15. Bad Timing

289 55 9
                                    

Karina

Hari ini hari libur, tapi entah mengapa ia justru bangun lebih pagi. Mencoba meringkuk kembali di atas tempat tidur namun malah membuat matanya semakin melebar.

Akhirnya memutuskan untuk bangkit, dan langsung menuju walk in closet. Tempat pertama yang selalu ia tuju setiap bangun tidur sejak tiga pekan terakhir.

Ia pun mulai memperhatikan bayangan dirinya yang terpantul melalui cermin dengan seksama. Masih sama seperti hari kemarin. Memperlihatkan seorang gadis pucat, kurus dengan tulang pipi menonjol yang berwajah seperti ingin menangis.

Menyedihkan.

Ia lalu mengangkat baju tidur model babydoll yang sedang dipakai hingga memperlihatkan bagian perutnya. Lalu mengelus dengan perlahan.

Terlihat sedikit lebih besar dibanding hari kemarin enggak sih? batinnya cemas.

Dengan hati berdebar ia pun merubah posisi berdiri menjadi miring ke kanan. Hingga memperlihatkan siluet bentuk tubuhnya dengan sempurna.

Ah, nggak juga, masih rata kok, batinnya sedikit lega. Namun tetap diselimuti banyak kekhawatiran. Sambil berharap semoga dalam waktu dekat kekhawatirannya ini akan hilang selamanya.

Setelah puas memperhatikan keadaan dirinya melalui pantulan cermin, ia pun berjalan menuju ruang makan. Dimana Bi Enok telah menyambut kehadirannya dengan senyum merekah.

"Ini....Nasi Lengko Neng Karina sudah siap," ujar Bi Enok sambil memperlihatkan meja makan yang telah dipenuhi oleh berbagai macam hidangan untuk sarapan. Salah satunya adalah Nasi Lengko requestnya kemarin sore.

Ia tersenyum lebar, "Asyiiiik. Makasih Bi," lalu mendudukkan diri di kursi.

"Bi Enok terlaaaaafff...," pujinya sungguh-sungguh sambil mengacungkan jempol.

"Ah, Eneng...." Bi Enok terkekeh senang sambil mulai menyiapkan piring untuknya.

"Makan yang banyak ya Neng, biar sehat," ujar Bi Enok sambil menambahkan telur rebus yang telah dipotong menjadi dua ke dalam piring Nasi Lengkonya.

Ia tersenyum sambil mengangguk-angguk dengan mulut dipenuhi Nasi Lengko buatan Bi Enok yang endess.

Dalam sekejap mata, ia pun hampir menghabiskan sepiring penuh Nasi Lengko.

Ketika Mang Jaja tiba-tiba masuk ke ruang makan dari arah depan rumah sambil berkata, "Neng Karina, aya (ada) tamu."

"Tamu?" ia mengernyit sambil terus mengunyah Nasi Lengko.

Siapa kira-kira orang yang bertamu di hari minggu sepagi ini ke rumahnya?

Hanum dari hari Sabtu sudah pergi ke Bogor ke rumah neneknya. Bening seperti biasa tiap hari minggu pagi jalan sama Bumi. Ceritanya olah raga ala-ala di Car Free Day. Sementara Dipa, kalau ke rumah pasti langsung masuk ke dalam untuk mencarinya. Tak pernah menunggu di luar.

Jadi siapa?

"Itu tamunya sudah nunggu di ruang tamu, Neng," lanjut Mang Jaja lagi.

Ia pun segera menyuap Nasi Lengko terakhir di piringnya. Kemudian buru-buru meminum segelas air putih hingga tersedak saking terburu-burunya.

"Aduh, ampun!" sungutnya kesal karena kini rasa panas dan pedih tiba-tiba menyerang hidung dengan tanpa ampun akibat tersedak barusan.

Sambil sesekali menyusut hidung ia pun berjalan menuju ke ruang tamu. Dan hampir pingsan demi melihat Jefan telah duduk di ruang tamu rumahnya. Sedang bercakap-cakap sambil sesekali tertawa bersama Mama.

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang