chapter 11

9 2 0
                                    

Ketika berada di bangku, Jeffran fokus melanjutkan pembelajarannya dari kemarin dengan membaca buku geografi miliknya, karena hari ini ada ulangan. Tiba-tiba, Viorine berlari seolah-olah sedang dikejar oleh seseorang dan duduk di sebelah Jeffran, namun Jeffran tampaknya tidak begitu memperhatikannya.

"Jeff, serius, Jeff," ucap Viorine dengan suara terbata-bata, mencoba menarik perhatian Jeffran.

"Hah?" jawab Jeffran dengan sedikit kebingungan.

"Gua tadi dikejar orang gila, anjir," cerita Viorine dengan napas terengah-engah.

Jeffran pun kehilangan sedikit fokusnya dan menahan tawanya, "Pftt," kata dia dengan wajah yang hampir tergelak.

"Serius, gua dikejar. Untung aja ada pak satpam tadi," lanjut Viorine sambil terengah-engah karena kelelahan.

"Naksir kali orang gila itu sama lo," kata Jeffran sambil masih tertawa kecil.

Viorine menepuk bahu Jeffran dengan sedikit kesal, "Apalah, Luh!" katanya sambil menaruh kepalanya di meja untuk tidur.

"Kalo lo mau tidur, mendingan lo pergi ke UKS sana, gausah duduk di sini lagi," keluh Jeffran dengan ekspresi sedikit kesal, menunjukkan sedikit kelelahannya.

"Bawel, diem aja deh," kata Viorine dengan sedikit cemberut, mengisyaratkan bahwa dia merasa terganggu.

Jeffran memilih untuk fokus pada bukunya, tetapi tiba-tiba Rizki mendekati Viorine dengan senyum ramah di wajahnya.

"Pagi, Viorine!" sapanya dengan ramah, berusaha membawa sedikit semangat pagi.

Viorine mengangkat kepalanya dengan ekspresi lesu, namun kemudian tersenyum tipis sebagai jawaban atas sapaan Rizki.

"Ada apa, Rin?" tanya Rizki dengan rasa ingin tahu yang jelas terlihat di wajahnya.

"Dikejer orang gila," seru Jeffran, memulai pembicaraan dengan topik yang cukup mengejutkan.

Rizki tertawa terbahak-bahak, suaranya yang keras membuat semua siswa-siswi di sekitarnya terganggu.

"Shtttt," tegur beberapa dari mereka dengan nada yang sedikit kesal, menyuruh Rizki untuk merendahkan volume suaranya.

"Kok bisa si, wkwk," bisik Rizki dengan heran, mencoba untuk merendahkan suaranya agar tidak terlalu mencolok.

"Kan gua tadi kesel gara-gara ojek online itu ga akurat nganterin gua. Nah, gua kaya greget gitu, mau nendang sesuatu, eh, sepatu gua malah mental ke kepala orang gila itu. Terus dia ngejar juga sampe pager," cerita Viorine dengan nada yang agak terengah-engah karena kejadian yang cukup menegangkan.

Tanpa disadari, Jeffran sudah mendengarkan percakapan mereka dengan begitu dekatnya. "Goblok," bisik Jeffran dengan nada kesal kepada Viorine.

"Astaghfirullah, KAGET!" kata Viorine dengan refleks menepuk bahu Jeffran sebagai reaksi atas bisikan tiba-tiba itu.

"Anjir, di luar Nurul juga, Viorine," kata Rizki, masih tertawa sedikit atas kejadian yang diungkapkan.

"Asli, gobloknya kelewatan," komentar Jeffran dengan nada kesal.

"Liat aja tuh, sepatu kesayangan gua diambil orang gila," tambah Viorine dengan nada kesal dan kecewa.

"Makanya, Rin, kalo kesel gitu, gausah langsung frontal kek gitu, kan jadi kaya gitu," kata Rizki dengan senyum yang ramah, mencoba memberikan saran kepada Viorine dengan cara yang santai.

"Yaudah, gua balik dulu ya ke bangku," tambahnya sambil berjalan kembali menuju bangku awalnya dengan langkah yang mantap.

Viorine mengangguk mengerti, lalu memperhatikan Jeffran dengan rasa ingin tahu yang jelas terpancar dari matanya. "Belajar apa, lu?" tanyanya dengan suara yang penuh ketertarikan.

Jeffran tidak langsung menjawab, dan Viorine pun memutuskan untuk mengintip bukunya, tanpa disadari kepala mereka hampir bersentuhan.

"Apa sih, lo ini?" protes Jeffran dengan sedikit kesal, merasa terganggu dengan tindakan Viorine.

