Chapter 9

6.4K 603 586
                                    

Relationship is naturally difficult
And only the people who are in the battle know what's hidden
Now choose; to fight alone? Or... to fight together?

Harum kuat bumbu masakan atas herbs and spices menyambut Erica saat tiba di patio yang letaknya di tengah bangunan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harum kuat bumbu masakan atas herbs and spices menyambut Erica saat tiba di patio yang letaknya di tengah bangunan. Di kelilingi pilar-pilar tinggi putih tersarungi corak rumit hitam keemasan di setengah bagiannya. Ada pohon pisang kecil dalam pot besar, bersama tangerine yang berbuah. Bagian atap tengah ruangan itu tembus pandang. Membawa sinar masuk menyentuh lantai kaya warna yang terukir mosaik geometri dan karikatur bunga.

Terbalut dalam silk midi skirt ivory yang membungkus kakinya melangkah. Lace tube top warna aquamarine menyala di atas kulitnya. Erica menyampirkan syal tipis putih di bahu yang membuat penampilannya cukup sopan. Rambutnya saat ini dibiarkan tergerai.

Sapaan berupa kecupan di pipi, Erica sematkan pada suaminya yang sudah lebih dulu duduk di meja makan, menemani Kai. Pagi ini terlihat fresh dalam kemeja linen warna serupa rok yang Erica pakai dengan bagian lengan tergulung. Disanding short pants pria itu berwarna light grey. Ada kacamata hitam yang dikaitkan di bagian dada kemeja Ren yang tidak terkancing sempurna. Rambut kecoklatan dan kulitnya seolah berkilauan tertimpa cahaya. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata. Berikut juga senyum dan kerlingannya.

"Beautiful." sanjungan Ren sesaat melihatnya.

Ayana dan Genta sontak terheran-heran; apa yang baru saja terjadi? Pikir mereka. Sampai mata keduanya melotot-lotot. Sebab seingat mereka, akhir-akhir ini, bukankah hanya sang tuan yang bertingkah... kenapa ibu rumah sekarang juga? Tadi Genta bahkan hampir menyemburkan minumnya.

Astaga... gawat sekali.

Genta memang curiga dengan agenda Ren kemarin.

Lantas bukan hanya keduanya, Archie yang turut sarapan di dekat sana ikut mengangkat kepala.

"Mama... Kai too." Menyudahi saling tatap penuh makna dengan suaminya, Erica beralih pada sang anak yang manis dalam kaus lengan pendek santai bergambar anak singa warna coklat gelap dan celana cargo pendek abu-abu terang. Tangan berisinya yang memegang roti daging dijulurkan ke arahnya, sambil memasang wajah memelas, Erica gemas. Tersenyum lembut, Erica meraih kedua tangan Kai, mengangkat tubuhnya ke pelukan. Mengecup bahu dan pipi gembilnya berulang kali hingga Kai kegelian.

"Mama..." Kai tertawa riang. Berusaha menghindar dari terjangan sang Mama. Kakinya yang menjuntai bergerak-gerak. "Mama, it's tickling. Papa help... Papa." Erica tersenyum melihatnya. "Mama... kiss Papa again. Kai is enough... later again, please?"

Nouveau DépartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang