima sambil mengelus kepalanya.
"ra usah mbengok-mbengok! (ga usah teriak-teriak!)", ucap Rifki marah.
Gadis yang di panggil Titin tadi hanya menghela nafas.
"Hehehehe maaf ya mbak Titin."
Yang di panggil Titin hanya membalas dengan senyuman tipis. Sambil menunggu hujan reda mereka mulai mengobrol satu sama lain. Ajid yang mulai aktif dengan sifat slengean nya dan Titin yang bingung harus menanggapi apa.
Namun, tanpa mereka sadari pertemuan yang tidak disengaja inilah yang mengawali kisah unik mereka.
BERSAMBUNG...
Haloo...‼️
Don't forget to vote and comment 💥
Maaf kalau bahasanya masih amburadul wkwk, see u 🫶🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
NYORIDE
Teen Fiction"Diajak nyoride sama kamu, is another levef of happiness." "Hah? Artinya?" "Auah malas!"