Fifty Two

585 62 0
                                    

Niall setengah melotot padaku saat mendengar nama Harry disebut. Aku terlonjak dari tempat tidur dan langsung duduk di sebelah Niall, berharap ia tidak akan marah padaku. 

"Harry?" Niall mengangkat alisnya. 

Aku terdiam, hanya memperhatikannya. "Aku.."

"Kau mengajaknya?" Suaranya meninggi. 

Aku menggeleng cepat. "Mom yang menelfonnya. Mom kira aku masih dengan Harry," aku menunduk dan Niall langsung berdiri bangun dan keluar kamar terlebih dahulu.

Aku mengikutinya dan tersenyum pada Mom. Aku melihat Harry sedang menggantung jaketnya dan ia tersenyum ke arahku. Aku tersenyum simpul dan langsung mendekati Niall, memegangi tangannya. Niall sempat menariknya sedikit tapi aku memaksanya. 

"Luna, Niall," Harry bicara. "Apa kabar?"

Niall diam dan aku memutuskan menjawab untuknya. "Baik. Kami berdua sangat baik,"

"Senang mendengarnya," Harry tersenyum lalu menuju ke arah Mom dan memeluknya. "Terima kasih sudah menelfonku. Dimana Jo?"

"Masih tertidur," Mom membalasnya. "Ayo semua ke meja makan. Kita makan malam dulu," 

Niall dan aku berjalan ke meja makan, lalu duduk berdampingan. Harry duduk di sebelah kiri Niall, dan Mom didepanku. Mom ke kamar terlebih dahulu lalu aku melihat Dad digandeng Mom. "Dad!" aku berteriak lalu memeluknya erat. "Aku sangat merindukanmu,"

Dad memelukku. "Aku lebih, Sayang. Well, hello Niall dan Harry," 

Niall menghampiri Jo lalu memeluknya. "Kau sudah baikan?"

Dad mengangguk lalu bergabung bersama kami di meja makan. Kami makan dengan tenang. Aku dan Harry saling bertukar pandang tapi aku tidak berani melanjutkannya karena aku tidak enak dengan Niall. Bagaimanapun juga ia kekasihku dan aku mencintainya lebih dari apapun.

Selesai makan, aku membantu mencuci piring dan aku melihat Niall dan Dad sedang berbincang bahkan sambil tertawa senang. Aku senang mendengarnya, berharap Dad akan lebih baik kondisinya dengan kedatanganku dan Niall maupun Harry. Mom juga sedang mengobrol dengan Harry, dan Harry tidak henti-henti tersenyum pada Mom. Entah apa yang dibicarakan. 

"Sayang?" aku menoleh, melihat Mom sedang berdiri di sebelahku. "Jadi kau dan Niall ya sekarang?"

Aku merasa pipiku memerah mendengarnya. "Ya begitulah, Mom. Aku sudah mengingat semuanya dan Niall mengatakan ia mencintaiku dan kupikir aku juga mencintainya," 

"Kau sudah ingat semua?" rahang Mom terbuka. "Begitu pula dengan tabrakannya?"

Aku menaikkan alis sebelah mataku. "Tabrakan? Tabrakan apa?"

Mata Mom terbuka lebar saat mendengarku bingung. "Uhm.. apa Harry tahu kau dan Niall kembali bersama?"

"Mom, tabrakan apa?"

"Liz!" aku dan Mom menoleh saat Dad memanggil Mom. 

Aku tidak mengerti saat Mom bicara tentang tabrakan. Tabrakan apa? Apa kaitannya denganku? Yang kuingat adalah aku terjatuh lalu saat terbangun aku mengingat Harry dan sudah. Aku harus menanyakannya pada Niall. Atau Harry. 

Aku melihat Niall masuk ke kamarku lalu ia keluar dengan menggunakan kemeja serta celana jeans. "Mau kemana?"

Niall tetap memandang luar. "Pergi sebentar,"

"boleh aku ikut?"

Ia menggeleng. "Urusi saja mantan pacarmu,"

"Niall! Kau tidak serius kan? Ia datang kesini bukan karena permintaanku!" Aku menarik tangannya. "Ku mohon jangan pergi. Kita baru sampai,"

"Sudahlah. Aku akan kembali," Niall memutar bola matanya. 

"Aku mencintaimu!" aku berteriak seraya ia mengeluarkan mobil dari garasi. Dan sedihnya, ia tidak membalas ucapanku. 

--------

Sekarang sudah jam 11 malam, dan Niall belum kembali. Aku tidak bisa tidur, khawatir dengan Niall. Aku mencoba menelfonnya berkali-kali, tapi tidak ada satupun yang diangkat. Ia baik-baik saja, batinku. Aku mengiriminya pesan banyak, tapi tidak dibalas. 

Aku merasa khawatir dengannya, lalu aku keluar kamar dan memutuskan untuk menunggu di teras. Angin malam cukup dingin, terlebih aku hanya menggunakan tanktop dan celana pendek. Jantungku berhenti sejenak saat mendengar ada langkah kaki dari belakangku. 

"Hey," syukurlah itu Harry.

"Hai,"

"Tidak bisa tidur?" tanyanya.

"Ya," aku mengangguk. "Dan khawatir akan Niall. Dan kau?"

"Sama. Memang kemana Niall?" 

Aku mengangkat bahuku. "Ia sedikit... marah,"

Harry tertawa sedikit menyadari maksudku. "Kau dan ia kembali bersama ya?"

Aku mengangguk dan melihat jam di dalam rumah. Sudah mendekati setengah 12 dan Niall masih entah ada dimana. Bagaimana kalau ternyata ia main ke klub malam? Atau bermain dengan wanita lain? Tidak, tidak

"Sebaiknya kau tidur. Disini terlalu dingin untukmu," Harry menatapku dan aku menatap yang lain, menjauhi kontak mata kami berdua. 

"Aku akan menunggu Niall,"

"Baiklah," Harry menghela napas. "Ia beruntung memiliki kekasih sepertimu,"

Aku tersenyum. "Aku yang beruntung memilikinya,"

Harry masuk terlebih dahulu ke dalam, meninggalkanku sendirian di teras. Aku merasa mataku mulai capai dan pegal, tapi rasa khawatirku pada Niall terlalu besar jadi aku memaksa untuk membuka mata. Aku kaget saat aku merasa ada tangan meletakkan jaket ke punggungku. Aku menoleh, dan melihat Harry meletakkan jaketnya ke pundakku. 

"Ini, agar kau tak masuk angin," ia tersenyum lebar, tapi entah kenapa aku bisa melihat rasa sakit di matanya. 

"Terima kasih," aku tersenyum. "Kalau kau mau tidur duluan, tidur saja. Ini sudah cukup larut,"

Ia tertawa pelan. "Kau yang seharusnya tidur. Dan aku memang tidak bisa tidur jadi tidak apa kan bila aku menemanimu?"

Aku mengangguk. "Tidak apa," aku tersenyum. 

Aku hampir melonjak kegirangan saat melihat ada mobil yang berniat masuk ke garasiku. Tapi ekspresiku berubah saat melihat yang menyupirnya bukan Niall, dan Niall sedang tidak sadarkan diri di sebelahnya. 

~~~~~~
HAPPY BIRTHDAY TO ME

I'm so old (when I'm fat and old and my kid thinks im a joke lol i won't be fat when I'm old)

This is chapt52 and SPOILER ALERT: we're going to the climax yay just waaaiitt

And I'm going to update this faster than before bcs i want to finish this book so KEEP VOTING AND COMMENTING 

can any of you check my story "Genevieve" and also "Royalty" by h4rrylove thanks xx

Somebody to Love {Niall Horan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang