selamat tinggal (2)

2.8K 146 5
                                    

AYEY! AKHIRNYA VERANDERING TAMAT! ga tamat beneran sih, masih ada epilog. TAPI SEKARANG MENURUT GUE VERANDERING UDAH TAMAT! HAHAHAH!

terimakasih banyak untuk:

1. andivanf sahabat yang udah ngasih banyak saran dan ide untuk cerita ini. yang selalu nagih update dan vote setiap chapternya. ohya, cerita ini adalah cerita koloborasi gue sama andiva. jadi, cerita ini bukan karya gue seorang. tapi andiva juga berperan penting di cerita ini:) thankyou bonbon!

2. Azizaaluna dan Jeanette_161 dua sahabat yang juga sudah banyak membantu memberi inspirasi untuk gue. ngebantuin banyak banget inti cerita dari beberapa part. dan kedua orang ini juga ga henti-hentinya nge-vote cerita gue dan nagih update. tapi yang paling rusuh si janet. sumpah net lu rusuh banget.

3. semua readers yang gabisa gue sebutin satu-satu. semua komen dari kalian yang bisa buat gue senyum-senyum sendiri di kamar, dan bikin makin semangat nulis. terimakasih semuanya! gue sangat senang untuk tau kalau kalian suka sama karya gue ini:)

ada satu informasi, gue gaakan nulis lagi di wattpad. mungkin ini cerita terakhir gue. sebenernya ada satu cerita lagi sih, tapi gue gayakin bakal nulis cerita itu. mengingat kalau sekarang gue udah mau UN, jadi gue gabakal sering mantengin laptop kayak dulu-dulu:)

terimakasih sekali lagi, and enjoy!




Selasa, 20 April 2015

Bandara Internasional Djuanda, Surabaya.

Shania menghirup aroma Hammerhead yang sangat menenangkan. Papanya sedang mengurus visa dan passport mereka, dan di sinilah Shania. Duduk dengan tenang di salah satu café yang menyediakan kopi paling terbaik menurut Shania. Gadis itu duduk di dekat jendela yang memperlihatkan secara nyata orang-orang yang sedang lalu-lalang di hadapannya.

Asap minuman panas itu menerpa wajah Shania dengan lembut. Seakan memberi kehangatan sekaligus ketenangan untuk Shania. Tadi, dirinya diantar oleh Devha menuju bandara. Om Fauzan dan Tante Fero tidak bisa mengantar karna mereka ada tugas yang tidak bisa ditinggal.

Calvin juga ikut ke bandara, namun dia tidak satu terminal dengan Shania. Calvin akan kembali ke Jakarta, melanjutkan sekolahnya yang sempat dia liburkan secara pribadi selama tiga hari.

Devha mengatakan kalau ada seseorang yang ingin bertemu dengan Shania di kedai kopi ini. Maka, di sini lah Shania. Duduk dengan tenang di tempat yang dapat dilihat dengan mudah. Sebenarnya, Shania tidak tau siapa orang ini. Namun, firasatnya mengatakan Revanlah yang akan menjumpainya di sini.

Sudah kurang lebih satu jam Shania duduk di kedai kopi ini. Mengingat tujuan pesawatnya yang akan terbang keluar negri, Shania harus sudah stay di bandara tiga jam sebelum pesawat itu lepas landas.

Shania menatap arlojinya dengan gusar. Sudah satu jam dia duduk di sini, dan tidak ada tanda-tanda seseorang yang datang untuk menemuinya.

Baru saja dia ingin menelfon Devha, memaki sepupunya yang sepertinya sedang mengerjainya. Sampai satu suara mencegah niatnya dan membuat Shania memasukkan kembali iPhonenya ke dalam tas.

"Sorry gue telat. Macet banget jalanan."

Ya, tepat seperti dugaan Shania. Revanlah yang sekarang ada di hadapannya.

Shania mendengus. "Satu jam gue nunggu di sini, dan alasan yang sangat klise itu yang gue dapet?"

Revan hanya menggaruk tengkuknya dengan gugup. Tidak mau menambah masalah. Mungkin di sekolah dirinya bisa ngotot seperti biasa. Tapi kalau di sini? Bisa-bisa dia dan Shania diusir dari kedai kopi ini. Bahkan dari bandara.

Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang