PERTANYAAN YANG TIDAK PERNAH BERUBAH

76 28 122
                                    

NEW PART IS COMING 🥳🥳🥳
*
*
*
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YA🤍🤍🤍
*
*
*

BYURRR....

“To.. Tolong... To... Tolong....”

Mesha tidak bisa berenang. Ia berusaha menggerak-gerakkan tangan dan kakinya dengan sekuat tenaga agar tidak tenggelam.

“To... Tolong.... To.... Long...” Napas Mesha tersengal-sengal. Perlahan tubuhnya mulai ditelan dinginnya air kolam.

Aydan membelalakkan matanya melihat Raya mendorong Mesha ke dalam kolam. Ia membuka jas yang dipakainya dan menyeburkan dirinya langsung ke dalam kolam. Aydan meraih tubuh Mesha dan mengangkat Mesha yang sudah lemas tak berdaya.

Raya menatap Aydan dengan sinis. Detik berikutnya Raya berjalan masuk ke dalam rumahnya. Ini adalah momen yang baik untuk mengadu kepada papa Aydan.
Aydan membawa Mesha ke tepi kolam, diikuti Rosi dan Anwar yang berlari ke arah mereka.

“Sha, bangun....” ucap Aydan lirih sembari menepuk-nepuk pipi Mesha pelan.

"Mesha... Bangun... Aku mohon..."

Aydan berusaha membangunkan Mesha. Menekan dadanya beberapa kali. Untung saja, Aydan langsung mengangkat Mesha dari dalam kolam, sehingga Mesha langsung cepat sadar dan membuka matanya.

Menangkap wajah Aydan tepat di depannya, Mesha terdiam, sesekali mengerjapkan mata, berusaha meyakinkan bahwa yang dilihatnya bukan mimpi dan dia belum mati.

“Sha, kamu nggak papa?” ujar Aydan yang khawatir.

Aydan mendudukkan Mesha. Terlihat baju Mesha yang sudah basah kuyup, membuat Mesha kedinginan karenanya. Aydan mengambil jasnya dan menyelimutkannya di tubuh Mesha.

“Aku antar kamu pulang, sekarang.” ucap Aydan, namun Mesha malah menjauhkan tubuhnya dari Aydan.

“Nggak perlu.”

“Sha, aku—”

“Rosi...” panggil Mesha. Rosi segera menyahuti.

“Iya, Sha?”

“Lo bisa, kan, anter gue pulang?”

Rosi diam, pandangannya mengarah pada Aydan yang masih terdiam. Aydan mengangguk pelan ke arah Rosi, menyanggupi permintaan Mesha kali ini. Membiarkan Mesha pulang dengan Rosi, karena Aydan yakin jika Rosi bisa menjaga Mesha dengan baik.

Rosi membantu Mesha berdiri dan menuntun Mesha keluar dari acara itu. Air mata Mesha sudah tidak bisa dibendung sejak tadi. Rosi berusaha menenangkan Mesha walau tak bisa.

Mesha sudah terlanjur sakit dan terluka. Bukan karena jatuhnya ia ke kolam. Bukan juga karena tatapan sinis dari semua orang di acara itu. Tapi, yang membuatnya menangis adalah kalimat yang terlontar dari mulut Raya, yang mengatakan bahwa Aydan adalah kekasihnya.

Mesha baru mengerti jika tadi, laki-laki yang bersama Raya, laki-laki yang ditatapnya, adalah Aydan. Laki-laki yang kini berada dalam air matanya dan terus mengalir jatuh ke tanah.

Rosi tidak langsung mengantarkan Mesha pulang, ia mengajak Mesha untuk duduk dulu, menenangkan Mesha yang masih menangis tanpa mengerti sebabnya.

“Sha, udah, jangan nangis lagi....” ucap Rosi dengan memeluk Mesha, berusaha menenangkannya.

“Kenapa gue nangis? Gue nggak tahu kenapa gue nangis...” lirih Mesha sesenggukan.

“Itu karena hati Lo sedang sakit.”

“Kenapa hati gue bisa sesakit ini, Rosi...”

Rosi mengelus-ngelus punggung Mesha, “Karena hati Lo udah dipenuhi nama Aydan di sana...”

Bila HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang