Perundung

20 3 5
                                    

"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan ataupun menyerang dan menyudutkan pihak manapun"
...

Written by Yadyaapasya

🤝

Khayran terbangun dalam keadaan membelalak lagi, tubuhnya sudah bersimbah keringat dingin. Entah sudah berapa jam ia terjebak disana. Apa tidak ada orang yang curiga atas kehilangannya?.

Dengan penuh emosi, Khayran kembali menggedor-gedor pintu laci. Masa bodo walaupun yang membukanya nanti adalah orang jahat.

Tapi ada rasa tidak enak dalam hatinya.

Apa dengan begitu, dia akan mengganggu tidur panjang para mayat?.

Akhirnya Khayran kembali mengepalkan tangan, menahan diri untuk menggedor lagi.

Lagi-lagi Khayran hanya bisa termenung, menatap pasrah langit-langit laci yang jaraknya tidak seluas langit-langit kamar.

Khayran merenung tentang banyak hal yang begitu cepat berbalik.

Tentang keputusannya untuk mengikuti kuliah kerja nyata, tentang keberangkatannya menggunakan kereta api dan obatnya tertinggal di sana.

Beberapa malam lalu, posisinya masih aman dan nyaman. Ia bisa tinggal di kamar tamu rumah Muti bersama Bella.

Kemudian pada satu malam, ia memutuskan untuk melukai tangan demi menyelamatkan teman-temannya.

Tak berapa lama, kamar tidurnya berganti menjadi ruang besar di lantai 3 gedung percetakan.

Lalu tak lama lagi, ia justru malah berada di lemari mayat, terjebak. Lengkap bersama pemiliknya pula.

Terakhir, Khayran merenung tentang Arul. Lelaki yang di kagumi cukup lama. Bahkan sebelum ia berangkat KKN sekelompok dengan Arul.

"Perasaan cinta itu menyiksa. Maka ketika kau jatuh cinta, dari arti lain kau siap juga terluka, tersiksa, tercabik-cabik, lalu mati dalam keadaan suka rela." Gumamnya tiba-tiba.

Tak lama pintu laci terbuka, membuat cahaya dari arah luar menyeruak ke dalam.

Khayran mendongak, seseorang membukakan pintu untuknya.

"Kau masih hidup?" Tanya seorang laki-laki berkacamata super tebal sembari menatap Khayran dengan penuh tanda tanya.

Khayran tak langsung menjawab, wajahnya yang pucat sebenarnya sudah memberi jawaban bahwa dia sudah cukup lama terjebak di dalam.

Tapi raut ngeri si kacamata tebal membuat Khayran memutar ide.

"Apa orang zaman sekarang percaya adanya arwah penasaran?" Tanya khayran lengkap dengan wajah pucat-pasinya.

Kontan si kacamata tebal berdiri mematung tegang.

Khayran melihat buku-buku jarinya memucat. Tanda ia ketakutan.

Tanpa pikir panjang, Khayran langsung beranjak keluar ruangan. Meninggalkan si kacamata tebal yang masih dalam keadaan mematung.

Tapi Khayran berpikir lagi, orang se-penakut itu pasti tidak datang secara sukarela. Akhirnya Khayran kembali masuk kedalam kamar mayat.

"Hei, aku manusia. Tenang saja, semalam aku hanya ingin tidur dengan nyenyak. Karena di ruangan bersama itu rasa-rasanya, terlalu ramai dan berisik untukku. Kau sedang apa disini?"

Si kacamata tebal menoleh, raut wajahnya seakan bertanya, apakah Khayran benar-benar manusia?.

"Aku betulan manusia," Khayran menghentakkan kakinya. "Lihat ini! Masih menapak kan?"

In a dead city Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang