20

265 11 0
                                    

Tandai typo
______________



''Assalamualaikum!'' salam Adam memasuki rumah dengan menenteng jas putih kebanggaannya di lengan kanannya.

Adam menghela napas lelah lalu menatap sendu sekeliling ruangan itu.

Sepi. Itulah yang ia rasakan saat ini setelah kepergian Asa ke Amerika.

Ia berjalan ke arah dapur hendak minum karena ia merasa haus. Namun setibanya di dapur ...

''Astaghfirullah!'' kaget Adam mengusap dadanya kala melihat Asa yang sedang meminum air putih dengan masih menggunakan mukenahnya.

Hampir saja ia berpikir bahwa Asa adalah hantu.

''Iiiih Abang ... Asa bukan hantu!'' kesal Asa lalu mencium punggung tangan Adam.

''Kamu kok nggak bilang sama Abang pulang? Hampir aja Abang kira kamu setan.'' lalu mengecup kening Asa.

''Ya biar surprise aja.'' singkatnya.

Adam menjawil gemas hidung Asa, ''Kamu ini. Yaudah istirahat gih, udah malam juga ni.''

Asa mengangguk, ''Abang juga, pasti capek seharian kerja sampe malam gini baru pulang. Abang udah makan?''

Adam mengangguk, ''Udah. Tadi Abang makan sebelum pulang. Yaudah Abang ke kamar dulu.'' ucapnya di jawab anggukan dari Asa.

***

''Tapi Adam nggak setuju Asa nikah, Pa. Asa masih kecil bekum dewasa udah pasti dia ingin bersenang-senang dulu.'' ucap Adam tak terima dengan perkataan Galang yang mengatakan Asa di lamar oleh Alzan sahabat nya dan Galang setuju jika Asa setuju.

''Papa sudah mengatakan padanya beberapa silam lalu untuk kembali dua tahun lagi nyatanya ia datang kembali setelah tiga tahun lebih kemudian karena pendidikannya di mesir.'' jelas Galang melihat wajah tak setuju dari putra sulungnya itu.

Perdebatan pagi ini terlihat semakin panas dengan Adam yang tetap dengan ketidak setujuannya dan Galang yang juga pada pendiriannya. Sebelumnya Galang sudah mengatakan pada Adam bahwa ia ingin berbicara pada putra sulungnya itu di ruang kerjanya.

''Biarkan Asa yang memutuskan!'' pungkas Galang.

Adam menggeleng tak setuju, ''Adam tetap nggak setuju, Pa. Adam belum ikhlas kalau Asa nikah, Asa belum dapat kesenangan dan belum merasa bebas. Biarin dia menjalani hidup nyaman terlebih dahulu.''

''Adam! Papa udah bilang biar Asa yang memutuskan pilihannya!'' sentak Galang menatap tajam Adam.

Asa yan hendak mengetuk pintu untuk memberi tahu bahwa sarapan pagi sudah siap namun ia urung dan mengernyitkan kening bingung kala mendengar namanya di sebut.

''Memutuskan pilihan apa maksud Papa? Teeus kenapa Bang Adam di panggil Papa tadi? Apakah ada masalah?'' gumam Asa bingung.

Ia mengedikkan bahu tak ambil pusing lalu mengetuk pintu ruang kerja Galang.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu itu membuat Galang dan Adam menoleh ke arah pintu.

''Pa! Bang! Sarapan udah siap! Ayo kita sarapan!'' ucap Asa dari balik pintu.

Galang menoleh ke arah Adam, ''Nanti kita lanjutkan.'' lalu berjalan ke arah pintu.

''Pa?'' panggil Adam membuat Galang menoleh ke arahnya.

''Jangan beri tahu Asa dulu, dia baru pulang kemarin pasti lelah, jangan membuatnya kepijiran soal ini.'' pinta Adam.

Galang hanya diam menatap Adam lalu membuka pintu dan keluar dari ruang kerjanya meninggalkan Adam yang menghela napasnya lelah.

ASA (Lengkap/TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang