4. A Big Mistake

600 68 1
                                    

Jefan

Ia bukannya tak mengenal Karina. Yang kini tengah makan roti sobek dengan rakus. Sambil sesekali menyesap teh kotak. Meski tak sebeken Camelia yang artis FTV atau secantik Lakesya yang menjadi finalis None Jakarta.

Namun keberadaan Karina di sekolah, tak luput dari radarnya. Memang menarik perhatiannya.

Dengan tubuh mungil yang tak terlalu tinggi. Ditambah wajah manis cenderung imut yang seolah tanpa dosa. Membuatnya bisa memastikan, jika Karina adalah cewek rumahan yang tak pernah neko-neko. Tipikal cewek polos paling mainstream yang pernah ada. Sedikit membosankan untuk orang berjiwa petualang.

Jelas bukan tipe cewek yang akan diminatinya sama sekali.

Bukan, bukan karena Karina tak menarik baginya. Atau terkesan membosankan. Atau dirinya seorang petualang sejati. Bukan. Lebih karena Karina, sama sekali takkan terjangkau oleh dirinya.

Bagai pungguk merindukan bulan.

Apalagi sebabnya, kalau bukan karena perbedaan status sosial di antara mereka, yang terbentang lebar. Ditandai dengan circle pertemanan yang jauh berbeda bak bumi dan langit. Ditambah tak pernah berada di kelas yang sama.

Membuat dirinya dan Karina tak pernah saling mengenal satu sama lain secara resmi. Apalagi bertegur sapa. Cukup saling tahu sama tahu. Ia tahu siapa Karina. Dan Karina pasti tahu siapa dirinya. That's it.

Tapi kemunculan Karina di Retrouvailles, Cafe tempatnya bekerja di setiap weekend dan tanggal merah. Dengan penampilan paling amburadul. Membuatnya tak bisa untuk tak jatuh iba.

Ditambah kiriman video berdurasi selama hampir lima menit di grup kelas. Yang memperlihatkan kelakuan impulsif Karina di GOR. Saat pertandingan Final West Region HSBL berlangsung. Membuatnya—dengan sangat impulsif—memutuskan, untuk membantu cewek—cantik—rumahan ini untuk menemukan jalan pulang.

Tapi alih-alih niat tulus ikhlasnya berbuah kebaikan, yang ada malah ia sedang melakukan blunder terbesar. Karena mengantar Karina ke sebuah hotel, bukannya pulang ke rumah.

Dan kebodohan kedua yang dilakukannya dalam kurun waktu kurang dari sehari ini adalah, ia mau-mau saja memenuhi permintaan Karina. Untuk tidur di kamar yang sama dengan cewek itu.

What the fucking shit very bad idea!

Ini tentu sudah jauh di luar nalar. Pertama, semua orang pasti menyangka jika ia yang memaksa Karina untuk tidur di hotel bersamanya. Alasannya jelas lah, ia dikenal sebagai cowok berandal, sementara Karina cewek baik-baik.

Kedua, jika keluarga Karina tahu mereka menginap di kamar hotel yang sama, bisa dipastikan ia akan menjadi samsak hidup, yang dalam waktu singkat akan berubah menjadi perkedel. Absolutely.

Lalu ketiga, ini yang paling menakutkan baginya. Yaitu karena ia tahu, Karina tak mengenakan apapun di balik kaos oblong dan celana kebesaran miliknya.

Membayangkan itu saja sudah membuat kepalanya pusing tujuh keliling sejak keluar dari Cafe. Akal sehatnya mungkin masih mendominasi hingga saat ini. Namun ia tak bisa menjamin dengan yang ada di bawah sana.

"Gue nyuruh lo tidur di sini biar ada temen. Bukannya bengong kayak gitu!" bentak Karina sambil melihat sengit ke arahnya.

Satu lagi yang membuatnya tercengang adalah, cewek semanis Karina ternyata memiliki hobi bicara dengan nada membentak-bentak sekaligus memukul kepala. Sungguh hobi yang sangat aneh dan menyebalkan.

"Gua ngantuk," ia menjawab sekenanya. Sambil menyelonjorkan diri di atas satu-satunya kursi plastik yang ada di dalam kamar. Dengan kaki dinaikkan ke atas meja.

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang