ch0. Prolog

39 6 0
                                    

Di hari di mana Ibu dipenjara, adalah hari di mana aku menjadi lebih menderita.

Ayah, yang dulunya orang yang sangat baik, menjadi stress dan emosional karena dipecat dari tempat kerjanya. Dia menjadi pemabuk, dan mulai melakukan kekerasan pada istri dan anaknya sendiri.

Tatkala ayah melakukan KDRT, aku dan ibu hanya bisa bersabar. Sampai suatu hari kejadian yang tak terduga terjadi, Ayah tergeletak tak bernyawa tepat di depan ibu yang memegang pisau berlumuran darah.

Ibu membunuh ayah.

Diriku tidak percaya, walau kejadian itu terjadi di depan mataku. Ibu mendatangi ku, dengan baju yang ternodai oleh darah dirinya memeluk ku, mengusap kepala ku sembari berbisik

"Nak, ini bukan salah mu. Ibu yang salah...Jaga diri baik-baik ya"

Aku hanya bisa terdiam saat ibu keluar dari kamar, Aku terus menatap mayat Ayah. Aku mengeluarkan keringat dingin, jantung ku berdebar kencang, mual, aku tidak bisa memalingkan pandangan ku.

Aku mendengar langkah kaki ibu dari belakang, ibu kembali sembari membawa sebuah kain. Dari belakang mataku perlahan ditutupnya dengan kain itu.

.
.
.
.
.

Sejak hari itu, beritanya sudah tersebar luas, teman-teman di sekolah ku bahkan mungkin sudah mendengarnya.

Aku dihina, dicacimaki oleh mereka.

Ibu melaporkan dirinya sendiri kepada pihak polisi, dan karena ibu dipenjara sebab melakukan tindak kejahatan, teman-teman ku menjuluki ku sebagai 'Anak Si Pembunuh'.

Aku menjadi sorotan dan topik pembicaraan di sekolah, orang-orang melihat ku sebagai makhluk yang menjijikkan.

Ibu, kenapa? Kenapa tidak lari saja dengan ku? Kita sudahi penderitaan ini bersama, kenapa meninggalkan ku sendirian?...

.
.
.
.

Bertahun-tahun berlalu, akhirnya tidak ada lagi cacian yang ku terima, namun semua itu masih saja menghantui ku.

Ingin sekali diri ini mengakhiri semuanya, akan tetapi hati ini berkata lain. Aku ingin mati, tapi aku juga masih ingin hidup. Lucu, bukan?

Tetap saja, aku mengikuti kata hati. Hidup di dunia yang keras ini sendirian tanpa ada kehangatan yang menyelimuti... Sepi.. Aku kesepian...Dingin... Ibu..

.
.
.
.

Terkadang aku berpikir, apakah suatu hari nanti aku akan mendapatkan apa yang belum pernah aku peroleh? Apakah nantinya penderitaan ku akan hilang seolah itu semua tidak pernah ada?...

.
.
.
.

‘Kim Dokja...Dokja...’

.
.

Hm..? Suara siapa?...Ah, mungkin khayalan ku saja.

.
.

Di sini hanya ada aku seorang diri, tak mungkin....

.
.

Tunggu.

.
.

Mungkin kah..?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bond Contract?! (JONGDOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang