Baim pun tiba di mall tepat pada pukul 5 sore. Ia menghampiri teman-teman dan adiknya yang sudah menunggu di depan pintu mall tersebut.
"Erin belum ketemu?!" Mereka berempat melihat pada Baim yang berpenampilan berantakan dan ia masih menggunakan baju dobok (baju taekwondo) nya yang sudah tidak berbentuk dibalut dengan jaket.
Keempatnya menggelengkan kepala mereka, membuat Baim menghela nafas berat dan mengepalkan kedua tangannya sendiri untuk menahan emosi. "Tahan emosi, Baim... tahan..." batinnya sembari mengatur nafasnya.
"Mampus udah," batin Evresh dan Xavier sembari meneguk ludah mereka dengan takut. Baim sudah mulai emosi karena hal ini.
"Huft, kalian udah cari di mana aja?" tanya Baim dengan pandangan mata yang mulai datar. Ia menatap satu persatu orang-orang di depannya itu.
"Itu... kita semua udah cari dua kali di dalam mall, tapi nggak ada dia..." jawab Meilany dengan takut karena ia bisa merasakan aura dari Baim yang menekan mereka.
"Oke. Sekarang kita cari di sekitar ruko-ruko yang ada di dalam wilayah mall. Laporkan ke gue kalau ada yang liat dia, ngerti?" Keempat orang itu mengangguk. Mereka semua akhirnya berpencar dan mulai mencari Erin di luar bangunan besar itu.
30 menit berlalu. Baim melihat sekitarnya dan mengamati dengan seksama. "Eri! Kamu di mana?!" Teriak pemuda itu sembari berlari mencari di setiap sudut ruko.
Sebenarnya, sebelum ia dihubungi oleh Xavier, ia sedang menunggu gilirannya untuk bertanding. Ia menghidupkan ponselnya karena dia sudah 2 hari tidak bermain ponselnya dan tak lama setelah itu, ia kemudian dihubungi oleh Xavier.
Kembali ke saat ini. Setelah ia berada di ruko yang dekat dengan parkiran khusus motor, ia melihat ke kiri dan ke kanan. Kemudian, matanya menangkap siluet yang tidak asing.
"Itu... Eri kan?.." Baim menatap lekat pada seorang gadis yang tengah memeluk lututnya sambil melihat aspal di ruko bagian kanannya.
Ia memutuskan untuk mendekat, menghampiri gadis itu dan terus menatapnya dengan lekat hingga Baim berdiri di depannya. Erin yang merasakan kehadiran seseorang di depannya memutuskan untuk mengangkat kepalanya dan melihat orang itu.
"Aim!" Ia tersenyum lebar dan segera melompat untuk memeluk pemuda yang ia rindukan itu.
Baim tidak merespon. Ia hanya diam dan menatap datar pada sahabatnya itu. Erin yang heran pun mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Baim.
"Kenapa kamu di sini?" Ada tekanan yang Erin rasakan sekarang dan dia merasa takut.
"Aim..?" Erin menatap takut pada pemuda di depannya itu. Aura Baim tidak terlihat seperti biasanya yang di mana ia akan terasa hangat dan ramah bagi gadis itu.
Tapi sekarang, Erin merasa bahwa Baim sangat berbeda dari biasanya. Ia sepertinya marah..? Bukan, dia terlihat sangat marah pada Erin. Tanpa basa-basi, Baim menggenggam pergelangan tangan Erin dan menarik gadis itu sambil mengirim pesan pada ponselnya menggunakan tangan lainnya.
"Aim! Sakit..!" Erin memberontak dan mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Baim yang terasa kuat. Gadis itu terkadang meringis kesakitan dibuatnya.
Mereka berdua pun sampai di parkiran mobil dan di sana sudah ada keempat orang yang menemani Erin ke mall tadi. Evresh berjalan mendekati kedua orang itu dan melihat Erin yang meringis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend
Teen FictionKalian percaya hubungan persahabatan antara perempuan dan laki-laki tidak melibatkan perasaan? Kemungkinan besar, akan ada yang percaya dan tidak ada yang percaya. Begitulah yang terjadi dengan Baim dan Erin. Mereka telah bersahabat sejak TK dan su...