Jumat, 27 Oktober 2023.
Setelah selesai membaca The Last Breath, aku mengundang Carlisle, Edmund, dan Alexander untuk makan malam di Gazda Mansion. Aku tahu ini bukan rumahku, tapi masa bodoh. Selagi Antonin tidak ada di rumah, kami bisa berdiskusi panjang lebar dengan tenang.
Pembahasan kami selama makan malam berlangsung tak jauh berbeda dengan pembicaraanku bersama Carlisle tempo hari. Semua dugaan dan teori dipaparkan kembali, dan sudah jelas bahwa kami semua berada di kubu yang sama dalam hal ini.
Jauh dari dugaanku, ternyata Alexander cukup cerdas dalam mengartikan analogi. Dia memberitahuku bahwa kemungkinan besar Sarah menuliskan Miss Wilma Ferretti dalam catatannya hanya untuk menegaskan, bahwa kematiannya sama seperti Wilma Ferretti yang diracun dalam sebuah pesta. Anggur beracun hanyalah kiasan dari kue red velvet yang mengandung banyak santan. Jadi, tidak perlu mencurigai Sonja, bahkan walaupun Sonja akhirnya menjadi pewaris tunggal harta peninggalan mendiang Tuan dan Nyonya Adler.
"Dalam The Last Breath, Ray Andrews membunuh Ella-Mae karena Ella-Mae berselingkuh dengan tetangganya," celetukku. "Tentunya novel itu dipilih juga hanya sebagai analogi, 'kan? Hanya untuk menegaskan bahwa Nyonya Sarah dibunuh oleh suaminya, tetapi bukan berarti dia berselingkuh. Nyonya Sarah pasti tidak pernah berselingkuh."
"Tentu saja dia gak pernah selingkuh," sahut Alexander, "dia wanita bermoral. Dan gue gak bicara sarkas, ya. Gue jujur loh. Sarah itu standar moralnya tinggi banget, jadi dia gak mungkin selingkuh. Jangankan yang anu-anu, ciuman sama pria lain aja keknya gak bakal dia lakuin."
"Kalau hanya berciuman, mungkin dia pernah melakukannya," bantah Edmund, "tapi kalau lebih dari itu, aku yakin dia tidak pernah melakukannya."
"Antonin pernah mengatakan sesuatu padamu mengenai hal itu?" tanya Carlisle pada si pengacara sambil terus menikmati sup jagungnya.
"Atau kau lihat pakai mata kepalamu sendiri?" Alexander turut bertanya, "Atau cuman nebak-nebak?"
"Anggap saja aku hanya menebak-nebak." Edmund mengedikkan bahu, lalu menikmati sup jagungnya lagi.
"Kampret lu!" seru Alexander, "Malah ngefitnah orang. Mana orangnya udah mati."
***
"Aku tidak menyangka kita bisa tidur dengan tenang, padahal seorang pembunuh hidup di antara kita, dan kita bahkan tidak bisa mencegah pembunuh itu mendekati adik kandung korbannya," cerocosku sembari mencuci perlatan makan kotor setelah para tamu pulang. Carlisle berada di sampingku untuk memoles peralatan makan yang sudah bersih. "Kau tidak perlu melakukan itu, Honey.""Dan diam saja menontonmu membereskan semuanya sendirian? Aku tidak sekeji itu," kata Carlisle seraya terus memoles peralatan makan yang sudah kucuci. "Dan mengenai Antonin, kita memang tidak bisa melakukan apa pun, walaupun itu memang sangat mengkhawatirkan."
"Aku tidak begitu menyayangi Sonja, karena kami memang tidak begitu dekat," ungkapku, "tetapi tetap saja, aku mengkhawatirkan keselamatannya juga. Kalau dia dianggap tak berguna lagi bagi Antonin, pria itu bisa saja melenyapkannya seperti melenyapkan Nyonya Sarah."
"Dibanding mengkhawatirkan wanita sembrono yang mengencani suami mendiang kakaknya, aku jauh lebih mengkhawatirkanmu," ujar Carlisle. "Kau masih bekerja untuk Antonin, itu membuatku tidak tenang. Apalagi kau sudah menjadi kekasihku. Aku tidak mau kehilangan kekasihku." Carlisle meletakkan serbetnya di rak pengering piring, kemudian mendekap pundakku dan mengecup pelipis kananku. "Aku tidak mau kehilangan kekasihku," ulangnya.
"Aku tidak akan mati kecuali aku mau mati," sesumbarku. Air keran masih mengalir untuk membasuh tanganku dari sisa-sisa sabun, kemudian kukeringkan tanganku dengan mesin pengering tangan, sebelum akhirnya menangkup wajah kekasihku dengan sayang. "Aku pernah mengalami kecelakaan sebelum aku bekerja untuk keluarga Gazda. Kau tak akan percaya bagaimana aku terpental dari motorku dan berguling-guling di jalan, serta betapa rusaknya wajahku karena bergesekan dengan aspal sebelum akhirnya aku terlempar ke bahu jalan, nyaris masuk ke sungai kecil yang curam. Aku mengira aku akan mati, tetapi tidak. Orang-orang juga mengira aku akan membutuhkan waktu yang lama untuk pulih, atau bahkan tidak pulih sama sekali, mengingat aku berguling-guling dengan hebat dan hampir masuk ke sungai yang curam, ditambah lagi jariku mengalami dislokasi, tetapi aku hanya membutuhkan waktu satu bulan untuk kembali sehat, dan dua bulan untuk menghilangkan bekas luka di wajahku. Aku hidup. Aku tidak akan mati kecuali aku mau."
"Ya, tapi mengalami kecelakaan dan tinggal serumah dengan pembunuh adalah dua hal yang sangat berbeda," sanggah Carlisle.
"Dia tidak akan bisa meracuniku," ucapku, berusaha menenangkannya, "karena akulah yang memasak di rumah ini. Dia juga tidak akan bisa mengarahkan senapannya padaku, karena aku cukup gesit untuk menghindar. Aku tidak akan mati."
"Kurasa akan lebih baik jika kau mengundurkan diri dari rumah keluarga Gazda," cetus Carlisle.
"Lalu, di mana aku harus bekerja?" tanyaku. "Mencari pekerjaan di masa kini sangatlah sulit. Aku hanya punya sertifikat magang dari Hotel Elina Modorcea Shacro City, ditambah surat referensi dari Antonin jika aku memang mengundurkan diri. Hanya dua kertas itu, tidak ada pengalaman kerja lain lagi. Aku sudah pernah mencoba melamar pekerjaan di mana pun sebelum diterima di sini, dan tak satu pun menerimaku kecuali Tuan dan Nyonya Gazda."
"Bekerjalah di rumahku," usul Carlisle.
"Dan menyingkirkan Annie?" sahutku.
"Aku bisa membayar dua orang sekaligus," ujarnya.
"Menurutmu itu yang terbaik?"
"Tidak ada cara yang lebih baik untuk memastikan keselamatanmu. Apalagi kau memegang kode dari Sarah. Bisa berbahaya jika Antonin mengetahuinya."
"Baiklah, aku akan mengajukan pengunduran diri begitu Antonin kembali dari Jazzirone."
Carlisle tersenyum hangat-senyum favoritku. Jemarinya menyentuh rahangku dengan lembut, kemudian dia mengecup pipi kananku, pipi kiriku, dan berakhir di keningku. Untuk dua orang yang sudah saling mengenal selama empat tahun, tetapi baru memulai hubungan selama beberapa hari, ini adalah cara mengungkapkan rasa sayang yang sangat manis. Setidaknya sangat manis bagiku. Kecupan di kening sama sekali bukan kecupan yang sensual. Bukan kecupan yang menyimpan gairah untuk berhubungan seksual. Itu murni sebuah kecupan yang menunjukkan rasa sayang dan kepedulian. Carlisle memiliki bahasa cinta yang sama denganku, dan aku sangat bersyukur untuk itu.
Kami menyusuri koridor mansion sambil bergandengan tangan, berjalan keluar untuk mengunci gerbang, kemudian mengunci semua pintu dan jendela. Lalu, setelah mematikan semua lampu di Gazda Mansion, barulah kami memasuki kamarku.
Aku segera mengganti bajuku dengan piama, Sementara Carlisle melepaskan rompi hitam, kemeja biru muda, dan sabuknya, meletakkan semua itu di atas kursi riasku. Dia naik ke ranjang hanya mengenakan celana panjang hitamnya dan bertelanjang dada, berbaring di sampingku. Aku menyukai dada dan perutnya-tidak gemuk dan ototnya tidak terlalu terbentuk. Jenis tubuh maskulin yang menurutku sangat menawan. Otot lengannya tidak besar, tetapi cukup keras dan kokoh. Tubuh yang bisa melindungiku dengan kuat, tetapi bisa memelukku dengan lembut.
Bibir Carlisle mendarat di keningku lagi, dan itu membuatku tersenyum. Lengannya memelukku dengan lembut dan hangat. Napasnya menyapu kulitku, meninggalkan sensasi menggelitik yang mneyenangkan.
Perlahan, Carlisle membawa bibirnya untuk memagut bibirku dengan lembut, dan aku berusaha membalas dengan sama lembutnya. Dia menggigit bibir bawahku dengan gemas, dan aku menikmati itu. Sementara tangannya menyusuri tubuhku dengan sangat lembut, perlahan bergerak ke bagian belakang kepalaku, menahan kepalaku sementara dia memperdalam ciuman dan melesakkan lidahnya ke rongga mulutku. Aku bisa merasakan lidahnya menyapu langit-langit mulut dan gigiku, sementara aku hanya bisa berpegangan pada pinggangnya, sambil terus berusaha memainkan lidahku di sekitar lidahnya.
Carlisle menyudahi permainan lidahnya, memagut bibirku sejenak, sebelum akhirnya benar-benar mengakhiri ciuman kami. Matanya menatapku dalam-dalam, terlihat berkilau oleh temaram cahaya bulan yang masuk melalui lubang angin di atas jendela.
"Avital Lavra MacAvram," bisik Carlisle, "kekasihku, cintaku." Dia menempelkan hidung dan bibirnya pada leherku, lalu dia menarik napas dalam-dalam. "Demi Tuhan, aku akan melakukan apa pun untukmu."
Aku bisa merasakan lidahnya menjilat kulit leherku, meninggalkan jejak basah dan lengket yang memanjang ke telinga kananku.
"Carlisle ...." rintihku, hampir mendesah.
"Akan kubawakan surga padamu," gumam Carlisle di kulitku.
Dan aku tahu apa yang akan terjadi malam ini.
.
.
.-Bersambung ....
.
.
.
.
.-Ema Loka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of Inheritance
Misteri / ThrillerSebagai seorang asisten rumah tangga biasa, Avital MacAvram tak pernah mengira dirinya akan mendapatkan warisan dari sang nyonya, Sarah Gazda, yang meninggal dunia akibat mengalami reaksi alergi yang parah. Namun, ketika melihat barang-barang yang d...