2

7 3 4
                                    

Rabu, 20 September 2023.

Hanya sehari setelah seluruh warisan dibagikan, akhirnya Antonin mengizinkanku untuk mengosongkan lemari milik mendiang istrinya tersebut. Dan aku tahu, itu tidak akan menjadi hal yang mudah untuk dilakukan. Lemari Sarah bukan lemari baju biasa, melainkan sebuah ruangan dengan luas lima kali lima meter yang dijadikan sebagai walk-in-closet. Biasa, tingkah orang kaya.

Masalah sesungguhnya justru adalah fakta bahwa semua barang di dalamnya adalah milikku. Terus terang saja, kamarku di Gazda Mansion selaku asisten rumah tangga benar-benar tidak bisa dibilang luas. Baiklah, kamarku cukup luas. Tapi tetap saja, tidak akan cukup untuk menampung semua benda yang harus enyah dari walk-in-closet di kamar utama. Masa iya semua barangku ini harus menginap di gudang entah sampai kapan?

Mataku terpaku pada sepasang sepatu heelless heels model boot yang teronggok berdebu di salah satu rak sepatu. Aku tidak pernah melihat Sarah memakainya. Kalau aku boleh menebak, Sarah pasti tidak pernah memakainya karena Antonin tidak akan sudi melihatnya memakai sepatu itu. Aku berani menyimpulkan demikian karena meskipun memiliki butik yang bercabang di mana-mana, Antonin bisa dibilang kaku soal fashion. Pria itu bisa memproduksi dan menjual busana macam apa pun, tetapi belum tentu akan mengizinkan istrinya untuk memakai semua itu. Prinsipnya sama seperti pemilik pabrik rokok; memproduksi dan menjualnya bukan berarti harus menjadi konsumennya juga.

Kuambil heelless heels warna hitam tersebut, lantas aku duduk di salah satu sofa kecil yang memang dikhususkan untuk memakai sepatu. Pelan-pelan, kubuka ritsleting sepatu yang sebelah kanan, lalu kumasukkan kaki kananku untuk mencobanya. Namun ada sesuatu yang mengganjal di ujung sepatunya.

Kukeluarkan kakiku, kemudian kugoyang-goyangkan sepatu itu secara terbalik agar apa pun yang ada di dalamnya bisa jatuh ke lantai. Dan benar saja, sebuah kertas yang terlipat-lipat pun terjatuh dari dalam sepatu cantik tersebut.

Dengan cepat, kuraih kertas tersebut. Lembarannya masih putih dan bagus, yang artinya belum lama diletakkan di sana. Ini bukan catatan rahasia yang sudah bertahun-tahun bersarang di dalam sepatu Sarah. Catatan ini masih relatif baru.

Akhirnya, didorong oleh rasa penasaran, dan rasa memiliki hak karena sepatunya sudah menjadi milikku, tanganku secara otomatis membuka lipatan kertas tersebut. Benar, isinya adalah catatan, dengan tulisan tangan yang kukenali dengan sangat baik sebagai tulisan tangan Sarah Gazda. Tetapi isinya adalah nama-nama yang seingatku tak pernah disebutkan olehnya selama aku bekerja di sini:

Lo Blacklock

Jane Cavendish

Gia Andrews

Elga Parker

Wilma Ferretti.

.
.
.

-Bersambung ....

.
.
.
.
.

-Ema Loka.

The Secret of InheritanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang