Suara riuh memenuhi jalan raya, klakson saling bersahut-sahutan di sore hari yang cukup panas. Mobil-mobil memenuhi jalan raya berlomba-lomba untuk sampai terlebih dahulu ke tujuan mereka, sepeda motor dengan lincah menerebos kemacetan, menimbulkan keirian supir-supir dibalik mobil yang terjebak macet.
"Iya Ummah, ini Agam sudah dijalan, Agam terjebak macet Ummah, mungkin Agam akan telat datang" Gus Agam seorang pemuda berusia 21 tahun dengan setelan rapi mengobrol melalui telepon genggamnya, pemuda itu terlihat sendu ditengah kerisihan orang-orang.
"Sudah dulu ya Ummah, Agam mau lanjut nyetir, Assalamualaikum" Gus Agam menutup sambungan teleponnya sambil bernapas panjang. Sudah 45 menit dia terjebak ditengah-tengah macet.
Gus Agam terlihat tenang menyetir mobilnya, wajahnya tidak segusar supir-supir lain yang sedang mengemudi, bibirnya basah tidak berhenti membisikan zikir, matanya teduh tidak menunjukkan kekesalan sedikitpun.
"Hey wanita jalang, kau itu pelacur, terus kau minta aku bertanggung jawab buat janinmu itu?" teriakan seorang laki-laki dari luar mobil.
"Astaghfirullah al-azim" Gus Agam yang mendengar cacian sontak mengucapkan kalimat Istighfar.
Gus Agam membuka kaca mobilnya, Mata sendu Gus Agam segera mencari sumber suara laki-laki yang berteriak kasar ditengah kemacetan jalan raya, bibirnya masih terus membisikan zikir sambil menoleh ke kiri dan kekanan.
"Ini anakmu Galih" suara serak seorang wanita terdengar sambil menangis.
Pandangan Gus Agam tertuju dengan pemandangan menyedihkan, terlihat seorang pemuda berbadan kekar sedang berdiri sambil menggandeng wanita berwajah China, di depan pemuda itu tampak seorang wanita cantik bersimpuh yang dipenuhi lebam disekunjur tubuhnya.
Sekali lagi ponsel Gus Agam berdering, kali ini terlihat panggilan masuk dari Abah Bukhori, Gus Agam menolak panggilan itu dan mematikan ponselnya, dengan pelan dia pinggirkan mobilnya di jalan raya.
Kembali Gus Agam memperhatikan tiga insan yang sedang mempertontonkan perkelahiannya. Terlihat laki-laki itu beberapa kali membentak wanita yang bersimpul di kakinya, sedangkan wanita yang berdiri di samping laki-laki itu tampak tersenyum menyaksikan kejadian di depan matanya.
Gus Agam tetap di dalam mobilnya sambil membisikan doa untuk wanita yang terlihat penuh lembam, hatinya mulai tidak tenang melihat perlakuan laki-laki itu, namun Gus Agam masih berusaha menahan diri untuk tidak ikut campur dengan urusan orang lain.
"Mati saja kau jalang, dasar pelacur, tidak tahu diri" laki-laki bertubuh kekar itu menarik kasar rambut indah wanita yang menangis pasrah, menyeretnya dipinggir jalan.
Gus Agam yang tidak tahan melihat perlakuan tidak senonoh itu segera keluar dari mobil dan melangkah cepat menghampiri mereka.
"Hey apa yang anda lakukan, lepaskan wanita itu" dengan nada lembut tapi tegas Gus Agam menegur pemuda yang tidak lain adalah Galih Reviano pemuda 28 tahun seorang bandar perjudian.
"Siapa kau hah? dasar bocah ingusan, jangan ikut campur dengan urusanku" laki-laki itu balik membentak Gus Agam.
"Tolong lepaskan wanita itu dahulu baru kita bicara baik-baik" Gus Agam menjawab dengan tenang.
"Okay, ini aku lepaskan pelacur jalang ini, jadi apa maumu?" Galih melepas cengkramannya dari rambut wanita itu, lalu dengan sombong merapikan jas hitamnya.
"Saya tidak ingin apa-apa, saya hanya meminta anda melepaskan wanita itu, tidak sewajarnya anda berlaku kasar pada seorang wanita" Gus Agam menjawab sambil tersenyum dan membantu wanita itu bangun.
"Ciuh, munafik, pelacur jalan seperti dia memang pantas di perlakukan seperti binatang" Galih meludahi kaki sintal wanita itu sambil memandangnya dengan pandangan jijik.
"Astagfirullah" nada Gus Agam lebih tegas dari sebelumnya.
"Apa?, kau tahu wanita yang kamu bela itu seorang pelacur, dan sekarang dia datang kesini mau minta pertanggungjawaban dari aku, apa dia buta?, tidak melihat pacarku yang cantik ini, siapa coba yang mau bertanggungjawab untuk anak yang tidak jelas asal usulnya itu" Galih mengoceh panjang sambil merangkul Naomi Zeline wanita keturunan China yang berusia 20 tahun.
Seketika Gus Agam terdiam mendengar ucapan Galih, matanya melirik wanita yang berdiri di sampingnya, wanita itu berparas cantik, tubuhnya terlihat sintal, kulitnya putih dibaluti mini dress putih, rambutnya indah terjuntai dengan warna hitam kecoklatan.
"Bagaimana Pak Ustadz?, pantas kan seorang pelacur diperlakukan seperti binatang? haha" Galih tertawa sambil melirik benci pada wanita itu.
Gus Agam masih terdiam, dia tengah memikirkan cara untuk menyelesaikan perkara yang terlanjur dia campuri.
"Lihatlah Jasmine, bahkan seorang pemuda yang tampaknya baik ini, cuma bisa diam saat tahu kau itu seorang pelacur" Galih kembali mengeluarkan kata-kata hina pada wanita itu.
"Cukup, biar bagaimanapun wanita ini tidak sepantasnya anda hina" Gus Agam menyahut omongan Galih.
"Hey Tuan yang sok baik, memangnya kamu mau bertanggung jawab dengan anak yang tidak jelas asal usulnya itu?" Galih melontarkan pertanyaan pada Gus Agam dengan pandangan meremehkan.
"Baiklah, saya akan tanggung jawab untuk anak yang dikandung wanita ini, jadi tolong jangan ganggu dia lagi" Gus Agam berucap tegas.
Galih tersontak kaget mendengar ucapan pemuda asing yang tiba-tiba ikut campur dengan urusannya itu, tidak terkecuali Jasmine Zara wanita 20 tahun yang sedari tadi mendapat hinaan dari Galih.
"Yang bener aja kamu, gila kali" ucap Naomi sambil menunjukkan ekspresi tidak percaya dengan pernyataan Gus Agam.
"Saya tidak gila dengan bertanggung jawab untuk wanita ini, tapi kalian yang gila telah menzoliminya" Gus Agam berucap dengan tegas.
Naomi yang tidak terima dengan cepat mendorong Jasmine.
"Dasar wanita jalang, aku pastikan Ibumu yang sekarat itu akan meninggal mendengar kabarnya Putri kesayangannya ini hamil dari hasil melacurkan diri" ucap Naomi setelah mendorong Jasmine lalu berjalan sambil dirangkul Galih meninggalkan Gus Agam dan Jasmine.
"Anda tidak apa-apa?" tanya Gus Agam sambil membantu Jasmine berdiri.
"Ah" Jasmine mengeluh kesakitan, darah segar mengucur dari selangkangannya, membuat mini dress putihnya berlumuran segar.
"Astaghfirullah al-azim" Gus Agam panik saat melihat wanita itu terkulai lemas dengan darah mengaliri kaki sintalnya.
Gus Agam menoleh kanan kiri, tidak ada satupun orang yang menghampiri mereka sekadar untuk membantu, semua sibuk dengan kesibukan masing-masing dan acuh tak acuh dengan sesama manusia.
Dengan terpaksa Gus Agam mengangkat tubuh Jasmine menuju mobil, bibirnya tidak henti mengucapkan Istighfar, tangannya bahkan gemetar hebat menyentuh kulit seorang yang bukan mahramnya.
"Tahanlah sebentar, saya akan mengantarmu ke rumah sakit" ucap Gus Agam sambil menoleh ke Jasmine sebelum menyetir mobilnya.
Gus Agam kembali bergelut dengan kemacetan jalan raya di sore hari, dimana jam itu adalah jam para pekerja mengemudi pulang kerumah masing-masing. Kali ini wajahnya terlihat gusar, mata teduhnya sesekali melirik Jasmine dengan tatapan khawatir, bibirnya tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan wanita itu.
30 menit berlalu mobil Gus Agam berhasil memarkir di depan sebuah rumah sakit, dengan sigap dia angkat tubuh Jasmine.
"Tolong selamatkan dia Dok" ucap Gus Agam saat membaringkan Jasmine di atas brankar.
"Kami usahakan yang terbaik ya" seorang Dokter wanita menjawab sambil tersenyum pada Gus Agam.
Brankar didorong dengan cepat oleh para perawat menuju pintu gawat darurat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AR-RAHMAN BUKAN UNTUK JASMINE (ON GOING)
RomanceSeorang bergelar Ning namun memiliki kehidupan yang bebas, itulah hidup yang sedang dijalani oleh Ning Jasmine Alleya putri dari Gus Agam Syarif Husein dan Zayna Shafiyyah. Jasmine memilih jalan berbeda dari halayak Ning pada umumnya, Jasmine memil...