17

2.4K 222 7
                                    

"Abang katanya udah sembuh kok demam?" tanya Raksa. Saat ini dia berada di kamar Alga.

"Gara-gara lo lah, gue jadi hujan-hujanan tadi" balas Alga sekilas melirik adiknya yang duduk bersandar di kasurnya.

"Perasaan tadi cuma gerimis doang gak sampai hujan gede. Aku tidur sini ya Bang?"

Raksa membaringkan tubuhnya lalu menarik selimut Alga. "Selamat malam Abang-"

"Selamat malam apanya jir! Keluar gak ada lo tidur di sini. Yang ada gue gak bisa tidur" ucap Alga membuka selimut yang menutupi tubuh adiknya.

"Abang ngusir aku?" ucap Raksa menatap Alga dengan wajah yang di buat sesedih mungkin. "Udah punya adek baru ya? makanya aku di usir"

"Iya tuh lagi di bikinin sama Mama Papa" jawab ngasal Alga lalu membaringkan tubuhnya.

"Bikin di mana? kok tadi gak lihat" Raksa menatap Alga dengan wajah polosnya. Setahu dirinya kedua orang tuanya sedang mengobrol di bawah, mereka juga tidak ada membuat apa-apa.

"Ya lo gak penting ngapain juga lihat, mending lo sana balik ke kamar lo tidur" balas Alga membalikkan tubuhnya membelakangi adiknya.

"Abang jangan tidur dulu, aku masih mau nanya banyak. Soal tadi Kaka Zeea udah bangun belum?" Raksa menepuk-nepuk lengan Alga, agar Abang-nya itu menutup matanya.

Plak!

Alga memukul tangan adiknya. "Gue gak tau dia udah bangun apa belum, sekarang lo keluar jangan berisik kepal gue sakit ngerti gak?" kelas Alga menatap tajam adiknya.

"Cuma tanya aja marah-marah, aku tanya Abang tuh tadi aku lihat Papa-nya Kaka Zeea pergi sama orang. Aku pikir tadi itu Kaka Zeea, aku lihatnya gak gitu jelas" ucap Raksa lalu turun dari atas kasur Alga.

"Tunggu lo bilang apa barusan?" cegah Alga menahan tangan adiknya.

"Gak! Aku gak jadi ngomong" ketus Raksa menepis tangan Alga lalu keluar dari kamar Abang-nya.

"Raksa lihat Juan naik mobil?" gumam Alga tersenyum tipis. "Dugaan gue gak salah" monolognya lalu turun dari kasurnya, dia mengunci pintu kamarnya dari dalam sebelum adiknya kembali mengganggu tidurnya.

Raksa turun ke bawah lalu menyalakan televisi di ruang keluarga, anak itu pergi ke dapur untuk mengambil cemilan dan menikmatinya sambil menonton film favoritnya yaitu film horor.

"Oh, kuyang tuh yang jadi saingannya mbak kunti. Suaka nyolong anak orang. Jangan-jangan adek gue gak jadi-jadi karena di sini ada kuyang atau mbak kunti jadi takut dia" monolog Raksa dengan santainya dia menonton sambil memakan cemilan.

"Tapi kalau ada kok Abang gak pernah lihat, harusnya orang penakut yang suka di lihatin-"

"Adek" pangil Shakira yang baru saja keluar dari kamarnya. Dia mendengar suara tv dari dalam kamarnya, jadi dia memutuskan untuk keluar dan melihatnya ternyata anak bungsunya yang sedang menonton televisi.

"Ngapain malem-malem di sini bukannya tidur? gak bisa tidur?" Shakira berjalan menghampiri anaknya lalu mematikan televisi.

"Mama filenya belum selesai udah di matiin" ucap Raksa mengambil alih remote tv dari tangan Mama-nya.

"Udah malam tidur besok sekolah. Ini juga siapa yang izinin makan coklat sama es krim malam-malam gini?"

"Cuma sedikit" lirih Raksa mengurungkan niatnya untuk kembali menghidupkan televisi, dia meletakkan remote di atas meja lalu membersihkan bekas makanan yang berserakan di atas meja.

"Sampai habis lima bungkus sedikit ya dek? Coklat semua lagi, belum es krim nya. Nanti kalau Abang tau di marahin" Shakira menggelengkan kepalanya memperhatikan anak bungsunya yang membersihkan meja.

"Aku gak tau kalau habisnya sebanyak ini Ma, perasaan tadi makannya satu-satu" jawab Raksa tersenyum manis pada Mama-nya.

"Bener-bener gak bisa di tinggal sendiri, ayo tidur gosok gigi dulu" ajak Shakira setelah Raksa membuang plastik bekas makanannya ke tempat sampah.

"Aku gak mau tidur di tengah, sempit" ujar Raksa mengikuti langkah Shakira masuk ke dalam kamar.

"Alasan, bilang aja gak terima tadi Papa beliin Abang" ucap Shakira mengusap rambut anaknya.

"Kan gak sepenuhnya aku yang salah, Abang juga salah"

"Iya, Abang juga salah. Sana gosok gigi habis itu tidur" pungkas Shakira menemani anaknya sampai di depan pintu kamar mandi. Selesai gosok gigi mereka kembali ke tempat tidur.

..............

"Selamat pagi semuanya, selamat pagi Abang ku sayang." sapa Raksa yang sudah siap dengan seragam sekolahnya, anak itu berjalan mendekati Saga, memeluk Papa-nya dengan erat lalu memberikan kecupan sayang di pipi Saga.

"Minta apa lo hari ini?" tanya Alga menatap adiknya dengan curiga, tidak biasanya anak itu semanis ini pagi-pagi apa lagi kemarin baru saja mendapatkan omelan dari Saga.

"Abang tuh jadi orang jangan suka berburuk sangka, orang aku gak minta apa-apa" balas Raksa lalu duduk di kursinya.

"Semalam lo ngapain? nakal lagi?" tanya Alga menahan tangan adiknya yang ingin mengambil kopi milik Papa-nya.

"Nyoba doang sedikit aja gak boleh, jadi orang jangan pelit-pelit nanti gak jadi kaya-raya loh"

"Lo belum jawab pertanyaan gue, lo ngapain semalam hmm?"

Raksa nampak berpikir sejenak lalu menatap Alga dengan mata berbinar. "Semalam aku nonton kuyang, Abang tau gak? dia suka bayi. Jangan-jangan adek kita gak jadi-jadi kara di rumah ini ada kuyang jadi dia takut buat keluar, kayanya kita harus panggil pak ustad buat rukiyah rumah ini" antuasias Raksa membuat mereka bertiga tak habis pikir lagi dengan pemikiran bungsu mereka.

"Kita sarapan dulu, jangan bahas yang aneh-aneh" ucap Saga mengalihkan perhatian Raksa.

"Aku belum selesai ngomong sama Abang" balas Raksa lalu kembali menatap Alga.

"Bang, gimana kalau kita-"

"Makan, lo mau sekolah kan?" sela Alga menatap datar adiknya.

"Emang Abang gak sekolah?"

"Gak, kepala gue masih sakit. Besok baru sekolah" balas Alga lalu menyantap sarapannya yang sudah di siapkan oleh Mama-nya.

"Aku juga gak sekolah hari ini, udah terlambat" ucap Raksa tersenyum pada Sahira yang duduk di seberangnya. "Boleh kan Ma?"

"Gak, lo pergi ke sekolah ini masih pagi belum terlambat. Lo di rumah yang ada gue makin sakit" jawab Alga.

"Hari ini aku pulang telat, mau main dulu" ucap Raksa sambil mencabikkan bibirnya kesal dengan Alga. Kalau dirinya tidak sekolah Abang-nya juga ikut-ikutan kenapa giliran dirinya yang mau ikutan tidak sekolah di larang. Ini yang namanya gak adil.

...........

Di rumah sakit, Zeea juga sedang sarapan. Dia tidak sendirian. Ada Dena yang menemaninya, Dena sengaja datang pagi-pagi untuk menjenguk Zeea karena dia tahu temannya itu pasti sendirian di rumah sakit.

"Gimana Ze, lo mendingan?" tanya Dena.

"Udah, terima kasih kamu udah temenin aku. Maaf ngerepotin kamu sama yang lain juga" jawab Zeea dengan bahasa isyarat.

"Gak masalah namanya juga lagi kena musibah, ngomong-ngomong rumah lo bisa sampai kebakaran karena apa?" penasaran Dena.

Bagaimana bisa rumah sebesar itu bisa terbakar dan penghuninya tetap bertahan di dalam, padahal mereka punya kesempatan banyak untuk menyelamatkan diri.

"Aku juga gak tau, yang aku lihat api udah hampir membakar seluruh rumah" jela Zeea.

Dena mengangguk kecil. "Ayah lo belum sadar sampai sekarang, apa dia punya masalah sama paru-parunya?"

"Aku kurang tau, tapi emang Ayah ada masalah sama kesehatannya. Ayah gak pernah cerita apa-apa sama aku" jawab Zeea apa adanya.

"Aneh, kok gue jadi curiga ya sama mereka" batin Dena merasa ada yang aneh dengan ucapan Zeea, seperti ada yang di tutup-tutupi oleh gadis itu.


ALGA WIJAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang