05. Buka Puasa Pertama

158 28 21
                                    

Daily Life Chakra Family
.
.
.

Happy Reading ❤️❤️❤️
.
.
.

*****

"Ma, masih lama?"

"Tunggu sejam lagi, ya, Teh."

Bahu Yuli merosot ke meja makan dengan raut yang menahan lapar dan lelah. Dia sudah tidak kuat dengan godaan makanan yang dibuat oleh sang ibu.

Mereka seakan memanggilnya untuk dimakan, seperti:

Kolak pisang: "Hai, aku makanan favoritmu. Ku jamin kau akan merasa puas saat memakanku. Maka, ayo cepat! Makan aku!"

Kurma: "Aku adalah si yang punya berbagai khasiat. Kau akan kembali bugar saat memakanku. Jadi, cepat makan aku!"

Sop buah: "Dingin, manis, banyak buah, dan segar. Heeeemmm, nikmatnya diriku ini. Ayo, sini makan aku."

Odading: "Manis, garing di luar, lembut di dalam. Aahhh, nikmat mana lagi yang aku dustakan. Apa kau tidak mau memakanku? 😏"

Gorengan pisang: "Kriuk, manisnya pas, dan akan bergoyang di mulutmu akan kenikmatanku ini. Aku--"

Ok, Stop!

Yuli tidak sanggup jika diteruskan.

Anak perempuan itu kembali menatap sang ibu yang masih berkutat di wajan.

"Ma, adzan Maghrib tuh jam berapa?" tanyanya.

"Jam 6 lebih 10 menit," jawab Diana.

Yuli terdiam tengah menjabarkan jam yang dimaksud oleh Diana. Dia menatap jam yang tertempel di dinding.

"Jam 6 lebih 10 menit," gumam Yuli.

"Jarum pendek 'kan nunjukin jam, sedangkan jarum panjang nunjukin menit, terus yang jarum geraknya cepet itu detik."

Yuli mengacungkan jari telunjuknya pada jam dinding seraya digerakkan.

"Terus juga kata Mama ngitung menit itu dikali 5 tiap angka yang ditunjuk sama jarum panjang."

Tiba-tiba di atas kepala Yuli muncul kalkulator coret imajiner.

"Misalkan kalau jarum pendek nunjuk ke angka 1, 1 dikali 5 hasilnya 5, berarti itu sama dengan 5 menit. Ke angka 2, jadi 10 menit. Dan seterusnya sampe ke angka 12 dikali 5."

"Jam 6 lebih 10 menit." Yuli kembali menggumamkan ucapan Diana.

"Berarti jarum pendek disimpen di angka 6, terus jarum pendek disimpen di angka 2!"

Yuli segera turun dari kursi makan.

"Mau ke mana, Teh?" Diana mencegah sejenak langkah anak perempuannya yang akan meninggalkan dapur.

Ngomong-ngomong, di rumah hanya ada mereka berdua saja karena para manusia yang berjenis kelamin laki-laki tengah keluar. Katanya sih mau jalan-jalan di sekitar komplek sekalian ngabuburit.

Diana percaya pada Chakra dan Yuan. Ayah dan anak itu memang sangat menyukai kegiatan yang namanya ngitung jalanan komplek dengan berjalan kaki.

Namun, Sultan?

Diana kurang percaya, anak sulungnya itu penuh akan kemodusan agar bisa melihat anak gadisnya Pak Sahaja.

Daily Life Chakra Family [Chansoo GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang