Jefan
Ia berdiri di baris paling belakang bersama deretan anak cowok lainnya. Namun masih bisa melihat dengan jelas wajah pucat Karina yang kini setengah berbaring dengan wajah kusut dan rambut acak-acakan. Di tangan kirinya menempel selang yang tersambung dengan cairan infus.
"Wah, terima kasih banyak ya, udah ditengokin Karina-nya," ujar seorang wanita yang penampilannya terlalu tua untuk disebut sebagai Mamanya Karina.
"Sakit apa Tante?" Yasser sebagai juru bicara mereka angkat bicara.
"Maaf kemarin Karina sempat kami ajak ikut bikin film. Khawatir jadi pemicu sakit," lanjut Yasser lagi.
"Oh, nggak papa," wanita yang sejak awal memperkenalkan diri sebagai Mamanya Karina itu tersenyum ramah sambil mengibaskan tangan.
"Malah senang diajak kegiatan positif begitu. Daripada di rumah terus main sama kucing," lanjut Mama Karina sambil terkekeh.
"Awalnya dehidrasi. Emang anaknya susah banget disuruh minum air putih. Mana lagi cuaca ekstrem begini kan?" Mama Karina menggelengkan kepala, mungkin mengingat kekeras kepalaan putrinya.
"Tapi karena semalam muntah terus nggak berhenti-berhenti, jadi tadi pagi cek widal. Ternyata positif. Bukan anak kost tapi sakitnya typus," sambung Mama Karina lagi sambil tertawa.
"Bukan DB kan ya Tante?" kali ini Priska yang bertanya. "Soalnya lagi musim DB juga. Kemarin kita sempat syuting di tempat yang rimbun-rimbun gitu deh."
"Oh, bukan.... udah di cek, bukan DB. Ini sih positif typus. Suka jajan sembarangan pasti nih ya," seloroh Mama Karina sambil menyentil ujung hidung putrinya yang memasang wajah manyun. Membuatnya tersenyum dan menebak betapa hangatnya hubungan keluarga mereka.
Setelah berbasa-basi dan saling melempar candaan seperlunya, mereka semua pamit undur diri. Ia masih mengantri di urutan terakhir untuk berpamitan ketika pintu ruangan tempat Karina dirawat mendadak terbuka, disusul dengan kemunculan Dipa sambil membawa seikat bunga mawar pink yang sangat cantik.
Beberapa anak sempat melempar candaan ke arah Dipa yang hanya dibalas dengan senyum simpul. Masih ada tiga orang di depannya ketika Dipa menyerahkan seikat mawar pink tersebut ke arah Karina yang tersenyum bahagia menerimanya. Kemudian mendudukkan diri di atas tempat tidur tepat di samping Karina.
"Cepat sembuh, Rin," ucapnya kaku yang dibalas Karina dengan anggukan kecil tanpa sedikitpun melihat ke arahnya.
"Mari Tante," angguknya sambil tersenyum menyapa Mama Karina ketika sudut matanya menangkap dalam gerakan slow motion ketika tangan Dipa mengusap halus tangan kiri Karina sambil mereka berdua saling melempar senyum.
"Wah, ini teman baru Karina ya?" diluar dugaan, Mama Karina menghentikan langkahnya.
"Kok Tante baru lihat. Iya Rin?" pertanyaan Mama Karina tak dihiraukan karena Karina sedang asyik ngobrol sambil tertawa-tawa dengan Dipa.
"Satu sekolah sama Karina?" Mama Karina kembali bertanya ke arahnya karena Karina masih tertawa-tawa dengan Dipa.
"Iya Tante," ia tersenyum mengangguk.
"Makasih ya udah nengokin Karina," Mama Karina menepuk bahunya sambil tersenyum.
Ia balas tersenyum sambil ikut mengangguk. Mungkinkah Mama Karina tetap bersikap seramah ini jika mengetahui apa yang telah ia lakukan terhadap Karina?
***
Karina
Hanya karena ia pingsan di lokasi dan terlihat sakit, mereka langsung menggantikan posisinya dengan Tiara?! Yang benar saja. Ini bahkan lebih buruk dari mimpi paling buruk sekalipun. Menyebalkan. Menjengkelkan. Apalagi sebutan yang pantas?

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.