33. What Raidan Said

100 15 1
                                    

Bulan dan Jena menghabiskan waktu istirahat mereka dengan mengelilingi area kampus sambil bersenda gurau.

"Bisa aja lo Na"

"Jelaslah apa yang gua gabisa"

Bulan hanya terkekeh kecil menatap ke depan sedangkan Jena menoleh ke samping sambil menaikkan satu sudut bibirnya satu melihat tawa Bulan sudah kembali.

Saat Bulan dan Jena melewati salah satu ruang kuliah, tiba-tiba pundaknya ada yang menepuk membuat Bulan spontan menoleh.

Matanya membulat sempurna saat kembali mengingat siapa orang yang menepuknya barusan, dia adalah Arzen Maheswara.

Masih ingat beliau? Dia yang sempat membully Jefran saat awal bersekolah dulu, ternyata Bulan se kampus dengannya membuat Bulan kehabisan kata-kata.

Jena sadar kalau Bulan mendadak diam dengan tatapan bengong, membuat Jena menatap gadis itu khawatir.

"Kenapa Bul??"

"E-engga gapapa Na, lo duluan aja deh gue baru inget ada keperluan mendadak"

"Gua temenin"

Bulan menggeram kecil karena niatnya ingin menghampiri Arzen menjadi buyar kalau Jena mengikutinya, maka dari itu Bulan harus mencari cara agar Jena tidak mengikutinya.

"Engga Jen gue bisa sendiri kok, nanti kalo ada apa-apa gue kabarin deh janji"

"Bener loh ya janji?"

"Iya Jena, gue janji"

Akhirnya Jena berpamitan dari sana dan meninggalkan Bulan sendirian, sedangkan Bulan melihat kembali ke posisi sebelumnya Arzen berdiri dan rupanya laki-laki itu masih setia berdiri disana menatapnya penuh arti.

Dengan segera Bulan berlari kearah Arzen dengan tatapan penuh pertanyaan dan terkejut sedangkan yang ditatap menyunggingkan senyumnya sambil menaikkan satu halisnya.

"We meet again gurl, gimana kabar lu?"

"Lo!"

Bulan menunjuk wajah Bulan dengan telunjuknya dengan geraman kesal namun ia turunkan kembali karena tidak habis pikir.

"Why? You still remember me?"

"Ya!! Tiap liat muka lo selalu keinget lo rendahin Jefran!!"

Arzen hanya ber 'oh' ria sambil tertawa mengejek Bulan membuat gadis itu semakin menggeram.

"Terus kenapa samperin gua? Berminat jadi cewe gua ya? Sorry gua udah sold out!"

"Geer! Gue mau tanya kenapa lo disini hah?! Sengaja nguntit gue gitu? Iya!"

"Sembarangan! Gua gaada niat ngintilin cewe murahan kaya lo tau gak! Sana sini mau! Dibayar berapa lo?!

Bugh!

Bulan terkejut ketika ada yang mendorongnya menjauh dari Arzen sembari melayangkan tinjuan kepada Arzen membuat Bulan terbelalak.

"Jaga mulut lo! Lo kating disini!! Mikir! Gk sepantesnya lo rendahin cewe! Semua kalimat yang lo ucapin ngegambarin betapa rendahnya harga diri lo!!!"

Entah bagaimana ceritanya Raden tiba-tiba ada didepan matanya padahal gedung mata kuliah Raden sangatlah jauh dari sini.

Netra Raden menunjukan kilat-kilat amarah dan bahunya terlihat naik turun dan ini pertama kalinya bagi Bulan melihat Raden sampai se marah ini.

"Lo kenapa bisa kenal dia?"

"Hah?"

Bulan menganga tak percaya bahwa Raden mengatakan demikian, seolah-olah Raden mengetahui bahwa Arzen lebih buruk dari yang Bulan kira.

"Jawab!"

Bulan tersentak kaget ketika Raden membentak tepat diwajahnya membuat Arzen menarik kerah kemeja Raden tak terima.

"Dan ngebentak cewe juga ngegambarin betapa kasarnya perlakuan lu ke cewe!!!"

Bulan mulai panik dan memundurkan langkahnya sampai kaki kirinya nyaris terjengkang karena ujung teras setinggi pinggul pria dewasa tanpa ada tangga sedikitpun.

Namun sebuah tangan menariknya ke tengah menjauh dari Raden dan Arzen yang sedang memanas.

"Kak! Kalo mundur liat dulu ke belakang!"

Raidan yang menarik Bulan sambil melayangkan sorot khawatir meskipun nada bicaranya terdengar marah.

"R-raidan??"

Saat Raidan hendak membawa Bulan pergi dari sana, Arzen dengan secepat kilat menarik Bulan sekuat tenaga membuat gadis itu jatuh kedalam pelukan Arzen seketika.

"Gue belum beres ngobrol sama dia!!"

"Cowo perundung kayak lo gak pantes ngobrol sama dia!"

Raden melayangkan pukulan kembali sedangkan Raidan langsung membawa Bulan pergi dari sana, masa bodo dengan Arzen yang terus meneriaki nama Bulan.

Raidan membawa Bulan ke taman kampus, tangannya mengusap dahi dan turun ke pipi menyeka keringat dingin yang membasahi wajahnya sambil menepikan anak rambut yang menghalangi.

"Pasti lo panik ya kak? Untung aja gue kebetulan kesana samper temen lama gue, kalo engga gatau gimana"

Laki-laki satu angkatan dengannya meski beda setahun dan berbeda kelas itu menatap Bulan begitu lekat dan dalam meski terdapat sorot khawatir disana.

"Masih shock ya? Sini"

Raidan langsung menarik Bulan yang shock itu ke dalam pelukannya sambil mengelus surainya yang semakin panjang, menaruh dagunya dipucuk kepala Bulan membiarkan gadis itu tenang dalam pelukannya.

"Kenapa harus ada masalah lagi pas ingatan gue pulih? Gue capek diterpa masalah terus, harusnya kemarin gausah diselamatin biar gue gak nerima semua masalah ini"

Raidan melepaskan pelukannya lalu berlutut dihadapan Bulan sambil jarinya menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Bulan.

"Jangan mikir kek gitu masa depan lu masih panjang maaih banyak hal yang harus lu lakuin. masih banyak juga orang yang masih butuh lu di hidupnya"

Bulan sedikit menunduk menatap Raidan yang berlutut didepannya menatapnya begitu tulus dan dalam membuat Bulan bawannya selalu ingin menangis.

"Jadi seberat apapun masalah kak Bulan, sesuatu apapun, jangan nyerah masih ada yang harus lo lindungi, apa yang harus di lindungi? Inner child, jadi bertahan demi hal hal kecil,

gua aja gitu kok, gua bertahan karena belum liat ending One piece dan kak Bulan belum liat satu persatu bias kpop lo nikah jadi jangan ngadi ngadi.

Liat sekeliling masih ada anjing, kucing yang seneng liat kita padahal kita gak kasih makan"

Bulan merasa terharu mendengarkan ucapan Raidan yang membuat hatinya menghangat, menyadarkan Bulan dari jalan otaknya yang buntu membuat Bulan perlahan menangis.

"Raidan, gue beneran terharu banget dengernya"

"Jadi jangan pernah berpikiran buat akhirin hidup lu ya kak, hidup lu bukan movie yang harus diakhirin"














Hai haii gua kembalii! Tapp bintang jangan lupa yaa~
gimana puasanya lancar?? Jangan mokel ya maniezz^^
Selamat menjalankan ibadah puasa buat kalian yang ngejalanin!! Hwating!!

My Intel Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang