1. Pandangan Pertama

45 16 107
                                    

"Cinta itu seperti apa? Bagaimana rasanya? Aku ingin merasakannya, tapi aku terlalu takut untuk jatuh cinta pada manusia,"

Natasha Leovania Anderson-,

•••

Semilir angin menerpa wajah lugu seorang gadis dengan rambut sebahu yang tengah bersepeda pagi itu. Dengan dress bunga yang panjangnya kisaran semata kakinya, ia kayuh sepeda itu dengan penuh senyuman ceria. Tampaknya, gadis itu selalu ceria dimanapun dan kapanpun.

"Mau kemana, neng?" sapa tetangga di komplek perumahannya. Kebetulan, gadis itu memang ramah pada siapapun. Sehingga tak ayal banyak yang mengenal dan ramah kepadanya.

"Biasa, mau ke pasar bunga! " teriaknya sambil berkayuh sepeda.

Cuaca pagi itu sangat cerah, bahkan suasana pagi itu terasa hangat baginya. Cocok sekali untuk berburu bunga di pasar bunga Wastukencana hari itu.

Tak lama mengayuh sepeda sayur yang ia gunakan, akhirnya ia sampai di pasar bunga yang pagi itu sudah ramai pembeli. Entah itu dari luar kota maupun dari asli kota itu sendiri.  Natasha menyimpan sepedanya di depan toko langganannya.

Suara gemerincing lonceng terdengar saat ia membuka pintu toko tersebut dan disambut ramah oleh pegawai toko tersebut yang sudah lama mengenalnya.

"Téh Natt, mau beli apa, téh?" sapa pegawai toko tersebut yang bernama Bi Tati.

"Biasa, Bi Tati. Bunga Anggrek, bunga Mawar, bunga Edelweiss yang kering, bunga-bunga fresh aja yang bagus kata Bibi yang mana aja. Biasa, ya, harga grosir! 'Kan sama aku dijual lagi, " ujar Natasha.

"Siap, Néng! Eh, ini Tulipnya mau gak? Baru panen tadi subuh, masih fresh semua. Kali aja enéng mau coba jual. Laku banget pasti Tulip sama Edelweiss, mah!" seru Bi Tati menawarkan bunga Tulip berwarna-warni yang sangat lucu dan menggemaskan bagi Natt.

"Mau, Bi. Tapi, itu mah jadiin bunga potong aja buat aku. Yang lain baru sama bibit tanamannya. Dibuat buket gitu ya, Bi! " ujar Natasha.

"Okelah, siap! " sahut Bi Tati bersemangat.

Saat tengah asyik menatap Bi Tati yang lihai membuat buket bunga Tulip untuknya. Terdengar ada pelanggan lain datang, namun tak sama sekali Natasha hiraukan. Ia justru fokus pada Bi Tati yang sangat lihai membungkus bunga cantik tersebut.

"Permisi, Bu. Boleh pesan buket mawarnya satu? Yang fresh tapi ya! " ucap seorang pelanggan yang baru saja datang itu.

Natasha melirik sejenak, pelanggan itu ternyata pria. Berperawakan tinggi, wangi, rapi, bahkan memiliki rahang yang tegas dan hidung mancung yang memberikan kesan sempurna di mata Natasha.

'Tampan sekali pria ini,' ucapnya membatin.

Namun, saat pria itu menoleh padanya. Seketika Natasha mengalihkan pandangannya kepada Bi Tati lagi.

"Sebentar ya, a. Pesenan si tétéh ini dulu, gapapa? " tanya Bi Tati.

Pria itu melirik sambil tersenyum, "Oh, gapapa. Gak buru-buru juga, kok! " sahutnya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang