[23] • Kembali ke masa lalu⚜️

64 11 0
                                    

Jangan Lupa VOTE & KOMEN!

VOTE GRATIS!

HAPPY READING:)

____________________________

Setelah acara melayat selesai, satu persatu orang-orang mulai pergi meninggalkan tempat duka, menyisakan enam orang didalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah acara melayat selesai, satu persatu orang-orang mulai pergi meninggalkan tempat duka, menyisakan enam orang didalamnya. Orang tua Zevara tak henti-hentinya, meneteskan air mata. Menangis dalam diam. Mereka sudah kelelahan menangis, sehingga kini tinggal air mata yang mengalir tanpa suara. Kepergian putri semata wayang mereka, membuat mereka sangat terpuruk. Anak yang sudah mereka rawat penuh kasih sayang dari kecil, kini telah pergi menghadap tuhan. Suatu hal yang tidak pernah terbayangkan.

Zevara pergi, meninggalkan banyak teka teki. Ia diduga bunuh diri, namun dilantai paling atas gedung Mall, terdapat banyak bercak darah dilantai. Bercak darah terlihat, hingga ke arah kaca jendela yang pecah. Jendela yang pecah, membuat tim forensik menduga dan menyimpulkan bahwa, Zevara melompat dari atas gedung dengan cara menerobos jendela kaca, hingga pecah. Tentang bercak darah, tim forensik menyimpulkan bahwa, Zevara berusaha bunuh diri menggunakan senjata tajam, sebelum akhirnya melompat. Tim forensik menyimpulkan demikian, karena menemukan sebuah pisau di dekat bercak darah dan sidik jari yang terdeteksi hanya milik Zevara seorang. Tidak ada sidik jari orang lain di sana.

Afgara dan ketiga temannya, yakni Dikta, Leoni dan Ratina, berpamitan kepada orang tua Zevara, lalu pergi meninggalkan tempat duka. Mereka pulang ke asal kota masing-masing. Sedikit perbincangan yang terjadi diantara mereka. Sesampainya di rumah, hari sudah larut malam dan Afgara langsung tertidur di atas sofa ruang tamu. Begitu pula dengan tiga orang lainnya, mereka langsung tertidur saat pulang dari kota Calendula, karena sangat kelelahan.

Dering ponsel, mengganggu tidur Afgara yang baru saja beberapa jam. Dengan mata tertutup, ia mengambil ponsel yang ada di saku celananya dan menerima panggilan. "Halo," ucap Afgara malas.

"Vincent, apakah kelima remaja itu, mendaftar ke S.Y.G HIGH SCHOOL?"

Mendengar nama Vincent, membuat Afgara terbelalak dan langsung beranjak dari tidurnya. Ia mengedarkan pandangan keseluruh ruangan yang sangat asing di indera penglihatannya. Seluruh ruangan, pelatan dan benda-benda lainnya, sangat asing dimatanya. Tidak ada satupun barang yang ia kenali.

"Hallo, Vincent!"

Mendengar suara yang kembali memanggilnya Vincent, membuat Afgara kembali menempelkan ponsel ke daun telinganya. "Vincent, apa yang kau lakukan? Kenapa hanya diam?"

Tut...

Afgara, menghentikan panggilan secara sepihak. Ia sangat mengenali suara orang yang baru saja menghubunginya. Dengan napas yang tak teratur dan detak jantung yang tak menentu, Afgara mendekati sebuah cermin besar yang ada di sana. Betapa terkejutnya Afgara, saat melihat Vincent di pantulan cermin. Matanya membulat sempurna dengan mulut yang terngaga.

"Tunggu? Pakaian ini, wajah ini, tubuh ini? Astaga, apa yang telah terjadi?"

Afgara, memperhatikan seluruh tubuhnya dan menyentuh tubuhnya sendiri. Ia kembali melihat ponselnya. Tidak, lebih tepatnya ponsel milik Vincent. Afgara kembali terkejut, saat melihat tanggal yang tertera dilayar ponsel.

"15 Januari 2024?"

"Apa ini? Apa yang terjadi? Di mana aku?"

Plak!

Afgara, menampar wajahnya sendiri. "Aw!" teriaknya kesakitan. "Ini sakit. Itu artinya, ini bukanlah mimpi."

Afgara, kembali melihat daftar pangggilan terakhir. Dan dugaannya benar, barusan Eroz lah yang menelpon. Ia mulai mengendalikan napasnyanapasnya dan kembali melihat pantulan Vincent di cermin. Ternyata, jiwanya masuk kedalam tubuh Vincent dan ia kembali terlempar ke tahun 2024. Afgara, mulai memejamkan mata dan membayangkan suasana S.Y.G HIGH SCHOOL. saat ia membuka mata, ia kembali terkejut, saat melihat dirinya berada di sekolah.

"Hah? Apakah ini kemampuan Vincent?" batin Afgara. Ia kembali memejamkan mata dan membayangkan ruangan Vincent. Dan benar saja, saat ia membuka mata, dirinya sudah berada di dalam ruangan Vincent.

"Jadi, Vincent juga memiliki kemampuan. Lalu, kenapa aku bisa kembali ke tahun ini? Apa maksud dari semua ini?"

Ceklek...

Pintu ruangan terbuka dan memperlihatkan Eroz dibaliknya. Sejenak jantung Afgara, berhenti berdetak. Eroz mendekatinya dengan langkah besarnya. "Ada apa denganmu? Kenapa kau hanya diam saja tadi?"

"Maaf Pak, saya kurang fokus." Dengan terpaksa, Afgara menjawab. Ia sepertinya, harus berlakon menjadi Vincent, duihadapan Eroz dan lainnya.

"Sudahlah. Sebentar lagi, seluruh siswa baru akan tiba. Saya serahkan semua keturunan ADAMS padamu. Terserah, mau kau apakan. Yang penting, masa depan mereka hancur."

Mendengar penjelasan Eroz, membuat Afgara mengepalkan tangan. "Siap Pak," jawabnya singkat. Eroz pun berlalu pergi.

"Sepertinya, Tuhan menginginkan aku merubah sejarah," ucap Afgara, lalu tertawa singkat.

"Baiklah, akan aku tunjukkan pada semesta, bahwa sejarah akan berubah. Aku Afgara Dwitama, mulai hari ini, akan mulai merubah sejarah dan berganti indentitas, menjadi Vincent Arlandes."

Ceklek...

Pintu ruangan kembali terbuka. "Jadi, kau juga kembali dari masa depan?"

Seorang wanita gendut dengan rambut keriting sebahu, tiba-tiba datang dan masuk kedalam  ruangan. "Siapa kau?" tanya Afgara, menyelidik.

"Aku Leoni, Gar. Aku mendengar ucapanmu tadi. Sebenarnya aku sengaja kemari, untuk mencari tau, apa yang sedang terjadi? Ternyata, aku mendapatkan kabar bahagia, bahwa kau juga ada kembali ke masa lalu," jelas wanita itu sangat antusias.

Afgara tertawa singkat. Ternyata tidak hanya ia yang kembali, melainkan temannya, Leoni, juga terlempar kembali ke masa lalu. Jiwa mereka kembali dan masuk kedalam jiwa orang lain. Lelucon semesta, sangat lucu bagi Afgara saat ini. Apa maksud semesta saat ini? Mempermainkannya atau membantunya?

"Berikan bukti, jika kau benar-benar, Leoni."

"Aku adalah salah satu siswa tidak resmi pada masa ini. Aku mempunyai empat orang teman, yaitu Afgara, Dikta, Ratina dan Zevara. Dimasa depan, Zevara meninggal karena bunuh diri dan -"

"Stop," ucap Afgara, memotong penjelasan Leoni. Baginya, penjelasan sedikit dari Leoni sudah cukup. Ia sudah percaya kalau dihadapannya saat ini adalah Leoni.

"Kita sama-sama terjebak disini. Dan kita, sama-sama tidak tau, apa maksud semua ini? Jadi, aku harap, kita bersama mengubah sejarah dan  merubah masa depan kita yang suram, serta mengembalikan nyawa Zevara."

"Setuju. Aku juga bertekad seperti itu. Aku ingin, masa depan kita cerah dan kita menjadi orang sukses. Tidak hanya, seperti ini," sambung Leoni, ia setuju dengan perkataan Afgara.

"Baiklah. Kita kembali dan sejarah akan berubah, di tangan kita." Afgara, mengulurkan tangannya diudara.

Leoni, mengangguk dan menumpukkan tangannya, diatas tangan Afgara. "Kita kembali dan sejarah akan berubah," ucapnya, penuh keyakinan. Lalu, mereka bersama-sama menghempaskan tangan.

Tanpa mereka sadari, sepasang telinga sedang mendengar dengan jelas perbincangan mereka dari sebuah alat penyadap suara. Ia adalah Eroz.

"Jadi, kalian juga kembali?" ucapnya, lalu tertawa.

"Dikta, ternyata kamu tidak sendirian," sambungnya lagi.

Eroz adalah Dikta. Jiwa Dikta, juga terlempar kembali ke masa lalu dan masuk kedalam tubuh Eroz, sang pemilik sekolah.

"Kami kembali dan sejarah akan berubah!" teriak Dikta, kembali tertawa lepas.

___________________________
Bersambung...

Go Back In Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang