5

12 2 20
                                    

Jumat, 20 Oktober 2023.

Sial, tak kusangka aku butuh hampir satu bulan penuh untuk membaca The Woman in Cabin 10. Antonin mungkin sudah stres, sampai-sampai dia tak henti-hentinya menemukan sesuatu untuk kukerjakan di mansion megahnya ini. Semakin banyak tugas yang harus kukerjakan, maka semakin lelah tubuhku, dan semakin berkurang pula minatku untuk membaca buku. Astaga, aku membutuhkan hal lain untuk menyegarkan pikiranku.

Kebetulan, Carlisle mengadakan acara jamuan di rumahnya, dan di luar perkiraan semua orang, dia juga mengundangku. Jadi, Antonin segera memerintahkanku untuk berhenti mengilapkan gelas-gelas keramik Cina di lemari koleksinya, dan memerintahkanku untuk berdandan dengan pantas.

Antonin sebenarnya tidak perlu mewanti-wantiku terlalu keras mengenai pakaian. Bagaimanapun juga, aku baru saja mewarisi begitu banyak benda sandang berbagai model dan warna. Mau bergaya macam apa, aku hanya perlu memilih.

Akhirnya, aku duduk di jok belakang mobil Antonin dengan dress selutut berwarna baby blue dan kalung mutiara imitasi berwarna putih. Jam tangan juga dimasukkan dalam kategori aksesoris, sehingga aku juga mewarisi sebuah jam tangan kecil berwarna putih yang dulu selalu kuinginkan.

House of Donoghue berdiri kokoh, elegan, mewah, dan megah di antara jajaran rumah-rumah mewah lainnya. Dari lingkungan tempat tinggalnya, sudah jelas bahwa keluarga Donoghue adalah golongan orang kaya lama. Itu cukup menjelaskan kepribadian Carlisle yang tetap merendah meskipun dia punya pekerjaan bergengsi dan banyak uang.

“Apakah Dokter Donoghue tinggal bersama orang tua dan saudara-saudaranya?” tanyaku pada Antonin ketika dia memarkirkan mobilnya di halaman rumah Carlisle.

“Orang tuanya memilih untuk pindah ke Santorini dan menghabiskan masa tua mereka di sana,” jawab Antonin.

“Wow, impressive,” gumamku.

“Dan Carlisle hanya punya satu adik perempuan, namanya Janelle,” lanjut Antonin seraya melangkah keluar dari mobil, “menikah dengan orang Irlandia dan sekarang menetap di Dublin.”

“Singkatnya, Dokter Donoghue tinggal sendirian di rumah ini,” simpulku sembari turut turun dari mobil.

“Dengan seorang asisten rumah tangga bernama Annie,” koreksi Antonin.

“Annie?” Aku menatap Antonin, mengikuti langkahnya, berjarak satu langkah di belakang pria itu. “Terdengar manis dan menggemaskan. Apakah dia gadis yang menggemaskan?”

“Dia lebih cocok tinggal di panti jompo alih-alih bekerja pada Carlisle,” tukas Antonin.

Pintu dibukakan dari dalam agar kami bisa masuk, dan aku akhirnya setuju dengan kalimat terakhir Antonin. Annie mungkin sudah berusia lebih dari enam puluh tahun, berbadan pendek kurus, dan kelihatannya membukakan pintu yang besar adalah tugas yang cukup berat untuknya. Mungkin Carlisle hanya merasa kasihan dan tidak tega untuk memberhentikan Annie. Atau mungkin Annie tidak menuntut gaji tinggi, dan sekadar ingin bisa hidup layak.

“Selamat datang,” sambut Carlisle sembari menjabat tangan Antonin singkat. “Selamat datang, Avital.” Carlisle menjabat tanganku, sedetik lebih lama daripada jabat tangannya bersama Antonin.

“Terima kasih,” ucapku sopan seraya menarik tanganku dari genggaman Carlisle.

“Di mana yang lain?” tanya Antonin ketika melihat betapa lengang aula depan House of Donoghue.

“Masih dalam perjalanan,” jawab Carlisle. “Alexander pasti masih menunggu Francoise bersiap-siap. Kita semua tahu betapa lamanya wanita itu berdandan.”

“Untung saja Avital tidak membutuhkan waktu lebih dari lima belas menit untuk berdandan,” ucap Antonin. “Aku bahkan ragu Avital sempat mandi sebelum memakai baju cantik itu.”

The Secret of InheritanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang