Ruang remang dengan dinding yang belum usai dicat hanya memiliki satu bohlam, bertengger sejajar dengan meja persegi panjang bermaterial kayu yang berkuasa di bawah naungan sinarnya. Berteman delapan kursi bersama pemiliknya manusia-manusia itu saling menatap layar monitor yang mempertontonkan setiap sisi gedung dengan beberapa remaja berseragam yang berlalu lalang. Dari setiap bagian kamera pengawas yang terpasang menunjukkan bagaimana para siswa beraktivitas mulai dari pintu masuk, tangga hingga sudut pandang yang lain.
Satu bagian lainnya menampilkan seorang siswa berheadphone yang tengah menyusuri lorong kelas melewati kerumunan pelajar dengan kancing seragamnya yang terbuka sempurna menampakkan kaos hitam polos yang ia kenakan. Sorot pasang mata tak lepas dari layar itu mereka memperhatikannya dalam kesunyian.
***
Tanpa memperdulikan sekitar Juna tengah hanyut dalam musik bergenre pop yang terputar di telinga sepanjang lorong kelas ia hanya fokus pada lantunan irama dari lagu kesukaannya. Namun, semburat lirik penuh melodi di kepalanya seketika buyar saat tubuh gempal dengan sengaja menyenggolnya dari belakang.
"Asik bener nih kayaknya," sosor Jafier dengan snack terbuka dalam genggaman yang langsung mendapat tatapan tajam dari Juna. "Mau gak?" tanyanya tanpa rasa bersalah.
Juna melepas headphone dengan gusar yang berakhir dikalungkan di leher ia meneruskan langkah tanpa memperdulikan Jafier yang kini beriringan dengannya. Sebungkus makanan ringan yang telah kehilangan separuh dari isinya itu Jafier nikmati sendiri ia melahapnya tanpa bernafas, remahan bumbu tersebar di area bibir begitu juga dengan jari jemarinya. Sekejap Juna mencuri pandang pada cemilan itu ia cukup tergoda untuk mencicipi sampai akhirnya ia pun melancarkan niatnya.
"Bagi dong! " Juna merampas snack itu dari sang empunya.
"Ehh...." tanpa kuasa Jafier pun melepaskannya. "Lo tau gak?" ia mengalihkan rasa kesalnya dengan sebuah pertanyaan.
"Hmm?" seolah tak berminat untuk menjawab Juna hanya fokus melahap makanan itu sembari terus melangkah.
"Kira-kira bakal ada kejutan apa ya?"
"Entahlah, gua juga gak tau," sahut Juna tanpa menatap sang pemilik jajan. "Kita lihat aja nanti." kalimat itu berakhir ketika keduanya masuk ke dalam kelas dengan kondisi ruangan yang telah dipenuhi oleh isinya.
Kedatangan keduanya disambut hangat oleh Atta dan Chio yang hampir saja menabrak mereka ketika tengah berlarian saling mengejar, meja dan kursi menjadi rintangan yang Chio buat ketika sang pengejar berada di hadapannya, ia keluarkan ujung lidah untuk mengejek Atta yang tak sampai saat ingin menyentuhnya.
Seisi kelas seakan telah menguasai di segala penjuru ruangan mereka saling berkumpul membicarakan topik yang tak terarah ketika Juna dan Jafeir ikut bergabung diantara Sebastian, Raka dan yang lainnya. Sementara itu di tengah jendela yang terbuka Saka berdiri sendiri memandang hamparan luas lapangan yang berada di bawah sana, semilir angin datang menyapu ukiran wajah tampan pemilik tatapan hampa itu.
"Woy!" tegur Gwen seraya menepuk pundak Saka membubarkan lamunan cowok itu. "Kenapa sih lo? gak nyaman ya sama kegiatan ini?" imbuhnya dengan pertanyaan.
"Gak, bukan gitu, cuman-"
"Iya iya... udah gak usah diterusin, sorry sorry...," potong Gwen yang mengerti maksud dari ucapan temannya itu. "Hari itu emang berat, kita juga ngerasain kok."
"Kecuali bajingan itu!" cetus Saka cepat mengalihkan tatapannya pada cowok berambut mullet yang berada di kedudukannya. Gwen pun mengikuti arah pandang itu.
Di balik punggung Geo yang sedari tadi hanya duduk terdiam di mejanya Brian tengah asik mengayunkan kursi tempatnya duduk berkali-kali seraya memainkan permen karet yang ia kunyah sepanjang waktu. Tetap dengan gaya seragam yang terbuka sempurna ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana tanpa takut akan jatuh jika sepasang kaki panjangnya terlalu keras mendorong ayunan, bukan tanpa alasan cowok berambut blow cut itu hanya duduk di sana melainkan untuk menahan meja Brian agar tak jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Of Happiness
Mystery / ThrillerSeluruh ponsel telah kembali pada sang empunya, tak terkecuali milik sang ketua kelas sekalipun. Detik berikutnya ketika seisi ruangan mulai sibuk dengan benda pipihnya masing-masing, sebuah pesan asing muncul di setiap layar yang menyala, bahkan ma...