Bab 4 - Kebetulan

15.8K 1.1K 34
                                    

Andira mengagumi kamar mandi Angga. Wastafelnya terlihat begitu seksi dengan kaca di dindingnya. Kamar mandi biasanya didominasi warna putih, namun kamar mandi Angga didominasi warna hitam mengkilap. Membuat siapa saja merasa seksi begitu masuk ke dalam kamar mandi Angga. Andira merasa bodoh dengan pikirannya. Seksi dari mana? Kalau orang lain yang mandi di sini mungkin iya seksi. Tapi Andira? Lemak di mana-mana. Dalam hati Andira berjanji bahwa ia akan diet maksimal setelah ini.

Andira membuka pakaiannya satu persatu. Entah mengapa ia merinding ketika melakukannya. Mungkin karena merasa asing. Tiba-tiba terdengar pintu kamar mandi yang diketuk dari luar, Andira panik. Tidak mungkin ia hanya menjawab saja, tidak sopan. Sedangkan jika ia ingin memakai kembali pakaiannya, tentu akan memakan waktu lama.

"Iya, Maaas." Akhirnya, Andira memutuskan untuk membuka sedikit pintu kamar mandi. Kepalanya ia julurkan untuk melihat Angga.

"Baju kamu sudah di depan sini, ya. Saya di kamar sebelah, kamu jangan khawatir saya intip." Kata Angga cepat.

"Okeee." Kata Andira kemudian menutup kembali pintu kamar mandinya.Andira menelan ludahnya begitu pintu kamar mandi tertutup.

Semuanya terjadi begitu cepat. Semalam, ia kecelakaan dan kehilangan ingatannya. Sekarang, ia sudah berada di rumah Angga, jadi Baby Sitter anaknya dan ditawarin tidur bareng pula. Andira harap, tinggal bersama Angga adalah pilihan terbaik.

Siapa tau jodoh.

Eh?!

Andira merutuki pikirannya kemudian mulai mandi dengan cepat, karena tanpa ia sadari ia sudah menghabiskan 5 menit waktunya untuk melamun.

Setelah selesai mandi, Andira mengenakan handuk lalu membuka pintu kamar mandi dan melongokkan kepalanya ke luar.

Sepi.

Secepat kilat Andira mengambil pakaian dalam yang berada di atas kardus dan memakainya di dalam kamar mandi. Ukurannya pas, hanya sedikit kebesaran di bagian dada. Yah, harus Andira akui dadanya memang kecil.

Andira kemudian kembali membuka pintu kamar mandi dan melongokkan kepalanya.

Masih sepi.

Andira memutuskan untuk berpakaian di kamar Angga. Ia masih memakai handuknya dan dengan susah payah berjongkok untuk memilih baju.

Oh tidak, semua baju-baju ini ketat dan tipis.

Andira mulai mencari solusinya.

"Ya ampun ini kecil banget."

"Ckck, kaya baju bayi."

"Astaga, ini celana apaan pendek banget?"

"Ini rok? Ya ampun."

Andira tak habis pikir dengan koleksi pakaian mantan istri Angga. Dan setelah cukup lama mengacak-ngacak kardus itu, akhirnya Andira menemukan baju yang pantas. Sebuah jumper* dengan panjang diatas lutut dan kaus putih polos. Meskipun kaus putihnya ketat, tak apalah. Andira tak punya pilihan lain.

Dengan cepat Andira memakai baju itu dan..

Tidak buruk.

Kecuali keadaan rambutnya yang sangat berantakan.

.

.

.

Angga menunggu Andira dengan sabar bersama Angkasa. Tak jarang, ia mengganggu Angkasa karena bosan yang disambut dengan rengekan Angkasa.

"Galak banget, padahal cuma papa cubit." kata Angga ketika Angkasa merengek.

Beberapa menit kemudian, Angga mendengar pintu kamar mandi dibuka. Jantungnya berdegup, membayangkan Andira keluar hanya dengan menggunakan handuk.Angga menggelengkan kepalanya kuat-kuat, mungkin ini pengaruh hormon laki-lakinya. Andira bahkan tidak seksi sama sekali!

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang