*
Untuk kedua kalinya dalam sebulan Mayor Jendral Jeon Jeongguk memasuki ruangan kakeknya, Jendral Jeon In, tidak pernah berakhir dengan baik, dan memang selalu seperti itu sejak lima tahun silam.
Jeon In juga sejujurnya merasa kelimpungan dengan cucunya tersebut, dia tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa padanya selain ego yang tinggi dan terus bersikap tegas guna menutupi kecemasannya. Namun sayangnya hal itu justru telah di salah artikan oleh cucunya tersebut. Sedangkan Letnan Jendral Jeon Junghyun- hanya bisa menahan perasaan bersalah di hatinya. Tidak mampu menatap sepasang mata gelap identik itu secara gamblang. Rasa bersalah dan penyesalan bertahun tahun berlalu tidak pernah hilang dari bayangannya.
Jeon Jeongguk bangkit dari lantai, meludahkan air liur yang bercampur dengan karat besi (darah) ke samping, menatap penuh amarah dan kekecewaan terhadap dua pria di depannya tersebut.
" Masih menantang!? "
Jeon Jeongguk menyeringai, jelas dia tidak akan tunduk dengan mereka begitu saja. " Ya. " Jawabnya secara gamblang. Kakeknya hampir saja kembali menyentak cambuk di tangannya jika putranya- Jeon Junghyun tidak cepat cepat menahannya sesegera mungkin.
" Ayah, cukup! "
Jeon In menepis tangan Jeon Junghyun dan menatap cucunya dengan geram.
" JEON JEONGGUK!!! "
Kali ini Jeon Jeongguk benar-benar telah menegakkan tubuhnya dan menatap mereka dengan tegas.
" Apa yang salah dengan mencaritahu kabar Ibuku? Dia adalah orangtuaku satu-satunya yang tersisa saat ini- "
" Cukup!! Dia bukan Ibumu!! "
Jeon Jeongguk kembali menyeringai, dan mengusap darah di sudut mulutnya lalu menatap jejak darah di tangannya dengan perasaan rumit.
" Mau sekeras apapun kalian menyangkalnya, wanita itu tetaplah Ibuku. Dan kalian lah yang memisahkan kami!! Sungguh hina!! "
" Jeon Jeongguk, cukup! "
" Apa? Apakah Paman juga akan mencambuk ku setelah ini seperti yang di lakukan pria tua itu? "
Dengan sengaja menekan kata Paman dalam penyebutan nya kepada Jeon Junghyun- pria paruh baya itu tidak kuasa untuk menahan getar pada tubuhnya, hatinya terasa tercubit dan kepalan pada kedua tangannya mengerat.
" Ayah ku yang sesungguhnya sudah mati, Paman tidak perlu bertindak seolah olah adalah Ayah kandung ku. Karena aku tidak membutuhkan mu. "
Tepat setelah mengatakan itu, Jeon Jeongguk melangkah keluar dari ruangan tersebut dengan kondisi bertelanjang dada, sama sekali tidak peduli jika seseorang akan melihatnya dengan penampilan yang jelas sangat jauh berbeda dari biasanya yang selalu tertutup dan misterius. Di lorong yang gelap, langkah kakinya menggema, tidak ada satupun orang disana karena sejujurnya hari sudah begitu larut (dini hari) dan sebagian besar tentara sudah pergi untuk beristirahat dan hanya beberapa orang yang berjaga diluar untuk menjalankan tugas piket malam mereka.
Lama berjalan dan tibalah saatnya dia sampai di tujuannya, Jeon Jeongguk berdiri di depan sebuah pintu kamar seseorang, mengetuk dua kali tanpa repot repot berpikir apakah sosok di dalamnya akan terbangun oleh ketukan nya atau justru sebaliknya sama sekali tidak mendengar ketukan tersebut. Berdiri dengan patuh bahkan seolah olah dia tahu bahwa pemilik ruangan pasti akan membukakan pintu, Jeon Jeongguk berdiri dengan postur tubuh tegak layaknya seorang prajurit sejati siap menyambut tuannya.
Di dalam ruangan, tepatnya tak lain adalah ruang kamar Dokter Kim Taehyung, pemuda manis itu tengah bergelung dengan selimut hangatnya di kasur, membentuk bulatan kucing yang lucu. Namun ketika, mimpi yang tengah dia senangi harus hancur hanya karena sebuah ketukan dari pintu kamarnya, Kim Taehyung sangat ingin mengutuknya. Dia merasa seperti baru saja akan tertidur dari rasa lelahnya yang bahkan belum usai terlunasi, lalu apa lagi ini?
Kim Taehyung bukan tipe seseorang yang kaku dan egois, jadi meskipun dia merasa enggan, dia tetap menyeret tubuh nya ke arah pintu dan membukanya tanpa berpikir ulang apakah itu rekan atau pun lawan. Dan ketika pintu tersebut benar-benar terbuka dan menampilkan sosok yang cukup familiar baginya, untuk sesaat Taehyung merasa linglung.
" Kamu- "
Sebelum dia benar-benar bisa berbicara dengan benar, tubuhnya tiba-tiba terasa terdorong dari depan, memaksanya untuk kembali masuk ke dalam kamar, namun tidak hanya dirinya tapi juga bersama sosok di depannya itu yang kini bahkan bertindak layaknya tuan rumah (kamar) tersebut secara langsung. Menutup pintu dan tak lupa menguncinya kembali, Kim Taehyung mulai merasa sedikit waspada, dia dengan inisiatif melangkah mundur untuk memberikan jarak diantara mereka, bahkan bersiap mengambil semprotan serangga di dekat meja tempat tidurnya, berjaga-jaga bila sosok itu bertindak diluar perkiraan.
" A-apa, apa yang kau lakukan!? " Seru Taehyung dengan raut wajah kaget, apalagi ketika melihat sosok di depannya itu yang perlahan mulai melepaskan pakaiannya dengan postur tubuh membelakanginya.
Kim Taehyung baru saja akan menyemprot pria itu dengan obat anti serangga, berpikir bahwa pria di depannya itu tengah mencoba bertindak cabul, namun sebelum dia benar-benar bisa melakukannya, gerakan nya tiba-tiba saja mandek, dan sebaliknya kedua bola matanya terbelalak lebar ketika melihat serangkaian luka robekan acak memanjang dari berbagai arah, jelas sekali itu bukan dari senjata tajam seperti pisau namun cambuk!!!
Melupakan rasa takut dan waspada nya sebelumnya, Kim Taehyung lantas segera mendekat dan melupakan niat awalnya yang akan menyerang pria itu dengan semprotan serangga dan bahkan telah menjatuhkan tabung itu ke lantai. Ingin menyentuh namun tidak berani karena ngilu.
" Kamu- apa yang terjadi padamu? "
" Obati lukaku. "
Ujarnya sama seperti sebelumnya, Kim Taehyung tidak banyak bicara dan mulai berfokus pada pekerjaannya. Kantuk yang melandanya sebelumnya telah menghilang entah kemana, kali ini dia benar-benar segar dan sangat fokus pada pengobatannya. Luka jahitan yang sempat pada sebelumnya dia obati kembali terluka oleh cambukan di tubuhnya, Kim Taehyung tidak bisa berpikir bagaimana perasaan sakit itu mendera si pemilik tubuh.
Tapi hebatnya, walaupun dia sudah bertelanjang dada, tetap saja bagian wajah selalu dia tutup dengan masker, Kim Taehyung sangat penasaran, apakah ada sesuatu di wajah itu sampai sampai harus selalu di tutupi,?
" Tidak ada siapapun disini selain kita berdua, kenapa tidak melepaskan masker? Apakah itu tidak panas? "
Jeon Jeongguk diam, namun sepasang mata gelap menatap wajah Taehyung yang kini tengah menunduk membiarkan untaian rambutnya yang lembut jatuh menutupi sebagian dari wajahnya.
" Tidak sekarang. "
" Apa? "
Merasa tidak jelas dengan apa yang dia ucapkan, Kim Taehyung lantas mengangkat kepalanya menatap wajah itu dengan kebingungan. Entah mengapa setiap kali dia menatap sepasang mata gelap itu, dia lantas merasa sangat familiar.
" Kamu- Apakah aku mengenalmu? " Pertanyaan tiba-tiba yang Taehyung ajukan pada akhirnya berhasil menarik perhatian Jeongguk, balas menatap sepasang mata hazelnut miliknya yang unik, lantas sedikit tersesat, namun enggan untuk mengakui.
" Tidak. "
Mulut Kim Taehyung sedikit terbuka tapi dia tidak mengeluarkan suara selain pada akhirnya hanya bisa menelan semua pikiran yang sebelumnya ingin dia utarakan.
" Maaf, seperti aku masih mengantuk, melantur. "
Jeongguk tidak memberi tanggapan balasan untuk pernyataan barusan, dia hanya sedikit memalingkan muka dan membuang pusat perhatiannya dari wajah Taehyung ke arah boneka beruang kecil di tempat tidur dokter itu.
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴊᴇᴏɴ ᴛᴡɪɴs
FanficJudul : ᴊᴇᴏɴ ᴛᴡɪɴs Author : DiazOktaFiqi Genre : BL| Fiksi | Romance | Medic-Militer Request: SintaPurnama480 TIPE : Geregetan Bahasa : Indonesia - English Deskripsi : ᴊᴇᴏɴ ᴛᴡɪɴs, lahir dari keluarga terpandang terpandang dan tentunya berpengaruh b...