Prolog

50 7 3
                                    


Perlehatan besar sedang digelar di salah satu gedung milik stasiun televisi. Apalagi kalau bukan acara penghargaan akhir tahun. Sebagai bentuk apresiasi kepada para insan penggiat seni, khususnya pada bidang musik. Karpet merah menjadi sorotan pertama ketika acara dimulai.

Penyanyi solo, duo maupun grup Indonesia sebagian besar hadir. Begitupula produser, komposer hingga petinggi label naungan pemusik. Berbagai nominasi juga akan memanggil para pemenang untuk menerima sebuah piala penghargaan yang akan menjadi kebangsaan tersendiri.

Acara penuh dengan pertunjukkan spektakuler. Candaan para pembawa acara dan pidato kemenangan yang memukau. Semuanya tampak sempurna, hingga nominasi Penghargaan Penyanyi Wanita Terbaik.

"Dan untuk pemenang nominasi Penyanyi Wanita Terbaik...." Suara pembaca nominasi yang masih lah salah satu pencipta lagu, tercekat sesaat setelah membuka amplop yang berisi nama pemenangnya.

"Amanda Larasati."

Jika sebelumnya suara tepuk tangan akan memenuhi tempat tersebut, setelah pengumuman pemenang nominasi, maka kali ini berbeda.

Seluruh orang yang berada di sana terdiam. Sebagian besar bahkan menundukkan kepalanya. Hanya pada barisan kursi tengah tribun, terdapat kursi yang kosong. Label nama Amanda Larasati terpasang di sana. Namun tidak ada yang menghuninya, hanya ada sebatang mawar putih yang diletakkan sejak acara penghargaan dimulai.

Amanda Larasati. Penyanyi wanita terkenal yang menjadi satu-satunya penyanyi yang berhasil menjual tiga juta kopi album dalam waktu tiga bulan dan merajai tangga lagu diberbagai aplikasi musik daring.

"Kepada pihak yang mewakili, dipersilakan untuk menerima piala penghargaan, lanjut pembaca nominasi setelah terdiam beberapa saat.

Seorang pria memakai tuksedo kemudian bangkit menuju panggung. Wajahnya tenang, meski matanya tak mampu menyembunyikan kekosongan.

♡♡♡

Senandung AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang