Seruan keenam adalah seruan penutup di kumpulan ayat 40-48 surat Al-Baraqah. Seruan ini adalah pengulangan di seruan pembuka atau seruan pertama tapi diikuti dengan pernyataan yang berbeda. Ayat 47 surat Al-Baqarah berbunyi, 'Wahai sekalian Bani Israil ingat-ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan atas kamu dan bahwa Aku telah mengutamakanmu/memberikan karunia atas alam semesta'.
Sementara pada seruan pembuka Allah SWT menyeru Bani Israil untuk memenuhi janji mereka pada-Nya pada seruan penutup ini Allah SWT memperkokoh opini bahwa Dia memang kerap kali memberikan nikmat atas mereka sampai-sampai menegaskan bahwa Allah SWT telah mengutamakan mereka atas alam semesta. Kata 'alam semesta' di ayat ini sama seperti yang tertera di ayat 2 surat Al-Fatihah. Kata 'alam semesta' sebelumnya kita maknai segala yang diilmui. Maka jika ditanyakan Bani Israil telah dilebihkan atas siapa? Atas siapapun yang mereka ilmui saat itu karena kumpulan ayat ini kan, merujuk pada Bani Israil langsung.
Sebelum kita membahas ke ayat selanjutnya sebagai ayat terakhir dalam seruan pada Bani Israil, marilah kita merenungkan lebih dalam makna kata 'dzikir'. Kita telah memahami bahwa makna dari dzikir adalah mengingat-ingat. Poin penting dari berdzikir adalah menghidupkan kembali sebuah memori atau ingatan akan sebuah kejadian. Allah SWT memerintahkan untuk mengingat-ingat hal yang baik atau nikmat yang telah Dia berikan pada Bani Israil. Kapan kita mengingat-ingat sesuatu? Tentu saat pikiran sedang rileks dan tidak melakukan aktivitas berat. Apakah ini berarti Allah SWT mengajak manusia untuk menyediakan waktu untuk merenungi kehidupan yang telah dijalani? Iya. Seringkali kita terlalu sibuk untuk merenung. Padahal merenung itu adalah suatu aktivitas yang diperintahkan Allah SWT.
Ini bisa jadi permasalahan dasar semua manusia. Kita kekurangan waktu merenungi kehidupan. Padahal tanpa perenungan yang mendalam tak mungkin kita bisa memahami ayat-ayat Allah SWT atau bahkan kita tidak akan tertarik dan memulai mempelajari ayat-ayat Allah SWT. Pada zaman dahulu manusia sulit merenung karena disibukkan dengan urusan bertanam maupun berburu juga aktivitas pendukung lainnya seperti membuat baju atau rumah. Tapi ternyata sekarang ketika teknologi manusia sudah memudahkan banyak urusan manusia, manusia masih saja sibuk dan tak sempat merenungi kehidupan. Semata karena mereka mencari bahan perenungan lain selain dari apa yang telah Allah SWT turunkan dari kitab-Nya. Mereka menghabiskan waktu untuk menonton film dan hiburan lainnya ataupun maen game baik game sungguhan ataupun game mainan. Manusia selalu merasa dirinya sibuk baik benar-benar sibuk atau membuat dirinya tenggelam dalam kesibukan demi mencara harta, tahta dan wanita. Itulah mengapa banyak orang tidak tertarik untuk menelaah kitab-Nya karena tidak ada kaitannya dengan harta, tahta dan wanita dan menghabiskan banyak sekali waktu.
Jika kita memutuskan untuk menjadi orang yang banyak merenung, mari kita lanjutkan pembahasan di ayat 48 surat Al-Baqarah. Ayat 48 berbunyi, 'Dan takut hari tidak berguna seorang diri atas seorang diri sesuatupun dan tidak akan diterima dari itu syafaat dan tidak akan diambil dari itu sebuah kompensasi dan tidak mereka akan ditolong'.
Sebagai penutup dari rangkaian seruan Allah SWT kepada Bani Israil, Allah SWT mengarahkan pikiran Bani Israil untuk takut atau menyadari akan datangnya suatu hari yang seseorang tidak akan bermanfaat bagi orang lain, tidak diterima syafaat dari siapapun, tidak akan bisa diambil darinya kompensasi dan tidak akan ditolong. Penegasan tentang hari akhir adalah sebuah cara Allah SWT agar Bani Israil memutuskan ketergantungan mereka pada bani atau keluarganya sendiri karena sebagai suatu keluarga yang solid mereka tentu saling bergantung satu sama lain termasuk dalam hal memutuskan untuk mengikuti Muhammad SAW atau tidak.
Muhammad SAW sendiri selalu dituduh sebagai seseorang yang merusak tatanan keluarga padahal dari ayat 48 surat Al-Baqarah ini Allah SWT dengan jelas menyatakan manusia harus menyadari akan ada hari dimana mereka harus bertanggungjawab sendirian dan menjalani semuanya tanpa syafaat, dukungan, bantuan siapapun. Apalah artinya menjunjung tinggi ke-bani-an mereka jika itu malah menjauhkan mereka dari kebenaran.
Kata 'takut' yang digunakan di ayat 48 ini sama dengan kata 'takwa' yang sebetulnya lebih tepat jika diartikan 'sadarilah' karena orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang sadar diri. Itulah gunanya kita menelusuri dengan detil setiap ayat-Nya agar bisa memilih makna yang tepat dari setiap kata karena perubahan makna kata bisa mengubah makna kalimat dan ayat secara keseluruhan.
Ada enam seruan Allah SWT kepada Bani Israil dalam kumpulan ayat 40-48 surat Al-Baqarah. Kumpulan ayat ini memberikan gambaran dan arahan maksud Allah SWT memaparkan ayat-ayat selanjutnya di juz 1. Pada ayat-ayat ke depan, Allah SWT masih akan berbicara langsung dengan Bani Israil yang dicampur dengan seruan pada orang beriman dalam artian Allah SWT juga berbicara langsung pada orang beriman. Allah SWT akan masih terus menyeru Bani Israil sampai di menuju akhir Al-Quran. Jelas bahwa Al-Quran ini bukan hanya ditujukan kepada orang-orang beriman yang masih 'baru' tetapi juga pada Bani Israil karena mereka selama berabad-abad menjadi satu-satunya pemegang panji kebenaran.
YOU ARE READING
Perjalanan Menapaki Al-Quran 3
EspiritualBuku ini adalah lanjutan dari Buku Perjalanan Menapaki Al-Quran 2. Pada bagian ini dibahas ayat 40 sampai 61 surat Al-Baqarah yang mengisahkan tentang Bani Israil di zaman Musa as. Buku ini juga membahas mengapa kisah Bani Israil ditempatkan setelah...