"Papa kehilangan jam ini sekitar dua bulan yang lalu," kata Candra, menjelaskan lebih lanjut, "Papa udah cari di mana-mana tapi gak ketemu. Sebenarnya Papa gak mau kamu tahu kalau jam ini hilang, soalnya kan ini hadiah spesial dari kamu, Papa gak enak."
"Aku dapat jam ini dari wanita asing yang tadi ke sekolah, Pa," kata Erwin jujur.
Candra mengernyit heran. Dalam beberapa detik, dia bisa menyimpulkan mengenai wanita yang Erwin maksud.
"Jadi dia yang ambil jam tangan ini secara diam-diam?" Candra menyiratkan amarah pada pandangannya. Amarah yang sama dengan yang dia tujukan pada wanita yang sama.
"Papa kenal dia?" tanya Erwin penasaran.
Candra menggeleng pelan, lalu menjawab dengan suara dalam, "Dia wanita asing yang memeras Papa dengan segala tuduhan palsunya. Dia membuat banyak sandiwara dan bukti palsu agar terlihat Papa selingkuh sama dia. Dan salah satu bukti sudah jatuh ke tangan mama, itu sebabnya belakangan hubungan kami jadi dingin."
Erwin terkejut mendengarnya, dia juga merasakan amarah yang sama dengan sang papa. Pemerasan? Bukti palsu? Tuduhan perselingkuhan? Ini harusnya sudah jadi urusan hukum.
"Kenapa Papa gak lapor polisi?" tanya Erwin.
"Polisi mana yang akan percaya dengan pihak yang tidak memiliki bukti tak bersalah? Papa udah coba cari saksi di lokasi, tetap saja Papa tidak dapat apa-apa." Candra frustasi, "Papa juga pengen masalah ini kelar secepatnya!"
Erwin terdiam, mendadak sedih dengan kondisi Candra yang seperti orang depresi. Pasti sulit sekali, Erwin bisa membayangkannya.
"Aku bisa bantu Papa," tawar Erwin. Dia mengeluarkan sebuah kartu nama milik wanita tersebut. Dia membacanya, "Di sini tertulis namanya Laura Bunga, dia bekerja di perusahaan parfum bernama PT. BUNGA GROUP."
"Papa sudah tahu kalau itu," sahut Candra.
"Terus gimana, Pa? Papa gak bisa terus-terusan diperlakukan seperti ini sama orang asing!" tegas Erwin cemas.
Candra tersenyum pada putranya, lalu berkata dengan lembut, "Kamu gak usah khawatir, Papa bisa tangani ini. Papa janji, setelah dapat bukti Papa gak bersalah, Papa akan bawa kasus ini ke jalur hukum. Kamu masih remaja, belum saatnya bermain-main dengan hukum yang belum kamu mengerti sepenuhnya."
"Tapi, Pa," sahut Erwin semakin cemas.
Candra tiba-tiba memeluknya, menepuk-nepuk punggung Erwin untuk menenangkannya. Beliau berbisik, "Mau lakukan sesuatu untuk Papa?"
Erwin mengangguk tanpa ragu, hingga Candra berbisik lagi, "Bawa Thalita kembali. Dengan begitu, kondisi mama kamu akan lebih baik."
***
Pernyataan Candra terus terngiang di benak Erwin ketika ia duduk bersama teman-temannya di lokasi balapan. Tidak ada yang berniat balapan lagi setelah hukuman guru BK bulan lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA ERWIN
Teen Fiction[UPDATE SESUAI TARGET!] . "Kakak gue yang bikin lo bunting, kenapa gue yang harus nikahin?" - Erwin. ***** Hidup seorang ketua genk motor yang diidolakan banyak gadis, tak semulus kelihatannya. Sifat dingin dan cuek Erwin bukan tanpa alasan, ada ban...