ospek 2

103 21 3
                                    

"HUH!" adel membuang napas keras, mengeluhkan ospek yang masih lama akan berakhir. shani hanya geleng kepala melihat kelakuan teman barunya itu. Mereka berada di lapangan untuk mendengarkan seminar yang di jelaskan oleh seorang yang sudah berumur, entahlah siapa namanya shani tidak terlalu menyimak apa yang disampaikan oleh orang itu. sehabis materi ini habis barulah shani menyimak karena di ambil alih oleh panitia kedisiplinan itu artinya hukuman baginya akan sebentar lagi.

"Gini banget dah, telat doang di hukum." Adel menoleh pada seseorang yang mengeluh itu. "Lo kalau ngeluh liat posisi Napa, kalau ada panitia abis Lo!" Seseorang itu hanya menyengir lebar. "Kenalin gue Christy, Lo siapa?" "Adel dan ini shani" mereka saling bersalaman, beruntung mereka berada ditengah barisan jadi tidak ketahuan interaksi dari mereka. "Lo shani? Penerima beasiswa SnapCo kan? Nama Lo ada di mading, panutan banget Lo."

"Cck, panutan apaan? Dia udah ngelanggar dua peraturan di hari pertama."

"Thanks ya del udah mengingatkan gue lagi soal itu, thanks juga udah ngerusak citra gue." Jawab shani sarkas.

"Kembali shan"

"Wey panitia." Ucap Christy berbisik. Mereka berbaris berlagak tidak melakukan apa apa setengah detik yang lalu.

"Yuk ke sisi podium, roi mau naik podium bentar lagi."

Telinga shani tidak sengaja mendengar percakapan dua orang panitia yang baru saja berjalan di dekatnya. ROI? Shani tau artinya. Roi artinya raja dalam bahasa perancis. Jadi siapa raja itu? Suara di podium mengalihkan pikiran shani. Sedikit kaget, siapa yang ia lihat yang berdiri gagah di podium. Panitia yang memarahinya pagi tadi. Jadi namanya roi?

"Selamat sore 2019!"

"Sore ka!"

Mahasiswa sudah membubarkan diri setengah nya setelah di persilahkan termasuk adel yang bersih, tidak melanggar peraturan. Tersisa shani, christy dan yang lainya yang kedapatan melanggar peraturan.

"Kalian tau kenapa di kumpulin di sini?"

Suara rendah namun mengintimidasi itu terdengar lagi yang berhasil membuat shani takut sendiri. Ia sedari tadi hanya menunduk takut, jika mendongak bisa saja panitia menduga ia menantang panitia. Tau sendiri terkadang panitia sengaja mencari kesalahan para maba.

"Kalian ga bisa ngomong? Jawab! Jangan diam aja!"

"Kalian sudah mahasiswa bukan lagi siswa! Harus bisa beragumen!" Beberapa orang sudah mulai berani menyuarakan pendapatnya. Shani hanya mencari aman saja, labih baik ia diam hemat energi tidak penting sekali menanggapi debat ini. Dalam debat terjadi proses tawar menawar hukuman antara roi dan mahasiswa baru, sudah terjadi hingga empat puluh menit.

"Ok, baik. Saya terima usul kalian! Bagi kalian yang tidak menggunakan atribut yang lengkap, hukumannya yaitu menulis secara essai mengenai biografi tokoh tokoh ekonomi yang kalian minati sebanyak 1500 kata, bagi yang terlambat menulis isu ekonomi yang sedang terjadi belakangan ini hanya boleh tahun ini dan empat tahu kebelakang, panjang kata minimal 3500 kata. Dikumpul besok pagi saat akan apel."

Semua pasrah mendengarnya, protes pun akan percuma.

"Bagi yang melanggar kedua peraturan tidak ada keringanan. Terima kasih, silahkan membubarkan diri."

Shani sangat tahu kalimat itu di tujukan padanya. Suram sekali hari ini batin shani. Ia tidak yakin bisa mengerjakan itu dalam waktu semalam saja. Di tambah ia harus bekerja di cafe muthe. Tentu akan menyita waktu malamnya

***

Saat sudah selesai ospek, panitia masih berada diruang panitia untuk evaluasi dan mendiskusikan untuk hari esok. Setelah berdiskusi lama akhirnya rapat dan evaluasi selesai. Dhafin membereskan barangnya, tubunya sangat lelah saat ini perlu istirahat.

"Dhaf, ada Azizi di depan." Ucap Gracia membuat wajah suram dhafin berubah cerah. Gracia hanya mendengus, dasar orang kasmaran.

"Hai dhaf." Ucap gadis yang usianya lebih muda dari dhafin, mahasiswi yang beda kuliah dengannya

"Hai, tumben kesini." Ucap dhafin. Pasalnya memang kekasih dhafin ini sangat jarang menampakan dirinya di kampus dhafin.

"Ga boleh nih? Yaudah kita ga usah ketemu lagi." Ucap Azizi dengan nada kesal.

"Kamu ngambek?" Dhafin mengecup pipi zee sekilas. "Masih ngambek?" Zee hanya tersenyum sumringah. Beruntung banget gedung c sudah sepi jadi dhafin tidak akan malu jika melakukanya.

"Dhaf, maaf ya aku boleh pinjem mobil kamu ga besok? Aku mau cari kos an di tempat yang lumayan jauh gitu" ucap zee memohon sambil menggenggam tangan dhafin.

"Kenapa ga naik angkutan umum aja?" Tanya dhafin. Bukannya dhafin tidak mau hanya bertanya saja.

"Pengen gitu, tapi aku takut penampilan ku sedikit kusut"

"Ya udah iya." Dhafin mengangguk lemah bersedia meminjamkan mobilnya untuk zee. " Makasih sayang, sebagai ganti karena kemarin kita ga jadi jalan, sekarang kita jalan yuk."

Dhafin mengangguk antusias, digenggamnya tangan zee untuk segera menuju mobilnya

***

Sudah selesai dengan makan malam mereka, zee mengantarkan dhafin pulang ke rumahnya.

"Eh, stop bentar ya zee." Perhatian dhafin teralihkan pada cafe yang searah dengan rumahnya.

"Kenapa dhaf?" Ucap zee. Bingung melihat kekasihnya seperti fokus pada suatu hal

"Aku baru tau ada cafe disini." Dhafin melihat cafe itu sangat ramai akan pengunjung. 'shani?' batin dhafin. " Zee kita kira kalau cafe seperti ini tutupnya kapan ya?" Tanya dhafin kepada zee.

"Mungkin sekitar jam sebelas atau dua belas. ada apa? Kamu mau mampir kah?"

Dhafin menggeleng. "Ngga, anter aku langsung pulang aja. Sekalian biar kamu bawa mobil aku, sekarang biar aku yang nyetir dulu."

Mobilpun melaju meninggalkan halaman cafe itu.

Shani sudah sampai di rumahnya, sudah pukul setengah dua belas malam. Shani bergegas membuat kopi untuk dirinya. Tugas hukuman itu akan di kumpul besok, sedangkan shani belum mengerjakannya sedikit pun.

Ia harus berjuang mengerjakannya malam ini, jika tak ingin bertemu dengan panitia kedisiplinan lagi, apalagi dengan roi. Bisa bisa kupingnya akan panas mendengar ocehan panitia kedisiplinan.












Jangan lupa vote, komen, sama share juga yaa, mohon bantuannya.

time distance rapsodi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang