Prom Night

4 2 0
                                    

Student council yang menjadi panitia inti prom night telah berhasil membuat acara itu megah dan sesuai ekspektasi. Ballroom yang luas dihias dengan interior design yang menawan. Lampu-lampu dan hiasan walaupun terkesan wah, tidak berlebihan atau overloaded. Rachel langsung mengangguk-angguk setuju dengan kesesuaian tema yang berhasil dieksekusi panitia, apalagi ia memang memiliki sense dan selera atas interior design.

Murid-murid sudah berdatangan. Suit & tie bagi murid pria, dengan warna hitam, putih sampai abu-abu berpasangan dengan dress para murid perempuan dengan warna yang serupa, termasuk warna-warna berani seperti merah atau emas menghiasi ruangan ballroom yang terletak di dalam sebuah hotel bintang lima tersebut.

Musik telah diputarkan sang DJ dari awal. Para murid yang datang langsung memulai dengan bergerak lambat ke pusat ruangan dan menggoyangkan tubuh mereka meski acara secara resmi belum dibuka.

Rachel dan Vivian yang datang bersama langsung menemukan Sophia dan Jordan yang mengenakan busana serasi, berwarna abu-abu muda dan tua, serta Dwi dan Josh yang secara mengejutkan juga sangat serasi.

"You guys drove a car, right?" tanya Sophia melihat kedatangan Rachel dan Vivian.

"No. We used online transportation. Pake mobil online tadi. sengaja. Nanti pulangnya biar dijemput. Gampang lah," ujar Vivian. "By the way, you guys look incredible. Selalu cocok. Good for you, Jordan. Please take care of my best friend here," lanjut Vivian kepada Jordan sembari memeluk Sophia.

"Well, well, well ... what do we have here, people. Dwi si cantik, si cerdas nan cerewet, tiba-tiba udah sama Josh aja. Langkah yang luar biasa mengejutkan, saudara-saudara," ujar Rachel kepada Dwi yang tidak seperti biasanya, kini terlihat kalem dan memang luar biasa cantik. Sapuan make up-nya pas sekali dengan skin tone-nya. Ia juga mengenakan gaun yang bergaya rumit, tetapi tetap elegan dan tak berlebihan. Josh di sisi lain, ikutan menjadi lebih pendiam. Keduanya bagai anak kucing yang pemalu.

Keempat sahabat plus Jordan dan Josh itu sebentar saja sudah terlena dengan kemeriahan prom night. Silvia Johnson dan sang Tunisian boy terlihat berdandan habis-habisan. Namun, memang Silvia luar biasa cantik dan mempesona, dan pasangannya juga tinggi serta pantas di balik jas yang ia kenakan. Silvia terlihat sungguh dewasa. Tidak hanya mengenakan mini dress, belahan punggung dan dadanya pun tidak tanggung-tanggung. Tidak ada yang bisa mengalahkan keberaniannya dalam berbusana. Sang pasangan cengengesan bangga karena di sampingnya, Silvia berhasil ia gandeng.

Pusat perhatian selama acara ada pada Silvia dan saingan beratnya, Vivian tentunya. Namun, hanya satu yang membuat Mr. Milo tak bisa melepaskan tatapannya: Rachel. ada Talulah di samping Mr. Milo, tetapi Mr. Milo mampu membuat perhatiannya kepada Rachel tidak terlalu menonjol.

Talulah, dengan glitter di kulit indahnya, dan dress yang mampu membuat tubuhnya terlihat semakin jenjang, terlihat sama cantik dan menariknya dnegan gadis-gadis di pesta ini. Praktis ia terlihat lebih tinggi dibanding Mr. Milo karena mengenakan sepatu berhak tinggi.

Talulah tak mampu menarik perhatian Mr. Milo yang memang hanya tertambat pada Rachel malam ini.

"That guy is truly a real deal. He's that fine, tho, Rach," ujar Vivian ketika keduanya sama-sama melihat ke arah kehadiran Mr. Milo.

Padahal, Mr. Milo hanya mengenakan jas hitam yang bodyfit, serta bowtie atau dasi kupu-kupu bukannya dasi biasa yang menjadi pilihannya. Ia bercukur dan sepertinya juga selesai potong rambut. Penampilannya menjadikan Mr. Milo terlihat menjelma menjadi laki-laki muda menawan acak di sebuah pesta dibandingkan seorang guru.

Bagaimana mungkin Rachel tidak terpana.

Tidak hanya Rachel, gadis-gadis grade 12 jelas-jelas tadi bergemuruh menggoda Mr. Milo, memberikannya puja-puji serta candaan. Rachel maklum. Toh, dari awal guru itu menjadi guru baru, Mr. Milo juga menjadi pusat perhatian. Sayang sekali ia tak tahu bahwa Mr. Milo juga begitu memperhatikannya semenjak pertama kali sepasang matanya menubruk Rachel di pesta ini.

Untuk memecah kekakuan, Rachel melambai ke arah Mr. Milo, yang langsung membalasnya.

"See. I bet it works. Mr. Milo pasti memperhatikan lo, Rach," ujar Vivian di telinga Rachel di sela-sela deruan musik.

"Apaan. Lihat aja dia sibuk melayani cewek-cewek, tuh."

"Aih, masih sempet-sempetnya cemburu. Itu perhatian beliau terpaku padamu, gadisku yang cantik. Just see how he looked at you," seru Vivian setengah berteriak mencoba meyakinkan Rachel bahwa Mr. Milo memang sedang terpesona padanya.

Tentu saja Rachel tidak beranggapan seperti itu. Ia juga sama sekali tak berharap Mr. Milo akan memberikan perhatian yang lebih padanya di malam prom night ini. Ia hanya ingin menikmati malam ini, berkomunikasi normal dengan Mr. Milo. Seperti biasa, ia tak mau mendramatisir sesuatu, tak mau berlebihan. Sungguh di luar pikiran Rachel bila sampai Mr. Milo sampai terspesona pada penampilannya malam ini.

"Ayok kita ke tempat Mr. Milo," ajak Vivian.

"Eh, ngapain sih, Vi."

"Come on. Katanya mau bersikap wajar. Kalau lo malu-malu gini malah aneh, nggak sih? 'Kan lo juga sering godain dan bercandain Mr. Milo. Sangat wajar kalau sekarang kita ke sana, terus ngobrol, bercanda, seru-seruan. Ayo, Rach."

Rachel tentu tak bisa menolak ajakan Vivian yang memang selalu tak bisa ditolak, apalagi dilawan. Rachel kadang memiliki sisi nekat dan kuat dalam mencapai tujuannya, terutama dibandingkan dengan kedua orang tuanya. Namun, Vivian adalah seorang rebel, alias pemberontak. Tentu usaha dan keinginnya jauh lebih keras dibanding Rachel.

"Hi, Pak, Hi, Talulah," sapa Rachel yang mau tak mau sudah berada di hadapan Mr. Milo.

Talulah melambai, membalas sapaan Rachel, tetapi tak lama ia sudah terbenam keramaian. Kewajiban mereka untuk membaca award pasangan terbaik di prom ini masih akan dilangsungkan paling tidak lebih dari satu jam lagi. Ia pun meminta izin undur diri untuk mengambil minuman. Toh, dari tadi entah sudah berapa murid perempuan yang menghampiri Mr. Milo, menggoda dan mengajaknya untuk berfoto bersama. Talulah masih belum lupa betapa populernya Mr. Milo di sekolah ini.

'Hi, guys. You guys look ... great," ujar Mr. Milo.

"Siapa yang paling cantik malam ini, Pak. Aku 'kan?" ujar Rachel. Ia sudah mampu mengembalikan gayanya, terutama ketika berbicara dengan Mr. Milo, meski jantungnya berdegup kencang memperhatikan penampilan Mr, Milo.

"Dua-duanya. Kamu sama Vivian, ehm ... sama kok."

Vivian tertawa, terutama ketika melihat Rachel bergaya merajuk. "Udah sana. Ayo, Pak. Foto dulu bareng Rachel. You guys look great, being honest. Kasihan Rachel udah pengin foto sama Bapak. Kata Rachel tadi, Bapak ganteng banget. Cocok sama dia," ujar Vivian berani.

Rachel tak sempat protes karena ia sudah didorong Vivian berdiri di samping Mr. Milo. dan tahu-tahu saja, Vivian sudah mempersiapkan hapenya siap memotret mereka berdua.

Lini MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang