-- Wilujeng Maos Kalih Khidmat Sedaya --
.
.
.
Hari kedua masa orientasi calon mahasiswa baru
Suasana kantin yang tidak begitu kondisif membuat Waksha, Rayna, Nindya, dan Yova mengurungkan niatnya untuk membeli seporsi mushroom chicken katsu. Hidangan yang digadang-gadang menjadi makanan paling scrumptious di KIU aka Kwangya Internasional University.
Karena kondisi yang kurang meyakinkan tersebut, mereka menarget taman kampus menjadi spot pilihan kedua untuk menikmati long break nya itu.
Yaaa... walaupun sebelumnya sempat berdebat sedikit, sih. Sebab jarak kantin dengan taman amatlah jauh. Untung saja kampus memfasilitasi sepeda, jadi masalah terpecahkan.
"BUSETTTT, iki taman?? Uapik tenan," kata Yova sesaat setelah memakirkan sepeda pada tempat yang disediakan.
Bagaimana tidak takjub. Mahakarya arsitektur profesional yang mereka tahu asalnya dari England itu begitu indah dipandang.
Matanya begitu dimanjakan dengan hamparan rumput hijau yang hampir mirip dengan sabana. Jika sabana tidak terurus, kalau ini kebalikannya.
Rerumputan itu ditata sedemikian rupa, sehingga memberi kesan bahwa taman tersebut dirawat dengan baik. Pohon-pohon rindang yang terstruktur juga membuat taman bertambah seratus kali lipat kesejukannya.
Oh, jangan lupakan bunga-bunga mungil berwarna jingga yang turut serta menghiasi kolam ikan. Dan yang paling masterpiece adalah ini...
Air mancur. Fountain itu di desain ala-ala Yunani kuno, pokoknya eye catching banget. Mereka serasa berada pada zaman Napoleon masih hidup.
Bagaimana bisa seukuran taman namun visualnya bak di negeri dongeng?
"Gilak sih. Ini kampus luasnya satu kabupaten ada kalik, ya" kata Nindya terkagum-kagum.
Di taman banyak mahasiswa melakukan bermacam-macam aktivitas guna mengisi waktu senggang. Ada yang membaca buku, bersenda gurau, food gathering, bermain musik atau hanya sekedar duduk menghabiskan waktu.
"Duduk disana aja, yuk" ajak Nindya menunjuk salah satu bangku di dekat danau buatan. Pas untuk 4 orang.
"Bowleh bowleh," jawab Waksha
Menyusuri jalan setapak yang terbuat dari paving, sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman.
Pikirnya beruntung sekali mereka bisa berkuliah di kampus impian para anak-anak konglo ini.
"Segeeerr banget uyy" ujar Rayna setelah mendaratkan pantatnya pada bangku yang dipilih Nindya.
"Ndek mau awakdewe dikon foto ambek sopo? Kambing?" Tanya Waksha dengan aksen medhok nya.
Translate : Kita tadi disuruh foto sama siapa? Kambing?
"Iyo. Golek wedhus e sing ning bagian ngarep auditorium wae. Aku mau ndelok ning kono akeh sing ayu-ayu," jawab Rayna.
Translate : Iya. Nyari kambing nya di bagian depan auditorium aja. Aku tadi liat disana banyak yang cantik-cantik.
"Nek wedhus e modelanne ayu-ayu ngono aku yo gelem cah," balas Yova. Rayna dan Waksha terkekeh kecil.
Translate : Kalo kambing modelannya cantik-cantik gitu aku ya mau.
Memang benar kata gadis kelahiran 2001 itu. Kambing disini ayu-ayu alias cantik-cantik.
Kambing yang dimaksud mereka adalah kakak pembimbing yagesya.
"Kae lho ning omahku akeh. Jan ayu-ayu tenan, tapi pangananne suket," ujar Waksha yang berhasil membuat Yova dan Rayna tertawa geli.
Translate : Itu lho dirumahku banyak. Cantik-cantik banget, tapi makanannya rumput.
"EH"
Nindya berteriak hingga membuat tiga sohibnya terkejut juga terheran-heran.
"Opo sih Nin?!?!"
"TOLONG INGET YA! LU ITU PUNYA TEMEN YANG KAGAK BISA NGOMONG BASA JAWA!"
"Jadi dengan sangat memohon, kalian speakingnya diselingi bahasa Indonesia. Bukannya gue ngelarang ye, tapi gue berasa tidak pantas berada di dalam circle ini, GITU LHO!"
Perkataan Ning-ning membuat para gadis Yogyakarta tertawa terbahak-bahak.
Mereka bertiga tidak bermaksud mencampakkan teman Jakselnya itu. Kadang-kadang mereka juga ingin mengobrol dengan bahasa daerahnya sendiri.
"Lu semua harus menyesuaikan diri. This is Jakarta, mulai sekarang kalo ngobrol pakek bahasa Indonesia."
Waksha, Rayna, dan Yova saling bertatap-tatapan. Seperkian detik mereka bertiga kembali tertawa lagi.
"Kalo itu kita juga tau kalik, Nin. Zaman sekarang bisa dibilang norak kalo ngomong bahasa Jawa di sini," kata Rayna sembari menyeka air matanya yang keluar karena tertawa terlalu lama.
---
Dua puluh menit berlalu, berarti dua puluh lima menit lagi waktu istirahat mereka akan selesai.
"Foto sama kambing nya sekarang yok. Keburu selesai ngaso-nya,"
Ucap Waksha memulai pembicaraan. Ia bangkit dari duduknya bermaksud membuang box snack miliknya ke tempat sampah.
Yova, Rayna, dan Nindya mengiyakan ajakan dari gadis pemilik marga Arukmo tersebut.
"Kayaknya udah pada ngumpul di audit deh, Sha"
Waksha mengangguk setuju mendengar penuturan dari Yova.
Ketika ingin beranjak pergi, Rayna mencolek lengan kedua sahabatnya tersebut, sang empu yang dicolek menoleh lalu mendongakkan kepala "Ada apa?"
Rayna membalasnya dengan gerakan kepala pula, "Tuh liat."
Waksha dan Yova pun menengok ke belakang.
Dilihatnya Nindya tengah sibuk bersolek dengan tangan kiri memegang cermin mungil berwarna lilac, favoritnya. Sedangkan tangan kanannya mengoleskan liptint di bibir ranumnya.
"Walach, walach malah dandan" nyinyir Yova berkomentar.
"Nin, kamu disini sekalian mau open jasa MUA, to?" Tanya Waksha keheranan melihat banyaknya alat kecantikan milik sahabatnya tersebut.
"Mapuluh nya kakak...." Gurau Rayna sedikit cekikikan
"Gausah pada sewot, 5 menit lagi kelar ini," tungkas Nindya pedas.
.
.
.
"IH... KOK AKU DITINGGAL?!??!!"
Nindya melotot, tak menyangka jika sohibnya akan melakukannya perbuatan sekeji ini.
"Keburu magrib, Nin" celetuk Waksha di sela-sela langkah kakinya.
"Punya temen kagak ada setia-setianya samsek. Ish... Nyebelin bangeth!!! "
Dengan kecepatan cahaya, tentunya juga sembari mengomel, Nindya membereskan piranti makeup nya. Ia memasukkan asal ke dalam pouch.
"Ini kenapa sihhh," geram Nindya tatkala zipper pouch-nya mendadak macet saat ingin ditutup.
Ia mencoba beberapa kali, hingga pada percobaan ke-4 akhirnya pouch berwarna jingga tersebut berhasil ditutup.
"TUNGGUIN!!"
Kata Nindya histeris, kaki jenjangnya berlari kecil menyusul ketiga sobatnya yang kian menjauh.
Maklum-kan typo ya
Matur suwun (☆▽☆)
KAMU SEDANG MEMBACA
Katresnan
FanficBagaimana ceritanya gadis asal Jogja ini bisa sangat memporak porandakan hati seorang wanita bule itu?