"Yaudah, maaf ya, mau liat doang," kata Viorine dengan wajah yang sedikit memelas, menunjukkan bahwa dia tidak bermaksud mengganggu.

"Belajar geografi," jawab Jeffran dengan santai, mencoba untuk tetap tenang meskipun sedikit terganggu.

"Ooh, emang ngapain kok belajar?" tanya Viorine dengan rasa penasaran yang masih terpancar dari ekspresi wajahnya.

"Ulangan blok!" ucap Jeffran dengan nada yang agak frustasi dalam hatinya, merasakan beban tugas yang cukup berat.

"Mampus, gua!" batinnya sambil mengelus pelan dahi, merasa sedikit tertekan dengan situasi yang dihadapinya.

Guru pelajaran geografi pun datang dan menyuruh semua siswa-siswi untuk bersiap-siap menghadapi ulangan yang akan segera dilaksanakan, memberi sinyal bahwa waktu untuk fokus pada pelajaran sudah tiba.

"Anak-anak, hari ini ulangan, dan saya ingin jika nilai kalian tidak mencapai KKM, saya akan menjemur kalian di lapangan," kata guru dengan serius sambil membagikan kertas soal kepada semua siswa.

Viorine yang tidak mempersiapkan diri dengan baik merasa gelisah dan menelan ludahnya dengan berat. "Mampus lo, Viorine!" ujarnya dalam hati, sambil memperhatikan Jeffran yang nampak begitu tenang dalam menghadapi situasi ini.

"Jeff, tolong bantu gua ya," bisik Viorine dengan nada yang sedikit panik.

"M A L E S," eja Jeffran dengan senyum mengejek, menyadarkan Viorine bahwa dia tidak berencana untuk membantu.

Mereka pun mulai mengerjakan soal-soal yang telah diberikan. Viorine yang tidak begitu mengerti tentang materi ini, dengan ragu-ragu menyenggol Jeffran sebagai tanda bahwa dia membutuhkan bantuan. "APAAN!?" bisik Jeffran dengan sedikit terkejut.

"Yang ini aja satu, terus gua ga nyontek lagi," balas Viorine sambil menunjuk nomor 6 pada kertas soal, berharap Jeffran bisa memberikan bantuan dalam mengerjakan soal tersebut.

Jeffran memberikan satu jawaban dan meminta Viorine untuk menjauh sedikit dari dirinya. "Jauhan dikit," kata Jeffran dengan nada serius, berusaha memastikan mereka tidak terlihat terlalu mencurigakan.

Namun, Viorine menggelengkan kepalanya dan malah mencoba mendekat lebih dekat ke Jeffran, mengalihkan pandangan Jeffran ke arahnya. dan mengalihkan pandangan dirinya ke soal yang telah dijawab oleh Jeffran.

"Bu, nyontek Bu," kata Jeffran dengan wajah polos, menunjuk Viorine.

"P-aan engga, ya!" saut Viorine dengan nada yang sedikit terbata-bata, berusaha untuk tidak terdengar terlalu takut.

" kalian berdua ini bikin masalah terus ya," ucap guru dengan nada yang sedikit kesal. "Viorine, kamu geseran, jangan deket-deket Jeffran," tambahnya dengan suara yang sedikit lebih keras, menegaskan perintahnya.

Viorine merasa sedikit cemas dan mengikuti perintah guru dengan segera, mencoba untuk tidak menciptakan masalah lebih lanjut.
Setelah ulangan berakhir, hampir semua siswa berhasil lulus dengan nilai di atas KKM, kecuali dua orang, yaitu Viorine dan Rizki.

"Viorine, Rizki, saya harus menjemur kalian di lapangan sekarang," kata guru dengan suara yang sedikit berat.

Viorine terkejut saat mengetahui bahwa Rizki juga akan dihukum bersamanya karena nilai yang tidak memenuhi standar. "Iya, Bu," ucap mereka berdua dengan sedikit penyesalan dalam suara mereka, lalu mereka pun dijemur di lapangan hingga pelajaran selesai.

Di sisi lain, Jeffran berhasil meraih nilai sempurna, 100, sebagai hasil dari usaha kerasnya belajar secara konsisten. Guru pun memberikan pujian kepada Jeffran, "Selamat, Jeffran, kamu mendapat nilai sempurna. Mari kita tepuk tangan untuk Jeffran," kata guru dengan senyum bangga.

Seluruh kelas bergemuruh dengan tepuk tangan yang penuh apresiasi terhadap prestasi yang telah diraih oleh Jeffran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah untuk jeffran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang