14 🌻

13 8 3
                                    

"Besoknya aku sakit, bayangin demam dua minggu!" ucap Ola dengan sedikit kesal.

"Kalau tau tentang kekuatanku, aku gak sengaja bisa ngendaliin boneka tiga bulan setelah itu." Ola mulai sedikit bercerita tentang dirinya.

Dulu, Ola tak sengaja mengeluarkan kekuatannya saat dia sedang kesal. Tiba-tiba muncul boneka yang bergerak kearahnya. Ola jelas kaget waktu itu, hingga selama tiga kali tanpa sengaja mengeluarkan kekuatannya, dia mulai paham.

Kemudian dilanjutkan dengan cerita dari Ralu yang mendapatkan kekuatannya dari sebuah permata yang keluar dari komputernya, hingga Ralu demam hampir dua minggu.

Noe yang mulai tidak sabar pun mulai menceritakan kisahnya, yang sedikit tidak masuk akal menurutnya.

"Dulu aku ke museum sama keluargaku, umurku sekitar 10 tahun mungkin," ucap Noe sebagai permulaan ceritanya.

Saat itu, Noe yang masih berumur 10 tahun sangat malas pergi ke museum, rasanya dia ingin segera pergi. Salahkan kakaknya yang ingin ke museum karena hari itu adalah hari ulang tahun kakaknya.

Noe sedari kecil memang anak laki-laki yang sangat aktif dan mudah bosan, membuat orang tuanya sedikit memberi izin untuk berkeliling museum sendiri tanpa menbuat masalah dan tersesat.

Noe cukup ingat jalan yang dia lewati, hingga dia berhenti di sebuah tempat. Dia memasuki ruangan itu. Sebuah pedang yang terlihat keren dimata Noe, dia mendekati pedang yang berada tepat ditengah ruangan itu. Ruangan itu cukup terlihat tua dengan cahaya yang minim.

Pedang itu berada diatas sebuah tatakan pedang yang terbuat dari kayu dengan ukiran indah. Sebuah permata bersinar diantara pelindung tangan atau quillon pedang tersebut. Permata biru tua yang terlihat keren dimata Noe. Bilah pedang itu memiliki ukiran naga yang terlihat indah.

Noe yang penasaran menutuskan untuk mengambil pedang itu, namun rasanya pedang itu tak mau lepas dari tatakan tempat pedang itu berada. Hingga jari Noe tak sengaja menyentuh permata biru tua di pedang itu.

Permata itu menghilang, pedang tersebut juga hilang bersamaan. Noe merasa menjadi penjahat yang telah mencuri barang berharga, tanpa sadar di tangannya sudah muncul sebuah pedang.

Noe yang kaget tak sengaja melempar pedang itu, lalu pedang itu kembali menghilang. Noe memilih pergi dari tempat itu. Saat dia keluar dari tempat itu dan berbalik, hilang. Tempat pedang tadi sudah tidak ada, berganti menjadi sebuah gudang yang tertutup rapat.

Sejak saat itu, setiap Noe mengingat kejadian itu muncul sebuah pedang ditangannya.

"Sejak itu, pedang ini sering muncul tiba-tiba," ucap Noe sambil menunjukkan sebuah pedang yang entah dari mana sudah berada ditangannya.

"Keren juga," ucap Ola memberi komentar.

"Kalau Zev, gimana?" tanya Ola pada Zev.

Zev mencoba mengingat-ingat kejadian dulu, awal dari munculnya kekuatan aneh miliknya, Zev mengucapkan, "Dulu waktu kelas 6, kucingku bawa permata aneh."

Seekor kucing berbulu hitam putih menghampiri Zev, mata hitam milik kucing itu menatap kearah Zev dan memberi sebuah permata berwarna kuning terang.

Permata itu seolah bersinar dan masuk ke tubuh Zev. Seperti cerita dari teman-temannya, dia juga deman selama dua minggu lebih setelahnya.

"Awal, aku gak sengaja jadi burung, gara-gara ngebayangin enaknya jadi burung. Butuh waktu enam jam buat jadi manusia lagi." Saat itu Zev sangat kebingungan, untungnya dia bisa kembali menjadi manusia.

Noe dan Ola menahan tawa mereka walau sesekali terdengar suara tawa mereka, mereka sedang membayangkan seekor burung dengan mata merah yang memiliki tatapan sombong seperti Zev.

Zev menatap sinis mereka berdua, selanjutnya Linn menceritakan tentang bagaimana dia bisa mendapatkan kejadian aneh yang membuatnya mendapatkan sebuah kekuatan.

"Ada kesamaan," ucap Ralu setelah mendengar cerita mereka semua.

"Permata, demam," ucap mereka yang tak sengaja bersamaan.

Linn sedikit berpikir, teman-temannya demam selama kurang lebih dua minggu, tapi kenapa dirinya hanya demam selama satu minggu.

"Linn cuma demam selama satu minggu tuh," ucap Ola sambil menompang kepalanya dengan tangan kanannya.

Ralu menyetujui ucapan Ola, Ralu juga merasa adanya kekuatan yang muncul dari tubuh mereka juga ada tujuannya. Semua yang terjadi bukanlah kebetulan, melainkan takdir.

"Tujuan," ucap Ralu dengan singkat pada mereka.

Linn mengangkat kepalanya yang tadi sempat menunduk. "Benar, harusnya ini semua ada tujuannya," jawab Linn.

"Kamu harusnya ngertikan, Ola?" tanya Ralu sambil menatap Ola dengan tatapan yang sedikit menyeramkan menurut Linn.

Ola tersenyum sambil mengatakan, "Sayangnya aku nggak tau, apa yang kamu maksud."

Setelah berkumpul bersama, Linn kembali pulang dan sekarang Linn sedang berada di dalam kamarnya. Linn membaca sedikit bagian di buku harian milik ibunya.

xx-xx-xxxx

Kotak musik ini aku beli karena lucu, aku suka dengan suara musik yang keluar, terdengar menenangkan.

Dia menatap sebuah kotak musik dengan hiasan komedi putar diatasnya yang berwarna merah muda. Linn duduk bersandar di kasurnya, dengan pelan dia mencoba menghidupkan kotak musik itu.

Menyala, kotak musik itu berbunyi, dengan lampu yang sedikit terang menghiasi kotak musik itu. Cahaya merah muda terpancar dari lampu lampu kecil di kotak musik itu. Komedi putar diatasnya ikut berputar pelan seperti irama lagu yang terdengar.

Seandainya ibunya masih ada disini, Linn akan memainkan kotak musik ini bersama ibunya. Dengan tenang ibu Linn akan menyanyikan lagu tidur yang selalu Linn dengarkan, Linn akan terlelap dengan mudah. Namun sekarang, tidak ada lagi orang yang akan menyanyikan sebuah lagu tidur untuknya.

Bau wangi yang tercium pada kotak musik itu membuat Linn merindukan sosok wanita lembut yang selalu menjaganya. Wanita yang selalu tersenyum dan mengatakan bahwa semua hal buruk akan segera pergi. Wanita yang selalu mengobati luka saat Linn tidak sengaja jatuh. Wanita yang selalu menenangkan dirinya saat Linn menangis.

Mata Linn memanas, air matanya seolah bersiap untuk keluar. Linn menangis untuk kesekian kalinya, berharap ibunya masih terus berada disampingnya.

Linn menangis tanpa suara ditengah kesunyian, hanya terdengar suara alunan musik pelan dari kotak musik yang lama-kelamaan berhenti bergerak. Linn adalah sosok lemah, dia hanya ingin mengulang waktu sebentar.

Linn berharap, dia bisa bertemu dengan ibunya, sekali saja walau sebentar. Memeluk sang ibu, menyalurkan kehangatan. Lagi-lagi Linn tak bisa berhenti menangis, mengingat kepergian sang ibu.

Bayang-bayang kejadian itu tak bisa Linn lupakan, darah yang terlihat dimana-mana, teriakan dari orang orang, ayahnya yang meneriakkan nama ibunya, suara sirine ambulan yang perlahan terdengar keras. Hingga pandangan Linn menggelap pada waktu itu.

『Informasi gak penting

-Linn lumayan sering mimpi buruk
-Linn suka memainkan piano』

Suka dengan ceritanya? Vote cerita ini!

Part ini gak penting sih (  ̄▽ ̄), tapi tetep vote yaa ☆

EDELSTENEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang