Bagian 33 : Cintaku....

2.1K 72 19
                                    

Mata bulat ku tak berkedip menatap matanya yang hanya terus melihatku. Aku masih menunggu, sampai ia membuka suara. Ku elus pelan tangannya yang tetap menggenggam ku dengan erat. Sampai-sampai kulitnya kini mendingin, padahal tadinya terasa hangat.

“Aysha.”

“Ya?”

“Kejujuran adalah ketenangan, sementara kebohongan adalah kegelisahan.”

Mulutku mengunci segera begitu perkataan itu terlontar darinya.

“Kamu mau, kan, jujur tentang apa yang terjadi?”

Aku menunduk sambil menatap tangannya yang masih memegang tanganku tak berubah. Sebenarnya mataku terasa pedih dan hatiku sakit. Tapi kutatap dia, aku mendadak ragu membahas yang terjadi, sebab aku malah penasaran dengan apa yang tlah dilaluinya dulu. Sebelum ada aku dalam hidupnya, sejauh apa hubungannya dengan Humayra, sehingga orang lain seperti sangat menyayangkan sikap Reyhan pada wanita itu.

“Aku sudah berkata jujur tentang apa yang pernah terjadi di masa lalu. Jadi, yang kamu lihat di saat sekarang, tak berarti itu menyiratkan ketidakjujuran ku, Aysha.”

Aku langsung meneguk ludah. Dia tahu yang aku pikirkan.

“Aku tanya tentang apa yang terjadi denganmu saat aku nggak ada tadi. Apa yang seseorang katakan tentang kamu? Apa itu menyakitkan kamu?”

Telapak tangannya yang dingin itu menetap di pipiku hingga aku menjatuhkan air mata. Kuusap segera cairan bening itu dan aku tersenyum. “Bu—”

“Jangan bilang bukan apa-apa. Pasti ada sesuatu, kan?” Dia memotong ucapanku.

Kuhela napas pelan lalu memeluknya. “Bukan hal yang bagus untuk aku ceritakan. Aku malu tau.”

Reyhan mengusap punggungku. “Malu kenapa, hem?"

“Kan emang yang aku denger sesuai kenyataan sih," kataku sambil menahan tangis. Kenapa aku jadi cengeng begini, sih. Padahal, dulu aku adalah gadis yang kuat. Hanya sekedar ini saja sih, takkan sama sekali mengusikku.

Namun, aku berubah lemah saat dihadapannya.

“Sayang. Jadi apa yang orang itu katakan ke kamu, hem?” Suaranya lembut sekali, sampai membuatku sesenggukan sendiri di pelukannya.

“Kan aku memang bodoh. Nggak pantes jadi istri kamu, Mas.” Aku tak ingin membahasnya. Meski ingin sekali mengadukan segalanya pada Reyhan, tapi aku malu karena mungkin saja setelah ini Reyhan akan berpikir serupa dengan yang dikatakan ustadzah Laila, ataupun Radhia tentangku.

“Teman kamu, apa dia juga mengatakan hal semacam itu ke kamu?” Reyhan mengusap pipiku sambil menatapku lekat.

“Mereka bilang kamu bodoh?” lanjutnya bertanya amat serius padaku.

“Em.” Aku tahu yang ia maksud adalah Radhia. Aku pun kaget karena sikapnya begitu tiba-tiba.

Jangan-jangan Radhia ... apa mungkin menyukai Reyhan?

“Jujur, Sayang ....” pinta Reyhan sambil menghela napas berat.

“Iya,” jawabku tak ingin berbohong.

Reyhan menarikku ke pelukannya. “Jangan dengarkan mereka. Kamu nggak bodoh, kamu adalah istriku yang shalehah.”

Aku tersenyum sambil menangis.

“Kamu nggak seperti yang mereka pikirkan. Kita semua sama dihadapan Allah.”

Aku mengangguk cepat.

“Teman yang baik akan selalu membawa pada kebaikan. Jika sekarang seseorang yang kamu anggap teman malah membawamu pada kesedihan, maka dia bukan teman yang baik.”

Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang