9. Racun dalam Secangkir Teh

1.9K 293 26
                                    

Inget cuman fiksi, Happy Reading!!

*

Tidak pernah satu kalipun, Rheas bisa membayangkan akan duduk satu meja dengan kekasih kaisar (di kehidupan yang lalu) dengan kudapan dan teh. Wajahnya tampak cantik dengan gaun berwarna hijau yang tampak serasi dengan mata emeraldnya. Rambutnya yang berwarna emas juga tampak lembut dan indah saat angin tanpa sengaja membuatnya tampak melambai lambai. Memang kecantikan yang tidak ada bandingannya. Mereka tidak akan disangka putri dan pelayannya, kan?

Tidak, tidak.. Rheas harus percaya diri, wajahnya juga tidak jelek. Dia tamp- cantik. Wajah ini cantik. ya, Rheas juga cantik.

Shermaine tampak menyelipkan rambutnya ke belakang telinga sebelum akhirnya berbicara. "Maaf mengganggu waktumu, aku pikir kita tidak akan bicara dengan bebas lagi setelah aku keluar istana.."

Ah, suaranya juga halus dan bagus.. Shermaine mungkin adalah sosok nyata dari protagonis putri dalam dongeng yang biasa dibacakan di dunianya.

"Tidak apa apa.." akhirnya hanya itu yang keluar dari mulut Rheas, memilih menyeruput tehnya daripada terus terjebak dalam suasana canggung ini.

"Aku akan langsung ke intinya karena aku tidak punya banyak waktu lagi. Mungkin ini pertanyaan yang agak sensitif tapi aku harap kau mau menjawabnya.." katanya lagi dengan seulas senyum tipis.

"Baiklah akan ku pertimbangkan setelah mendengar pertanyaannya.." balas Rheas akhirnya memfokuskan diri pada percakapan ini.

"Aku penasaran dengan satu hal, aku sangat ingin mengetahuinya sebelum aku pergi. Kenapa kau ingin menjadi Permaisuri kekaisaran? Tenang saja, aku juga akan memberitahumu. Mari kita saling menjaga rahasia, kurasa kita bisa menjadi teman baik.." tepat setelah ucapan panjang lebar itu sebuah ingatan yang Rheas rasa tidak ada di dalam novel merasuki kepalanya.

"Maaf mengganggu waktumu, aku pikir kita tidak akan bicara dengan bebas lagi setelah kau keluar istana.."

"Baiklah, aku takut yang mulia Jishan akan mencarimu. Aku akan langsung ke intinya. Mungkin ini pertanyaan yang agak sensitif tapi aku harap kau mau menjawabnya.."

"Aku penasaran dengan satu hal, Kenapa kau ingin menjadi Permaisuri kekaisaran? Tenang saja, aku juga akan memberitahumu. Mari kita saling menjaga rahasia, kurasa kita bisa menjadi teman baik.."

"Itu alasan yang mulia sekali. Tidak apa apa.. Jika memang begitu aku akan membantumu.."

Rheas mual. Perutnya bergejolak seperti harus mengeluarkan isi perutnya segera. Nafasnya terasa sesak.

Shermaine tampak buru buru mendekat. "Kau baik baik saja? Tidak kusangka racunnya akan menyebar dengan cepat.." ucapan halus dengan niat yang jahat. "Aku sungguh berharap kau mati.." suara yang harusnya terdengar seperti malaikat itu justru adalah seorang iblis yang menyamar. Rheas terbatuk, darah keluar dari mulutnya. Dewa sialan!! Kenapa ingatan itu baru datang sekarang!!

"YANG MULIA!!" jerit Selena panik diikuti beberapa ksatria. "Saya akan segera memanggil dokter segera!!" setelahnya dia bisa mendengar suara langkah kaki Selena semakin menjauh.

Ahh, sialan.. Kesadarannya semakin menipis bahkan di tengah kesadaran yang semakin menghilang wajah terakhir yang dia lihat adalah wajah penuh kekhawatiran Jedrick.

Mustahil, bagaimana mungkin si bajingan yang seenaknya saja itu ada disini? Oh? Apa itu untuk Shermaine? Memang bajingan..

*

Latarnya masih sama. Namun dalam ingatan Rheas yang berbeda adalah situasi mereka. Bukan Shermaine yang harus pergi melainkan dirinya. "Maaf mengganggu waktumu, aku pikir kita tidak akan bicara dengan bebas lagi setelah kau keluar istana.."

I'm not the Original Anti Villain | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang