58. Pada akhirnya

785 30 2
                                    

Sesampainya dirumah Claudia dihadapkan dengan kedua orang tuanya yang tengah duduk di ruang tamu dengan raut wajah serius, melihat hal itu membuat Clauida merasa ada yang tidak beres disini.

"Duduk Di." Suara tegas dari sang ayah membuat Clauida menjadi sangat yakin bahwa semuanya sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa Yah?" Claudia tidak langsung duduk entah kenapa rasanya cukup menegangkan berada dalam situasi sepeti ini.

"Kamu duduk dulu Odi, ada yang ingin kami bicarakan." Suara ibunya juga tak kalah dingin dengan ayahnya. Claudia merasa ini sangat serius, dengan rasa takut mencoba tenang dan duduk. Claudia berdoa semoga saja hal ini bukan tentang Panji dan dirinya, Claudia takut Panji berbuat sesuatu.

Beberapa detik Claudia baru mendudukan dirinya di sofa suara ayahnya yang tegas membuat Clauida menegang dalam duduknya.

"Tadi Panji datang, dia menjelaskan semuanya kepada kami."

"Menjelaskan apa Yah?" Ucap Claudia panik, hal ini yang selalu ditakutkan Claudia.

"Apa lagi kalau bukan masalah kalian. Ayah gak habis pikir sama kamu Odi, kamu lagi berantem sama Panji dan malah milih kabur dengan Hasan. Bukannya menyelesaikan masalah kalian." Terlihat jelas raut kemarahan dari Ayahnya.

"Apa aja yang Mas Panji bilang ke Ayah dan Mama? Apa dia juga cerita kenapa aku melakukan hal itu? Apa Dia bilang bahwa aku liat dia selingkuh, dan dia bahkan hampir perkosa aku?" Claudia akhirnya menceritakan semuanya karena tidak ingin ada kesalahan pahaman. Walaupun sebenarnya dia sangat takut untuk membicarakan itu semua.

"Dia gak selingkuh, dan kalau dia mau perkosa kamu kenapa kamu gak cerita sama kita? Kita ini orang tua kamu Clauida masalah seperti itu sangat serius dan kamu memilih gak cerita sama kita malah pergi sama Hasan, ke Surabaya? Mama kecewa banget kenapa kamu gak cerita sama Mama?" Raut sedih ibunya membuat Clauida menjadi kesulitan untuk berbicara dia bingung harus menjawab apa. Dia mulai sadar bahwa mungkin dirinya memang salah mengambil tindakan diawal.

"Panji bilang dia gak bermaksud melakukan hal itu, lagi pula harusnya kamu langsung bilang ke kita bukannya malah keluyuran sama cowok lain. Kamu itu perempuan Claudia, kamu gak pantas pergi menginap dengan pria lain sedangkan kamu punya tunangan dan yang bikin papa kecewa kamu gak ada cerita apapun sama kami. Disini Ayah merasa gak dihargai sama kamu. Kalau masalahnya sebesar itu harusnya kamu cerita." Claudia melihat raut wajah Ayahnya yang mencoba menutupi rasa kecewa dan marahnya kepada Claudia

"Ayah kecewa, selama ini Ayah kira ayah sudah mendidik kamu dengan benar tapi nyatanya enggak. Ayah merasa malu sama diri ayah. ayah gak menyangka kamu bisa melakukan ini sama Ayah. " Claudia menduduk dan mulai menangis dia tidak sanggup menatap wajah kedua orang tuanya, semua memang salah dirinya Clauida mengakui itu.

"Mama mau kamu jauhi Hasan Di, dia tuh kayanya bawa pengaruh buruk ke kamu. Mama gak mau kamu dekat sama dia, Mama mau kamu perbaiki hubungan kamu sama Panji. Dia udah sujud-sujud sama Ayah. Minta maaf dan mau memperbaiki hubungan ini, dia mengaku salah dan dia memaklumi sikap kamu yang memilih kabur dengan Hasan."

"Aku gak bisa kembali sama Panji Ma."

"Kenapa? Karena Hasan? Kemana dia selama ini? Kenapa baru muncul sekrang saat kamu udah mau memulai hidup kamu? Dia gak bisa seenaknya menghilang lalu kembali lagi seperti ini. Ayah gak setuju. Kamu lebih baik perbaiki hubungan kamu sama Panji. Kamu tahu Clauida pertunangan kalian gak main-main banyak pihak yang terlibat dan mau ditaruh dimana muka keluarga kita saat keluarga besar Panji tahu kamu membatalkan pertunangan ini karena ingin kembali dengan Hasan pria yang tidak jelas itu."

"Iya Mama setuju kata ayah kamu Claudia. Kamu tahu Hasan masih keluarga Panji, dia tuh anak yang gak jelas Claudia. Kamu juga bakal kebawa-bawa kedalam masalah Hasan yang rumit itu. Mama pokonya gak setuju."

Belum Usai (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang