BIAN'S POV
"Aku tidak tahu. Rasanya sulit untuk percaya lagi padamu. Seolah semua ini mustahil. Aku masih percaya bahwa kamu begini karena penyesalan biasa. Aku memilih untuk percaya bahwa kamu mengabaikanku karena tak ingin mendapatkan wanita sepertiku. Aku tidak tahu caranya sembuh. Ini akan memakan waktu. Jadi berhentilah membuang waktumu." Ucap Shena yang begitu menyakitkan bagiku.
Bagaimana caranya untuk meyakinkan gadis ini bahwa aku bersungguh-sungguh?
Aku memang tidak bisa berjanji bahwa setelah mendapatkannya aku masih akan seperti ini. Tapi aku tahu, semua perjuangan ini, bukan omong kosong.
Aku tahu siapa yang aku perjuangkan. Aku tahu alasanku kenapa aku harus menunggu. Menundaku mengejar mimpi karena ingin selalu bersamanya. Aku ingin berada di sampingnya. Aku ingin menjadi orang penting dalam hidupnya. Entah kenapa aku menjadi bersemangat sekali ketika membahas tentang dia.
Apakah ini tidak bisa dikatakan sebagai cinta? Apakah ini masih kurang untuk disebut sayang? Memangnya harus berbuat apa lagi untuk meyakinkan Shena.
Aku melamun, menatap keluar. Rasanya begitu pedih mendengarnya tidak mempercayaiku lagi. Sejahat itukah aku dimasa lalu? Mengapa aku melakukan hal bodoh kepadanya? Mengapa aku melukainya? Menyia-nyiakan dia?
Aku terluka. Tapi ku tahu dia pun terluka.
Aku mengusap air mataku dan menoleh ke arahnya. Memandanginya yang saat ini begitu cantik dimataku. Aku tau dia membiarkanku untuk menangis dulu dengan berpura-pura memalingkan wajahnya.
Kita sama-sama terluka. Bedanya aku lah yang membiarkan semua ini terjadi.
Oh Tuhan. Apa yang harus aku lakukan? Tanpa sadar aku berjalan mendekat ke arah Shena dan memeluknya.
Aku butuh dia untuk menguatkanku.
"Tidak masalah, aku tidak peduli jika kamu butuh waktu yang lama untuk sembuh. Tapi biarkan aku berada disampingmu, jangan menolakku. Aku tidak tahu akan jadi seperti apa jika kau menolakku. Biarkan aku menyembuhkanmu. Meski butuh waktu bertahun-tahun, belasan atau puluhan, aku akan menunggumu. Sama seperti kamu yang sudah menungguku." Kataku dengan tegas.
Kami terdiam dan berpelukan. Meski aku tau dia tidak akan membalas pelukanku, tapi aku tidak mau memaksanya.
Kau tahu apa yang lebih membuatku terluka?
Detak jantungnya. Tidak ada detak jantung karena gugup lagi untukku. Aku pernah memeluknya, saat dulu. Detak jantungnya begitu kencang kurasakan dan aku langsung tahu bahwa ia menyukaiku.
Tapi kini, detak itu tidak ada lagi untukku. Membuatku menyadari bahwa dia begitu jauh untuk kuraih saat ini. Membayangkan entah untuk siapa degup gugup itu, apakah untuk Steve?
Aku semakin mengeratkan pelukan, berharap detak itu akan muncul lagi. Namun tidak, hasilnya masih sama.
Rasanya ingin berteriak. Aku begitu menyesal. Dititik ini aku merasa bahwa ia benar-benar bisa meninggalkanku sekarang. Aku tidak mau, aku takut. Aku takut ia akan memalingkan muka selamanya. Aku takut dia tidak ada dihari-hariku. Aku membutuhkannya.
Tanpa terasa air mata begitu deras turun. Membanjiri muka dan perasaanku. Aku tidak ingin membiarkan momen ini berlalu begitu saja.
Ingin ku cari sang waktu untuk menghentikan waktu sekarang. Kalau pun bisa, aku ingin mengulang masa lalu dan mengenggam tangannya. Mengatakan padanya bahwa aku menyayanginya. Memperlakukannya dengan sangat baik.
Andai saja.
***
"Kamu ingin kencan yang seperti apa?" Tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK BERSAMBUT
RomanceAku selalu terjatuh dan dia sendiri yang membuatku kembali berdiri lalu mengejarnya. Tak pernah berhenti membuatku berpijar padanya, namun ia sendiri yang tak pernah letih mengatakan bahwa aku bukan siapa-siapa. Aku sudah mulai bisa melihat ujung da...