Bab 3 - Pulang

158 36 14
                                    

Hari sebelum ujian akhir....

Sang surya tengah berdiri kukuh di puncak kedudukannya, langit membiru berteman awan yang bertaburan membiaskan terik sang pemimpin hari ke segala penjuru semesta. Sinarnya yang berkuasa jatuh di atap gedung sekolah SMA Ganesha Indonesia tepat membakar kulit kepala kedua siswa yang baru saja tiba bersama di atas sana setelah tarikan kasar pada pintu berbahan seng itu.

Brak!

Brian membawa Geo dengan paksa menaiki dua lantai gedung melalui tangga sembari menariknya bak seorang budak dan melepasnya begitu saja ketika pintu atap tertutup hingga Geo harus tersungkur cukup keras bersamaan dengan tas Brian yang dilemparkan tak jauh darinya.

"M-maaf... maafkan aku," pinta Geo bersimpuh, tertunduk pada Brian yang justru memberikannya tendangan hingga membuat Geo kembali tersungkur ke dasar.

Geo berusaha bangkit, akan tetapi sepatu kotor milik Brian telah mendarat tepat di punggung kepalanya, ia nampak hina di bawa sana tanpa bisa membela atau melakukan apapun. Sensasi panas membakar kulit wajahnya yang menempel tanpa alas pada lantai atap, ia mengernyit kesakitan, bergerak tanpa kuasa.

"Gua udah bilang sama lo berkali-kali." Brian kian memperkuat caranya menginjak. "Kasih, setiap jawaban lo ke gua," ucapnya dengan penekan pada setiap kata.

"I-iya a-aku akan melakukannya." Geo sulit untuk berucap karena wajahnya yang terhimpit.

Brian berbalik dengan mengangkat kakinya dari tengkuk Geo yang sudah mulai kepanasan di area wajah yang menimbulkan memar merah redam. Ia melangkah ke sisi dinding atap memandang hamparan luas lapangan berkarpet hijau di bawah sana memperhatikan satu persatu siswa yang melintas untuk meninggalkan sekolah. Geo berusaha untuk bangkit berpura-pura kuat untuk membohongi dirinya sendiri ia melangkah mendekat pada Brian yang membelakanginya seraya membenarkan posisi tas yang separuh ia pakai.

"S-sekali lagi aku minta maaf," tukas Geo terus saja tertunduk dengan tubuhnya yang bergetar. "M-maafkan aku-"

Ucapan Geo harus terputus ketika Brian yang secepat kilat menarik kerah seragamnya ke tepi atap, hingga membuat separuh tubuh Geo melayang di udara bahkan tasnya pun kini tengah berayun di luar gedung. Takut bukan main Geo rasakan ketika hamparan tanah nampak begitu jauh di bawah sana saat ia menatapnya.

Perkelahian itu mampu disaksikan dari bawah oleh Juan yang tak sengaja melintas dan mengoperasikan retina matanya ke atas, karena itulah Juan mengurungkan niatnya untuk pulang dan membawa langkah berlari kembali masuk ke dalam gedung dengan tujuan titik yang semula ia lihat.

"Dengerin gua baik-baik, besok adalah hari terakhir kita ujian." pandangan keduanya saling bertukar, tatapan ketakutan dan arogan saling beradu. "Jadi, gua gak mau apa yang terjadi hari ini harus lo rasain besok, paham?!" tekannya.

"I-iya, aku bakal kasih semua jawabanku," sahut Geo terbata-bata.

"Bagus, bocah pintar." Brian menarik kerah Geo, menegakkan tubuh cowok itu lagi. "Sekarang lo bisa pergi," imbuhnya, merapikan seragam Geo yang berantakan.

Brak!

Brian yang tengah membenarkan posisi dasi dan rompi temannya itu seketika tersentak dan langsung menatap datangnya sumber suara, begitu juga dengan Geo yang nampak sudah baik-baik saja. Juan datang dengan nafasnya yang tersengal-sengal karena jumlah anak tangga yang ia naiki.

Night Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang