SEMBILAN

1K 32 1
                                    

Sedikit tentang kehidupan Farah.

Happy Reading 🤍

Sejak pertemuan terakhir di mana Zeandra menyerahkan sejumlah dokumen pekerjaan kepada Rafa, Zeandra tidak pernah lagi melihat Rafa di kantor. Ia tidak tahu kemana perginya lelaki itu, dan sejujurnya, ia tidak peduli. Justru, absennya Rafa membuat Zeandra merasa lebih tenang dan nyaman. Keributan kecil antara dirinya dan Rafa seolah menjadi bayangan yang memudar seiring berjalannya waktu.

Dan seminggu telah berlalu sejak Zeandra makan malam di rumah farah, kini Zeandra semakin akrab dengan Farah, sejak malam itu, Zeandra sering menghabiskan waktu bermain dengan Farah dan anaknya, menciptakan ikatan yang semakin erat antara mereka.

Seperti malam ini, Zeandra sedang makan malam bersama Farah di rumahnya. Farah adalah seorang perempuan yang penuh cerita.

Mereka duduk di meja makan, lampu hias yang hangat menerangi ruangan. Farah, dengan senyum lembutnya, menceritakan kisah hidupnya yang penuh liku. Zeandra mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa terhubung dengan Farah dalam banyak hal.

Farah mulai bercerita tentang asal-usulnya, "Asal aku dari Malaysia, Ze," ujarnya dengan nada lembut. "Orangtuaku pindah ke Jakarta pas aku umur 10 tahun karena kerjaan mereka. Mereka memutuskan buat menetap di Jakarta, dan aku pun tumbuh besar di Jakarta."

Zeandra mendengarkan dengan penuh perhatian, menyerap setiap kata yang diucapkan Farah. "Terus, gimana sala cerita pernikahan, Mbak?" tanya Zeandra dengan hati-hati.

Farah tersenyum sedih, "Aku nikah di usia 29 tahun sama pilihan ayahku. Pernikahan itu tanpa cinta, Ze. Kita jalaninnya karena kewajiban, bukan karena rasa cinta."

Zeandra merasa iba mendengar cerita Farah. "Itu pasti berat banget ya, Mbak," ujarnya dengan simpati.

Farah mengangguk, "Ya, itu berat. Tapi, yang lebih berat itu ketika orangtuaku meninggal dalam kecelakaan pesawat pas mereka terbang ke Malaysia beberapa tahun lalu. Itu adalah bulan Januari yang paling menyedihkan dalam di hidup aku."

Zeandra merasa hatinya teriris mendengar cerita Farah. "Oh, Mbakkkk... aku nyesel banget denger itu," ujarnya dengan suara yang penuh simpati.

Farah tersenyum pahit, "Sebulan setelah kematian orangtuaku, aku cerai sama suamiku, di situ aku lagi hamil. Tapi, kita tetep memilih buat hidup masing-masing, karena kita nggak punya rasa cinta satu sama lain."

Zeandra merasa terkejut mendengar pengakuan Farah. "Terus, apa yang Mbak lakuin setelah itu?" tanyanya dengan penasaran.

Farah menarik napas dalam-dalam, "Aku memutuskan untuk kembali ke Malaysia, mengingat aku cuma punya nenekku seorang, ibu dari ayahku. Tapi, Qodharullah. Nenekku meninggal di usia 73 tahun. Setelah kepergian nenekku, aku ngerasa sendiri dan mutusin buat balik lagi ke Indonesia. Aku milih buat menetap di Bandung, nyari hak aku, dan nyari kehidupan baru di sini."

Zeandra merasa terharu mendengar cerita Farah. Ia merasa kagum dengan kekuatan dan ketabahan Farah menghadapi semua cobaan dalam hidupnya. "Mbak itu perempuan yang kuat," ujarnya dengan tulus. "Aku kagum banget sama Mbak."

Setelah mendengar cerita Farah, Zeandra memandang ke arah Keenan, bayi laki-laki berusia 3 tahun yang sedang duduk di kursi makan bayi miliknya. Sambil tersenyum, Zeandra berkata, "Mbak masih punya Keenan, Keenan bisa jadi penyemangat mbak."

Farah hanya tersenyum mendengar ucapan Zeandra, lalu tak lama setelah itu, Farah berkata dengan suara lembut, "Aku harap begitu. Keenan adalah satu-satunya yang aku punya, dan aku adalah satu-satunya yang Keenan punya. Tapi nanti, setelah aku pergi, Keenan akan sendiri."

Zeandra tidak menyadari adanya makna tersembunyi di balik kalimat Farah. Ia hanya melanjutkan berbicara sebagaimana mestinya, tanpa peka terhadap apa yang dikatakan Farah.


• • •

Hari Senin, hari yang paling dibenci oleh semua pekerja dan pelajar. Entah apa yang membuatnya begitu dibenci, hingga saat ada orang yang menyebalkan mereka akan berkata, "Semoga harimu Senin terus." Padahal bagi Zeandra, hari Senin sama seperti hari-hari yang lainnya. Zeandra tidak pernah mempermasalahkan hari Senin, kecuali hari Senin kali ini. Hari Senin yang mempertemukannya dengan Rafa setelah dua minggu lelaki itu menghilang. Mood Zeandra yang awalnya baik seketika berubah menjadi buruk.

Dari banyaknya karyawan di divisi pemasaran entah mengapa harus dirinya yang bertemu dengan Rafa di lobby kantor. Karena tidak ingin kejadian dua minggu lalu, di mana ia harus berada di satu lift yang sama dengan Rafa terulang kembali, Zeandra memilih untuk kembali ke parkiran dan masuk kembali ke dalam mobilnya, jika ada yang bertanya sebuah jawaban sudah Zeandra siapakan, yaitu dengan berpura-pura ada sesuatu yang tertinggal di mobil. Ia lebih baik harus menunggu di dalam mobil beberapa menit daripada harus merasakan kecanggungan berada di satu ruangan yang sama dengan Rafa.






Setelah sekian lama🤍

A Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang