PADA hari dan malam yang sama, mobil Cortes yang sedari tadi membelah jalanan dalam gelapnya malam, akhirnya tiba di huniannya yang terhitung cukup besar.
Tidak memerlukan waktu lama hingga Cortes menggandeng Ody keluar dari dalam mobil. Menggengam tangan kekasihnya erat-erat saat merasakan langkah kaki Ody yang terasa sedikit berat pun pelan.
"Ada apa, hm?" deham Cortes halus. Melayangkan senyum luruh tepat pada netra kelabu itu.
Ody sempat menggeleng hingga ia membalas pula senyuman sang letnan dengan bibir yang menaik keatas. "Jadi, kita kerumahmu?"
Kurang lebih begitu percakapan Cortes dan Ody beberapa saat lalu— dikala sang letnan berhasil membuat semua orang menahan napas terkejut dan sebisa mungkin memasang tampang normal disaat tindakan yang Cortes lakukan adalah suatu hal yang cukup mencengangkan dalam setahun ini.
Di pertengahan malam yang mulai begitu sunyi, meja makan yang dipenuhi dengan hidangan hangat itu terasa begitu nyaman kala lilin berpejar terang.
"Bill beberapa kali membicarakan tentang dirimu," usai menenggak segelas air putihnya, Loren berbicara dengan tatapan tertuju pada Ody.
Perempuan itu duduk tepat disebelah istrinya sendiri. Berhadapan dengan Cortes dan keduanya sesekali tertangkap tengah mencuri pandang dalam diam.
Ody tersenyum. Menyeka bibirnya sebelum ia menaikkan kedua alis untuk terlihat sopan pun ramah. "Ah, benarkah?" hanya itu yang dapat Ody tanggapi, sembari tersenyum dan terkekeh pelan.
Diseberang mejanya duduk, Harriet Florence Amadeus, istrinya seperti ingin mengatakan sesuatu. Membuat Loren menatap lurus dengan dagu yang ditinggikan sedikit. "Bill menceritakan kekasihnya padamu tapi tidak padaku?"
"Ada apa denganmu, Bill?"
Cortes menunduk. Memilih untuk menyuap dan fokus mengunyah makanannya. Ia tak menjawab pertanyaan tersebut, melainkan hanya bergeleng dan menyelipkan senyum singkat.
Ibunya memang sedikit gemar mendramatisasikan apapun itu.
Meskipun pembawaannya terlihat tenang, namun jauh didalam hatinya pasti sekarang Florence tengah berusaha mencari cara untuk menunjukkan perannya di kehidupan Cortes. Ingin sekali agar kontribusinya di kehidupan orang-orang terdekatnya diberikan validasi mutlak. Dasar perempuan.
Memalingkan wajahnya kearah Ody kini, "Kau tau, tindakanmu itu tidak sopan, Bill." ucap Florence. "Bisa-bisanya kau membicarakan seseorang sepenting Eiodya dibelakangku— tanpa aku ketahui sama sekali," perempuan itu mencebik kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Letter From The Sea to The Shore
HistoryczneDitengah peperangan Ody hanya memiliki satu mimpi sederhana ; hidup bahagia dengan seorang putri kecil kelak. Namun dunia penuh reruntuhan ini membuat Cortes harus menumpahkan darah di medan perang. Hingga Ody tak lagi mendapat balasan suratnya dan...