Jefan
Hampir seharian ia gelisah menunggu kabar dari Karina, sampai akhirnya sebuah pesan chat masuk ke dalam ponselnya menjelang sore hari.
*Karina : (shareloc)
Karina : 4 pm*
Sebelum akhirnya nekat mendatangi rumah Karina, ia memang telah merencanakan pertemuan khusus dengan cewek berisik itu untuk membahas masalah mereka. Terutama sejak obrolan dini harinya dengan Mamak yang benar-benar mengguncang jiwa. Telak. Jadi, sejak beberapa hari lalu, ia pun meminta ijin pada Bang Fahri tak bisa mengantar paket hari minggu ini. Namun berjanji, minggu depan sanggup double shift saat tanggal merah.
Cafe yang dipilih Karina untuk membicarakan masalah mereka berdua terletak di pinggiran kota di antara deretan pertokoan tua yang minim pengunjung. Jelas setting tempat yang sempurna untuk membicarakan masalah dengan tenang tanpa terganggu oleh hiruk pikuk pengunjung ataupun lalu lalang orang. Dan satu hal yang membuat kesempurnaan menjadi nyata adalah, kemungkinan kecil mereka akan terpergok oleh teman atau siapapun yang mengenal mereka karena Cafe ini jelas-jelas berupa bangunan tua yang diperuntukkan bagi para lansia. Perfect.
Ia datang lebih awal beberapa menit sebelum akhirnya melihat Karina turun dari taxi online dengan langkah tergesa. Mengenakan dress bermotif bunga-bunga kecil warna gelap dipadu dengan cardigan warna coral, secara keseluruhan penampilan Karina berhasil membuatnya terpukau. She's beautiful.
"Gue cuma punya waktu lima menit!"
Tapi tidak dengan orangnya. Karina jelas terlihat masih sangat marah padanya. Dan mungkin akan bertambah berkali lipat ketika mereka mulai berbicara.
"Oke," ia mencoba mengerti. "Pertama, gue minta maaf soal kemarin."
"Nggak usah dibahas lagi!"
Namun ia tentu tak perlu repot-repot untuk mempedulikan penolakan Karina, karena ada satu hal yang jauh lebih penting, yaitu menunaikan janji yang sempat diucapkan kepada Mamak dini hari itu.
"Please, dengerin dulu," ia pun berusaha meminta sedikit pengertian Karina.
"Kemarin, waktu elo bilang itu, terus terang gue kaget, ngeblank, sama sekali nggak nyangka. Jadi respon yang keluar bener-bener nggak gue pikirin akibatnya."
"Sekarang, gue minta maaf yang sebesar-besarnya sama lo, karena udah bersikap buruk."
Karina tetap bergeming dan terus memasang wajah marah.
"Lo mau maafin gue?"
Karina mendecak ketus, "Nggak usah peduliin gue! Sekarang buru lo mau ngomong apa. Biar cepet kelar!"
Ia mengangguk mengerti, "Tapi boleh gue nanya?"
"Apa?"
"Udah berapa bulan?"
Karina mendelik, "Hitung aja sendiri. Lo ngelakuin itu kapan. Bisa kan ngitung?"
Ia kembali mengangguk, "Tiga bulan lebih?"
Karina hanya membuang muka.
"Pantesan lo jadi kurus dan pucat," ia tersenyum getir. "Waktu pingsan di lokasi syuting berarti udah ya?"
"Waktu itu gue belum tahu."
"Kapan lo tahu kalau lagi..."
"Dua minggu yang lalu!"
"Waktu itu lo langsung nyari gue ke Retrouvailles tapi nggak ketemu?"
Lagi-lagi Karina membuang muka dengan wajah masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.