"Baiklah Bapak sampai disini saja ya, istri Bapak akan baik-baik saja" ucap Dokter wanita itu menghentikan langka Gus Agam yang juga berniat masuk kedalam ruangan.
"Oh iya baik Dok" jawab Gus Agam sedikit gugup.
"Terima kasih Tuan" tangan lentik Jasmine meraih tangan Gus Agam dan mengucapkan terima kasih sambil tersenyum sebelum memasuki ruang gawat darurat.
Gus Agam sedikit kikuk dengan ucapan Jasmine, namun dia juga tidak bisa menutupi kekhawatirannya pada wanita itu. Setengah jam berlalu Gus Agam masih mondar mandir di depan pintu ruangan yang dimasuki Jasmine, tangannya gemetar menunggu kabar dari Dokter wanita tadi.
"Astaghfirullah al-azim" Gus Agam melupakan sesuatu, dia meraih ponselnya yang sempat dia matikan, dengan tangan yang masih gemetar dia segera menyalakan kembali ponselnya, belum sempat menekan tombol apapun sebuah panggilan masuk dari Abah muncul di layar.
"Waalaikumussalam Abah" ucap Gus Agam menjawab salam Abah Bukhori.
"Agam lagi di rumah sakit Abah" Gus Agam menjawab pertanyaan Abah Bukhori.
"Maafkan Agam Abah, untuk hari ini Agam tidak bisa menyusul ke sana, dan untuk lamaran Agam tidak bisa melanjutkannya lagi, kalau Abah tanya alasan Agam, nanti akan Agam jelaskan saat kita pulang ke rumah ya" Gus Agam menjelaskan dengan pelan pada Abah Bukhori.
"Iya Abah sekali lagi Agam minta maaf ya, waalaikumussalam"
Tut, tut, tut, panggilan dengan Abah Bukhori telah berakhir, dengan tubuh yang masih gemetar Gus Agam kembali membisikan doa-doa untuk keselamatan Jasmine.
Seperti pepatah sudah jatuh ketiban tangga lagi, mungkin pepatah itu lah yang bisa menggambarkan posisi Gus Agam saat itu, tiba-tiba ikut campur dengar urusan orang, dan dia juga harus membatalkan lamarannya dengan seorang santriwati terbaik.
Dokter wanita yang ditunggu-tunggu oleh Gus Agam akhirnya keluar dari ruangan.
"Bagaimana Dok keadaan wanita itu?" tanya Gus Agam dengan raut khawatir.
"Alhamdulillah, beliau selamat Pak" jawab Dokter wanita yang berlabel nama Ishara.
"Bagaimana dengan kandungannya Dok?" tanya Gus Agam lagi mengingat Jasmine yang sedang mengandung.
"Kalau itu saya minta maaf Pak, janin yang masih terlalu muda itu sudah meninggal sebelum pasien sampai kesini" ucap Dokter Ishara dengan raut sedih.
Gus Agam terduduk mendengar kabar duka itu, mata sendunya berkaca-kaca menampung air mata yang hendak tumpah.
"Saya permisi dulu ya Pak, Bapak boleh melihat pasien sekarang" ucap Dokter Ishara pamit.
"Baik Dokter, terima kasih" jawab Gus Agam dengan suara serak.
Gus Agam masih terduduk di kursi tunggu, dengan ujung tangan baju kokohnya dia berkali-kali mengusap air mata yang tidak tertampung lagi, Gus Agam berusaha menyelesaikan tangisnya dahulu sebelum masuk melihat Jasmine wanita yang baru dia kenal dan berhasil membuatnya menangis.
"Assalamualaikum" ucap Gus Agam saat memasuki ruangan Jasmine.
"Waalaikumussalam" jawab Jasmine lirih.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Gus Agam yang berusaha mencairkan suasana canggung dengan Jasmine.
"Saya baik-baik saja, terima kasih" jawab Jasmine singkat tanpa memandang ke arah Gus Agam.
"Boleh saya duduk?" tanya Gus Agam saat mendekati kursi di samping tempat tidur Jasmine.
"Terserah" jawab Jasmine masih tidak menoleh.
"Hmm, kamu yang sabar ya" ucap Gus Agam gugup.
"Iya, saya tidak apa-apa, anda tenang saja" Jasmine masih tidak menoleh ke arah Gus Agam.
Suasana semakin canggung dengan tingkah Jasmine, Gus Agam juga bertingkah kikuk.
"Oh iya anda boleh pulang" ucap Jasmine memecahkan keheningan sambil memandang Gus Agam.
"Apa?, pulang?, memangnya kamu sudah baik-baik saja?, atau kamu punya keluarga yang bisa dihubungi?" mata sendu Gus Agam melebar.
"Iya pulang, saya tidak apa-apa, dan lagi saya cuma punya Ibu, saya tidak akan menghubunginya dengan keadaan begini apalagi aku begini karena keguguran, itu sama saja aku ingin membunuh Ibuku yang sekarang sedang berjuang melawan penyakitnya" ucap Jasmine.
Gus Agam mengangguk-angguk mendengar ucapan Jasmine, dia mengerti tentang keadaan Jasmine yang dirahasiakan, tentang kehamilan bahkan tentang pekerjaan Jasmine.
"Kamu mengangguk-angguk seperti mengerti saja dengan masalahku" Jasmine berbicara pelan sambil menghembuskan napas berat.
"Saya mengerti" jawab Gus Agam.
"Baiklah kalau anda mengerti maka pulanglah, anda tidak perlu mengkhawatirkan pelacur seperti saya" ucap Jasmine kembali membuang muka.
"Hustt, kamu tidak boleh berbicara seperti itu, jika bukan kamu sendiri yang menghargai dirimu bagaimana orang lain akan menghargaimu, tidak ada manusia suci di dunia ini dan tidak ada pula manusia hina, yang ada hanya manusia yang tidak ingin berubah. Kamu tahu bahkan manusia paling hina sekalipun kalau dia ingin berubah karena Allah SWT maka dia bisa menjadi sebaik-baiknya manusia, jadi jangan sekalipun menghina dirimu sendiri" jelas Gus Agam.
Jasmine masih tidak menoleh ke arah Gus Agam, air matanya jatuh mendengarkan ucapan itu, untuk pertama kalinya ada seseorang yang menggangnya manusia, selama ini semua orang hanya memandangnya wanita hina yang pantas untuk diperlakukan seperti binatang.
"Baiklah, saya tahu kamu butuh waktu untuk sendiri, saya akan meninggalkanmu namun besok saya akan kesini lagi, jangan sekali-kali berpikir untuk pergi, untuk biaya rumah sakit tidak perlu kamu pikirkan, semua itu akan saya bayarkan" ucap Gus Agam berpamitan.
Gus Agam melangka meninggalkan Jasmine yang terbaring sambil menangis, namun sebelum langkanya keluar dari ruangan, dia menghentikan langkanya.
"Satu lagi, saya akan kembali untuk menepati janji saya" Gus Agam berucap tegas.
Jasmine yang mendengar ucapan terakhir Gus Agam menoleh melihat punggung laki-laki itu berlahan keluar dari ruangan.
"Huft dasar manusia baik" Jasmine berbisik pelan sambil melukiskan senyum tipis dari bibirnya.
***
Gus Agam berjalan dari ruangan Jasmine, langkanya menghampiri Dokter Ishara yang duduk di ruangan.
"Dokter, saya akan pulang, saya minta tolong jaga wanita itu baik-baik, jangan biarkan dia pergi apapun yang terjadi, saya akan kembali lagi besok pagi" pesan Gus Agam pada Dokter Ishara.
"Iya Pak akan kami jaga baik-baik, Bapak tenang saja istri Bapak akan baik-baik saja" jawab Dokter Ishara dengan senyum manis menyakinkan Gus Agam.
"Baiklah Dok, terima kasih, kalau begitu saya pamit pulang dulu" pamit Gus Agam.
"Oh iya Dok, ngomong-ngomong wanita itu bukan istri saya, saya hanya kebetulan menolong beliau di perjalanan tadi" langka Gus Agam terhenti, dia menjelaskan kepada Dokter Ishara bahwa dia bukanlah pasangan Jasmine.
"Maaf Pak, saya tidak tahu, saya kira dia istri Bapak, karena Bapak datang ke rumah sakit menggendongnya dengan raut khawatir, seperti seseorang yang mengkhawatirkan pasangannya" Dokter Ishara meminta maaf pada Gus Agam.
"Iya Dok, tidak apa-apa" ucap Gus Agam sambil menoleh ke arah Dokter Ishara lalu melangka keluar dari rumah sakit.
Gus Agam meninggalkan rumah sakit tempat Jasmine dirawat, langkanya terasa berat, rasa khawatirnya tertinggal di bangunan pengharapan itu. Meski langkanya berat namun Gus Agam tetap harus meninggalkan wanita yang bukan mahramnya itu, selain untuk menghidarkan fitnah dan dosa, ada urusan yang harus Gus Agam selesaikan di rumah, ada masalah yang sudah dia mulai dan harus dia selesaikan.
"Entah pantas atau tidak
Tapi ya Allah
Bolehkah manusia hina ini
Mengharap lebih?"
-Jasmine Zara-
KAMU SEDANG MEMBACA
AR-RAHMAN BUKAN UNTUK JASMINE (ON GOING)
RomanceSeorang bergelar Ning namun memiliki kehidupan yang bebas, itulah hidup yang sedang dijalani oleh Ning Jasmine Alleya putri dari Gus Agam Syarif Husein dan Zayna Shafiyyah. Jasmine memilih jalan berbeda dari halayak Ning pada umumnya, Jasmine memil...