...
-1997-
..
.
' Kebakaran yang terjadi di Permukiman Astra Permata pada kamis (15/5) pukul dua dini hari menewaskan 17 orang. Dua diantaranya masih balita. Korsleting listrik diduga menjadi pemicu utama terjadinya kebakaran '
.
.
.
' Duka yang begitu mendalam bagi mereka yang ditinggalkan
Apa yang harus mereka lakukan ketika mereka telah kehilangan tempat sandaran?
Kaki yang bahkan masih rapuh itu dipaksa harus berdiri dengan tegak
Dihadapkan dengan kehilangan tentu begitu menyulitkan
Namun takdir adalah kehendak kuasaJalan manusia telah digariskan olehNya '
.
.
.
' "Dimana dia sekarang? Aku akan membawanya." Cerutu yang diapit diantara kedua jemari. Asap pun mengepul tatkala ia membuang udara melalui bibirnya. Ia pun kembali terbungkam.
"Apa anda yakin dengan keputusan anda, tuan? Bukankah anda membenci orang tua dari orang tua anak itu?"
"Kau diam saja. Jangan mempertanyakan apa yang sudah menjadi keputusanku." Ucapnya dengan tegas membuat si pria berkacamata itu menunduk tak enak.
"Maafkan saya tuan." Si pria berkacamata menyesal karena telah menyinggung sang tuan.
"Jadi, dimana dia sekarang?" Tanya pria bertopi fedora itu lalu kembali menyesap cerutunya. Asap yang kembali membumbung ke udara. Dan ia kembali memandang jauh hamparan langit di depannya.
"Dia berada di panti asuhan di sudut kota. Relawan itu yang telah membawanya." Jawab si pria berkacamata kemudian kembali mengangkat wajah.
Sang tuan perlahan berbalik. Raut dingin nan datarnya namun aura yang begitu tegas cukup bisa mengintimidasi siapa saja yang berpandangan dengannya. Rasa sungkan ataupun takut yang mungkin orang-orang itu rasakan ketika beradu pandang dengan netra gelap miliknya.
"Kita pergi ke sana." Ajaknya tak minat merubah ekspresi wajah. Nada bicara yang masih begitu dingin nan datar. Ia mulai melangkahkan kakinya menghampiri mobil miliknya yang berjarak beberapa meter dari tempatnya berada.
"Baik, tuan." Jawab si pria berkacamata. Ia juga melangkahkan kakinya mengikuti jalan sang tuan.
Si pria berkacamata membukakan pintu untuk sang tuan. Barulah setelah itu ia menyusul masuk dan duduk di kemudi. Sarung tangan hitam yang ia kenakan sebelum dirinya melajukan mobil. Pria itu menoleh sejenak pada sang tuan untuk memastikan bahwa tuannya sudah siap.
Mobil pun melaju. Membelah jalanan gelap, menjauhi jembatan kota.
.
.
.
- To be continue -
KAMU SEDANG MEMBACA
Be your priority | Obsession; Love and hate (New story)
FanfictionManusia memang selalu memiliki apa yang ingin mereka lindungi. Seperti harta, tahta, atau orang yang mereka sayangi. Bukan hal yang salah jika mereka ingin melindungi apa yang telah mereka dapatkan dari hasil jerih payahnya sendiri, menjauhkannya da...