3

530 39 3
                                    

3 tahun kemudian...

.
.
.
.

"Taehyung.. Bagaimana apa yoon sudah mengandung?" Ujar sang mama yang membuat aktifitas makan nya terhenti.

"Ma.. Stop membicarakan itu" Tegas taehyung yang membuat sang mama juga meletakan garpu dan pisau makan nya.

Sang ayah yang tadi hanya diam kini ikut andil, karena melihat keterdiaman istri nya.

"Kau ini, ditanya orangtua malah seperti itu!"

Taehyung masih terdiam dan menyenderkan punggung nya pada kursi meja makan sana.

"Aku sudah bilang, pada mama ataupun
appa untuk sabar sebentar lagi" Taehyung menatap kedua orang tua nya bergilir.

"Tapi nak. Mama sudah tua, mama mau sebelum mama mati mama menggendong cucu dari anak bungsu mama" Ujar sang mama yang membuat taehyung menatap nya sedih.

Juga sang ayah yang mengelus bahu istrinya mencoba menenangkan.

"Pikirkan baik baik perkataan mama mu, appa juga menunggu cucu lucu dari mu nak" Sang ayah menatap taehyung tulus.

Taehyung terdiam, frustasi saat orangtua nya sudah merengek selalu meminta cucu seperti ini.

Bukan kah pertemuan ini tadi hanya membahas bagaimana perusahaan sang ayah yang di kelola dirinya di Seoul ini, kenapa malah berbelok pada bahasan cucu, taehyung merasa panas dan gerah.

Setelah sang mama dibawa oleh pelayan nya tadi untuk istirahat, kini taehyung duduk ber-sisian dengan sang ayah, Di ruangan kerja sang ayah dulu.

"Apa jimini berkabar?"

Pertanyaan dari ayah nya hanya di balas gelengan kepala oleh taehyung yang kini mematik korek untuk menyalakan rokok nya.

"Appa rindu pada gadis mungil crewet itu" Kata ayahnya, sambil menyeruput kopi hitam.

Sedang taehyung hanya berdiam diri, melangkah mendekat pada jendela yang terbuka disana, mengeluarkan asap nikotin yang ia hisap secara perlahan itu.

"Aku lebih merindukan nya, ppa" Ada getaran sedih dihatinya saat dia mengatakan itu tadi.

"Sudah berapa taun dia hilang, tidak ada jejak sedikit pun, benar?"

"3 tahun.. Dia pergi saat setelah memberiku selamat atas pernikahan ku" Matanya sedikit berkaca kaca.

"Kau sudah mencoba mencari nya lagi?"

Taehyung mengangguk, menyusut kasar pada tetesan air yang tiba-tiba turun dipelupuk matanya.

"Nihil.. Aku bahkan tinggal di beberapa negara orang dengan waktu yang 2 minggu, untuk sekedar mencari nya .. tapi dia benar-benar hilang seperti ditelan bumi"

Ucapnya yang kini mendekati sang ayah untuk mencicip kopi nya juga, yang ternyata suda terasa dingin di lidah nya.

"Apa dia se sakit hati itu pada mu?"

"Hm. Seperti nya iya" Taehyung merebahkan punggung nya disoffa sana. Sambil melonggarkan dasi di lehernya.

Keduanya sama terdiam nya, tak ada yang bersuara, ayah dan anak itu terbang dengan pikiran nya masing masing.

Hanya hembusan nafas keduanya saja yang terdengar.

"Appa.. Ada jeda yang membuat sang ayah melirik anak bungsu nya itu.

- Aku benar-benar merindukan... Jimini ku"

Isakan kecil taehyung membuat ayahnya iba.

kini taehyung berada didekap sang ayah yang sedang mencoba menenangkan nya dengan tepukan tepukan kecil dipunggung tegap nya yang kini sedang runtuh.

.

Dan dibalik pintu sana, yoonji juga di tenangkan oleh mertua nya, yaitu mama taehyung.  Agar tabah dan tegar, karena taehyung benar-benar belum melupakan sahabat nya yang hilang itu.

***  ****  *** ****

"kau baik baik saja"

"Aku baik baik saja" Jawabnya, saat tadi sang teman bertanya mengkhawatirkan nya.

Dia mendudukan dirinya di sofa panjang sana. Merasakan dadanya kenapa selalu nyeri dan sakit seperti ini, rasanya seperti tercubit, merasa seperti sedang sakit hati.

Aneh

.

"Hyung"

"Kau baik baik saja" Tanya nya khawatir.

Dia mengangguk singkat.

"Kau sudah minum obatnya"

"Hyung, kau tau sakit ini bukan karena sakit Hyung, aku merasa sedih, dadaku sesak seperti ini seperti aku sedang sakit hati saja... dan kenapa aku tiba-tiba ingin menangis Hyung"

Dia memukuli dadanya kecil. Merasa bingung dengan keadaan nya.

"Dia mungkin sedang merindukanmu, seperti kau merindukan dia juga" 
Hobi memeluk nya, mengelus punggung yang kini terasa bergetar itu seperti sedang meluruhkan semua beban pada bahunya.

"A- aku tidak merindukan nya Hyung, dia juga tak mungkin sedang merindukan ku" Dia tersenyum kecut menggeleng kan kepala nya berpikir " tidak mungkin orang itu merindukan nya"

"Kau tidak ingin pulang ke Seoul"

Dia menggeleng bertanda tidak dan berkata "sudah cukup Seoul memberiku sakit Hyung, biarkan aku disini menemanimu di bar ini"

"Walaupun tiket nya gratis dan bonus apartemen juga?" Tawar hobi bertanya seakan sambil merayu nya.

Sedang dia menatap hobi dengan wajah yang tak bisa di artikan.

"Hyung kau mengusirku" Katanya sambil merautkan wajahnya sedih.

Hobi menggelengkan kepala nya cepat, panik takut dia salah paham.

"Kau bisa mengubah hidup mu menjadi lebih baik disana... aku sebenernya tidak suka saat kau menari di bar untuk para pria hidung belang disini, tapi kita tidak punya pilihan lain bukan-

Ada helaan nafas kasar disana saat hobi mengatakan itu.

-dan kau juga bisa mengubah nama mu disana jika kau ingin agar kau tak ada yang mengenali... kau akan punya kartu bernama angel disana, tak akan ada yang mengenali mu jika kau terus berdandan seperti ini- hobi merapihkan rambut pirang milik dia.

-kau sangat cantik. Kau tau" Hobi menjawel pipi yang sedikit gembul itu yang kini terlihat bersemu merah.

Sedang dia hanya merunduk malu tapi juga sambil memikirkan perkataan hobi.

"Tapi Hyung, bisakah kau memberi ku waktu untuk menjawab segala pertanyaan mu itu"

"Tentu saja, jangan terburu-buru karena aku pun masih membutuhkan mu disini,aku mungkin akan kehilangan mu jika kau meng-iyakan nya sekarang"

Gadis itu memeluk hobi dan mengucap banyak terimakasih karena selalu membantunya.

Lalu setelah itu mereka kembali pada pekerjaan nya masing-masing yaitu menjadi penari di klub bar itu.

*
*
*
*
*

Bersambung.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Broken (Vmin / Taegi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang