Epilog

101 13 5
                                    

Masih ingat dengan janji Darren tempo lalu?

Ah bukan, kali ini bukan janji yang membahas soal Darren yang berjanji tidak akan meninggalkan Maura lagi. Melainkan janji untuk memberikan kado pada Maura apabila Maura berhasil kembali berbaikan bersama Metta.

Meskipun janji tersebut tercetus begitu saja karena permintaan Maura sendiri, tapi pada akhirnya, di hari ini atau sebut saja seminggu pasca Darren kembali dari Washington D.C Darren pun langsung menunaikan janjinya tersebut. Yup, dia akan mengajak Maura makan di salah satu tempat makan favorit mereka.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Namun Maura sudah sibuk bersiap di kamarnya sembari menunggu Darren menjemputnya mengingat mereka janjian sekitar pukul tersebut.

Hari ini Maura sengaja memakai pakaian casual-nya berupa sweater bergaris berwarna putih hijau yang ujungnya dimasukkan ke dalam rok span selutut berwarna hijau lumut. Rambut panjangnya sengaja dia kepang dua dengan membiarkan poni rambutnya menutupi kedua alisnya. Agar terlihat menggemaskan dimata Darren, hehe...

Setelah dia memakai tas selempang hitamnya dia pun langsung berjalan keluar rumah sembari menenteng sepatu kets berwarna putih miliknya.

"Darren udah datang Mao?"

Maura menoleh sekilas ke arah Bundanya yang sibuk menyiram tanaman di halaman rumah mereka. "Belum Bun, masih dijalan kayanya" jawabnya.

Lalu tidak berselang lama kemudian sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat di depan pagar rumah mereka.

"Nah itu Darren" ucap Bunda dengan senyuman manisnya, hafal betul mobil baru Darren itu.

Setelah mematikan mesin mobilnya, Darren pun keluar dari mobil tersebut sembari menenteng kunci mobilnya. Hari ini Darren mengenakan kaos putih yang ujungnya dimasukkan ke dalam celana katun berwarna putih tulang, kemudian sebuah cardigan flanel berwarna oranye membalut kaos tersebut. Ia tampak segera menghampiri Bunda Maura lalu langsung menyapanya dan mengobrol santai bersamanya. Sudah seperti kepada Ibu sendiri, begitupun dengan Bunda yang memperlakukan Darren sudah selayaknya anak sendiri. Darren benar-benar mengabaikan kekasihnya yang sejak tadi menatapnya dengan raut cemberutnya di sana. Ternyata sudah dandan seimut ini pun masih kalah saing dengan pamor Bundanya.

Maura pun langsung bangkit dari posisi duduknya selepas dia mengenakan sepatunya kemudian berjalan menghampiri Darren dan Bundanya.

"Kakak"

Darren menoleh ke arah Maura yang memanggilnya dengan suara yang terdengar agak merajuk. "Hem?" Gumamnya santai.

"Cantik nggak?" Katanya sembari menunjuk penampilannya sendiri, berharap pujian dari Darren. Sementara Bunda yang menyaksikannya hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya beberapa kali. Semenjak Darren kembali dari luar negeri, Maura semakin posesif saja pada Darren, pun tingkahnya semakin manja. Terkadang juga melakukan hal-hal seperti itu. Haus pujian dari Darren sekali pokoknya. Mungkin efek karena Darren yang semakin dewasa semakin tampan, makannya Maura takut Darren berpindah ke lain hati, sampai-sampai Bundanya saja dia waspadai. Benar-benar ya Maura itu.

Darren langsung menatap Maura dari atas sampai bawah, menatap penampilan Maura hari ini yang cukup menggemaskan. Tidak biasanya juga kan Maura mengepang rambutnya begitu. Kelihatan lebih fresh pokoknya. Dengan jujur Darren menganggukkan kepalanya sekali, kemudian dia kembali mengobrol bersama Bunda.

Maura mengulurkan tangannya ke depan, memegang tangan Darren, "Kakak, masa ngangguk doang. Muji kek" rengeknya. Maura menaruh dagunya ke atas bahu Darren. Bibirnya maju ke depan, cemberut karena Darren kembali mengabaikan dirinya. Meskipun akhirnya Maura pun malah menyimak pembicaraan Darren dan Bundanya yang ternyata membahas soal kepindahan Darren dari rumah lamanya.

Maura & Darren (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang