"Ser, Lo inget gak masa kecil kita berdua?"
Kendra memegang tangan halus Serra, matanya tak bisa dipungkiri bahwa masih mencintai sang kekasih masa kecil.
"Kan banyak! Masa disuruh inget semuanya sih?"
"Satu saja, nanti gue beliin es cream deh." Kendra tersenyum manis pertanda senang, dia tak bisa berhenti menatap mata Serra yang indah dan rambutnya yang terang.
"Ohh! Kita dulu pernah nonton film horror yang diperanin sama kita sendiri, kan!" Serra mengatakan dengan semangat, berhasil mengingat salah satu momen bahagianya di masa kecil.
"Hahaha, inget juga Lo!" Kendra tertawa, berinisiatif bahwa dirinya memang harus membelikan Serra es cream.
Tiba tiba mobil berhenti, daun daun berhenti seketika, angin dengan pelan meniup Serra dan Kendra dibelakang mobil. Dengan bingung Kendra berteriak ke arah depan mobil
"Bang! Kok berhenti sih?"
"Yaelah Ken, berhenti dikit dulu aja ngapa sih!" Ujar seorang pria yang suara nya sangat kukenal, dengan mata kecoklatan. Tatapan teduh berhasil terpancar ketika ia menatap Kendra. Perlahan menerbitkan senyuman yang selalu dilihat.
Nampaknya truk yang ditumpangi mereka dan barang-barang sudah tak berjalan atau bergoyang sedikitpun. Hesa dengan santai mengeluarkan sebungkus rokok, mengambil sebatang dan menyalakannya. Asap berbau rokok kini hampir menyebar ke seluruh bagian belakang mobil.
"Bang Michael katanya pengen istirahat,"
Pria berbau rokok itupun masuk kedalam sebuah warung yang terletak tidak jauh dari berhentinya mobil. Terlihat membeli beberapa cola dan sedikit roti. Dia lalu membuka penutup cola lalu meminumnya perlahan, menutup matanya untuk merasakan kenikmatan minuman favorit Hesa.
"Ser, gua tinggal bentar, pengen pergi ke bang Michael." Ujar Kendra dengan keringat yang bercucuran, Kendra mungkin benar benar merasa panas dengan teriknya matahari. Membuat suhu tubuhnya naik drastis.
Sementara Kendra sedang mengobrol dengan Michael, Hesa mendekati Serra dengan sebungkus plastik berisi cola dan roti. Melihat itu membuat Serra menjadi sedikit lapar, dia mengambil sepotong roti dan memakan setengahnya.
Hesa mengeluarkan barang sejuta umatnya, mengecek sedang dimana ia dan melihat kejauhan posisi markas baru. Dengan santai ia meminum kembali cola nya hingga habis tak tersisa, membuangnya di tempat sampah terdekat.
"kemungkinan 30 menitan lagi kita sampai," Ujar Hesa dengan santai, melihat keadaan jalanan disekitar sangatlah sepi. Hanyalah ada beberapa kakek tua yang berlalu-lalang dijalanan itu.
"Hes, gue boleh nanya?" Tanya Serra, sedikit menunduk karena merasa perasaannya ini harus dituntaskan. Serra dengan berani mencoba bertanya kepada Hesa terkait obrolan Hesa dan Michael tadi
"Raffael itu siapa sih, Hes?"
Seketika Hesa terdiam, menatap sudut jalanan yang terdapat jembatan kecil. Dia menunduk kebawah dengan perasaan yang tidak enak. Hesa tak tahu harus jawab apa, takut dia akan memperburuk keadaan jika ia memberi tahu Serra tentang teman masa lalunya itu.
"Raffael itu temen gue, Ser." Dengan berani Hesa mengatakan. Walau hanya mendapat sedikit informasi, Serra tau Hesa tak ingin mengungkitnya lagi. Serra tersenyum manis lalu menatap Hesa dengan indah
"Btw, ngapain Lo nanya?"
Serra sebenarnya sering melihat Hesa dimarahi oleh mas Michael di markas lama. Tentang seseorang bernama Jerkan yang terus menerus berada dipikiran mas Michael, sementara itu Hesa masih saja berkata rindu dengan keberadaan Raffael di ruang kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Mission?
RandomMenceritakan 7 mafia dengan peranan masing masing penting bagi satu sama lain. Hidup memang susah jika kita terpecah belah, Memang begitulah manusia, merasakan dirinya setinggi langit walaupun akhirnya akan serendah tanah. Were Mission is saling mem...