Minggu, 22 Oktober 2023.
Aku hanya bisa mengatakan iya, tetapi tidak berpikir akan sanggup melakukannya. Memanggil Carlisle dengan nama depannya hanya berani kulakukan di dalam kepala dan hatiku, bukan bibirku. Bibirku tak akan sanggup memanggilnya selain dengan sebutan Dokter Donoghue. Memangnya siapa aku ini hingga berani memanggilnya dengan nama depan di depan hidungnya? Dia pikir aku ini siapa? Apakah dia lupa jika kami tidak setara? Apakah dia lupa jika dia adalah sahabat majikanku?
Sambil memakan makaroni dan keju sebagai menu sarapan, aku terus memikirkan pesan yang dikirim oleh Carlisle ketika aku sudah tertidur semalam. Jaraknya dengan pesan terakhirku padanya adalah lebih dari enam jam. Apakah dia sangat sibuk dan baru bisa membalas pada larut malam begitu? Ataukah dia memerlukan waktu yang sangat lama untuk menimbang-nimbang apakah aku pantas memanggil nama depannya atau tidak? Padahal dia tak perlu repot-repot seperti itu. Aku tidak pernah keberatan memanggilnya Dokter Donoghue setiap saat, seperti aku tidak keberatan memanggil adik Sarah dengan sebutan Nona Adler setiap saat.
Keju mozzarella favorit Sarah terasa meleleh di mulutku, sementara hatiku terasa meleleh begitu membuka aplikasi WhatsApp-ku dan mendapati nomor bernama 'Dr. Carlisle Donoghue' berada di bagian teratas riwayat percakapan-karena aku menyematkannya. Kutekan foto profilnya untuk melihat wajahnya dengan lebih jelas; tampan, gagah, berwibawa. Saking hanyutnya aku menatap wajah menawan tersebut, aku hampir menjatuhkan ponselku, dan secara tidak sengaja menekan tombol memanggil. Lantas, dengan gemetar, kupencet tombol untuk memutus sambungan teleponnya.
Dr. Carlisle Donoghue, 08.02AM: "Ada apa, Avy? Aku sedang mengikuti misa."
Celaka tiga belas. Harus bilang apa? Tidak sengaja terpencet? Kenapa bisa terpencet? Tentu saja karena aku melihat foto profilnya yang tampan itu.
Avital MacAvram, 08.02AM: "Maafkan saya, Dokter Donoghue. Tombolnya tidak sengaja terpencet karena tangan saya basah."
Aku adalah pembohong yang payah, aku tahu itu.
Dr. Carlisle Donoghue, 08.02AM: "Baiklah. Kalau kau pergi ke rumahku sekarang, Annie akan sangat senang. Dia jarang punya teman."
Avital MacAvram, 08.03AM: "Saya akan pergi ke House of Donoghue setelah sarapan. Terima kasih banyak atas kebaikan Anda. Saya sangat ingin menonton Harry Potter dan Game of Thrones."
Dr. Carlisle Donoghue, 08.03AM: "Kau akan butuh lebih dari satu hari untuk menonton semua itu, dan aku tidak keberatan. Tontonlah sepuasmu, agar aku tidak membayar langgannya secara percuma."
Avital MacAvram, 08.03AM: "Sungguh, terima kasih banyak."
Dr. Carlisle Donoghue, 08.04AM: "Sama-sama. Dan satu lagi, berhentilah memanggilku Dokter Donoghue, kecuali dalam acara-acara resmi."
Avital MacAvram, 08.04AM: "Tetapi, kita jarang berada di acara resmi. Satu-satunya acara resmi yang saya hadiri selama ini hanyalah pembukaan cabang-cabang baru House of Gazda."
Dr. Carlisle Donoghue, 08.05AM: "Maka panggillah aku dengan namaku kecuali pada saat-saat itu. Sudah, aku harus mengikuti misa dengan khidmat."
***
Annie tersenyum girang begitu melihatku berdiri di depan pintu House of Donoghue. Wajah tirusnya berseri-seri, dan gerakannya lincah ketika mempersilakanku masuk.
"Tuan Carlisle berkata kau sangat ingin menonton HBO Max." Annie mengawali percakapan sembari memberitahuku jalan menuju ruang santai di mana televisi berada. "Aku tidak mengerti apa itu HBO Max, HBO Now, HBO Go, Netflix, Disney Hotstar. Ketika aku masih muda, hanya ada saluran televisi biasa, dan aku harus menyusuri seluruh saluran yang tersedia hanya untuk mencari tayangan yang bagus. Kalau tidak ada yang bagus, aku akan beralih ke radio, biasanya ada sesi bincang-bincang yang menarik."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of Inheritance
Mystery / ThrillerSebagai seorang asisten rumah tangga biasa, Avital MacAvram tak pernah mengira dirinya akan mendapatkan warisan dari sang nyonya, Sarah Gazda, yang meninggal dunia akibat mengalami reaksi alergi yang parah. Namun, ketika melihat barang-barang yang d...