21 - Hanya Ada Aku Sendiri.

183 35 10
                                    

.

.

.



"Sayang ..." Wanita itu berjalan anggun menyambut kedatangan seseorang di ujung pintu.

"Bagaimana keadaannya?" Mengabaikan sambutan hangat, pria itu justru berjalan mendekat ke arah ranjang.

Wanita dengan rambut yang diikat separuh itu melirik sekilas ke arah ranjang dengan wajah datarnya, "Dia tertidur sejak tadi."

"Kasihan ..." Pria itu lantas duduk di tepi ranjang dan mengusap kening seorang gadis yang sedang terpejam.

"Aku bahkan tidak peduli dia bangun atau tidak."

"Yu Ri!!" Dua tangannya mengepal dengan sorot matanya yang tajam menatap wanita yang sedang berdiri bersedekap. "Dia baru saja kehilangan ayahnya. Kau benar-benar tidak punya hati. Dimana nuranimu sebagai ibu?"

"Harusnya dia pergi bersama pria itu!"

Tanpa sepasang orang dewasa itu tau, gadis kecil yang meringkuk di balik selimut itu sedang menahan tangisnya dengan tubuh yang gemetar.




"Ayah!!!" Lya terperanjat dari tidurnya. Napasnya terengah-engah seolah seseorang baru saja mencekik lehernya.

Lya menatap sekeliling ruangan dimana dia berada. Kamar itu kosong. Tidak ada suami yang biasanya selalu di sampingnya.

"Oppa ... Oppaa!!" Lya mengusap keningnya yang berkeringat. Hanya mimpi yang sebentar tapi rasanya benar-benar lelah. Lya buru-buru mencari segelas air putih yang biasanya Jimin siapkan di samping tempat tidurnya tapi tidak ada. Jadi ia terpaksa turun dari ranjang dan berjalan keluar.

"Oppa ..." suara Lya menggema di ruang tengah. Suaminya tidak ada, entah pergi kemana.

"Sedang apa kau disini!!" Lya terkejut ketika seorang wanita keluar dari ruang kerja suaminya. Ia menatap tidak suka pada wanita yang beebrapa hari lalu membuatnya menangis.

"Hanya mengambil ini," Hae Mi mengangkat sebuah map. Lalu ia berjalan melewati Lya begitu saja. "Aku permisi."

Bertepatan dengan Hae Mi yang berjalan menuju pintu, ponsel Lya berdering.

"Sayang ... Sudah bangun?"

Lya memperbaiki ekspresi wajahnya, "Iya sudah."

"Maaf sayang, aku minta tolong Hye Mi kesana untuk ambil map."

"Dia sudah pergi!"

"Sayang, maaf"

Belum selesai Jimin bicara, Lya mematikan sambungan telponnya lalu melempar ponselnya di atas sofa begitu saja. Ia begitu kesal pda wanita yang selalu Jimin sematkan sebagai sahabat itu. Lya begitu yakin jika Hae Mi menaruh rasa pada Jimin. Dan itu menjadi sumber ketakuta terbesar Lya. Ia begitu khawatir jika suatu hari Jimin tidak bisa menjaga dirinya dan berakhir bersama Hae Mi lalu meninggalkannya.

"Hari ini masuk ruang kerja, besok masuk kamar!" gumam Lya dengan perasaan jengkel.





Di tempat lain,

PARK & LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang